Hikmah 120 dlm Al-Hikam:
“Jangan Menuntut Tuhanmu”
لاَ تُطَالب رَبَّكَ بِتأَخرِ مطلَبكَ وَلٰكِن طِالب نَفْسَكَ بِتأَخِيرِ اَدَبِكَ
Jangan menuntut Tuhan karena ditundanya permintaan yg telah engkau minta kepada Allah. Tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu, tuntut dirimu yg belum bisa bertata krama (supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban²mu terhadap Allah.
Jika belum tercapai hajat permintaanmu, jangan engkau su’udzan kepada Allah, dan menuntut kepada Allah untuk segera mengabulkan permintaanmu, sebab Allah tidak dapat dituntut terhadap apa saja yg dikehendaki.
Akan tetapi hendaknya permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukan sifat kehambaanmu kepada Allah, dan hajat kebutuhanmu kepada Allah. Sebab terhadap kebutuhanmu, Allah tidak usah di ingatkan, bahkan Allah telah melengkapi segala kebutuhanmu sebelum kau mengerti apa hajat kebutuhanmu yg sebenarnya. Maka sebaiknya kau menyerah bulat² kepada Allah tanpa memaksa, tanpa usul apa² kepada Allah.
Dan lagi apabila kamu meyakini Allah tidak akan mengabulkan doamu itu berarti kamu tidak punya adab, karena Allah telah berjanji akan mengabulkan semua doa hamba-Nya. Tetapi cara mengabulkannya tidak harus mewujudkan seperti keinginanmu, semua terserah Allah, yg semua itu terbaik bagimu.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Jangan protes kepada Tuhan dan berburuk sangka kepada-Nya jika permintaanmu terlambat dipenuhi-Nya, baik yg batin, seperti keistimewaan tertentu, maupun yg lahir, seperti kebutuhan² duniawimu.
Jika kau meminta sesuatu dari-Nya dan jawaban-Nya tidak diberi langsung, jangan kau berburuk sangka kepada-Nya dan jangan memaksa-Nya untuk menunaikan permintaanmu itu karena Dia melakukan apa saja yg dikehendaki-Nya tanpa dimintai pertanggungjawaban atas apa yg dilakukan-Nya. Jika permintaanmu ditunda, tuntutlah dirimu atas keterlambatan pengabulan doamu itu karena kau telah meminta agar disegerakan jawaban doamu. Tentu ini merupakan sikap yg tidak sopan dan kurang ajar terhadap Tuhan.
Tuntutanmu agar Tuhan segera mengabulkan doamu merupakan bukti bahwa kau berdoa hanya untuk dikabulkan. Doamu hanya memiliki tendensi tertentu. Inilah yg mengurangi kesempurnaan ‘ubudiyah-mu. Demikian pula halnya dengan keyakinanmu bahwa Dia tidak akan mengabulkan doamu. Ini adalah sikap yg tidak sopan karena belum tentu pengabulan doa itu berupa sesuatu yg kau inginkan langsung. Allah berhak menahannya darimu karena bisa jadi tindakan itu lebih baik bagimu.
Syaikh Ibnu Atha’illah mengisyaratkan sebuah etika. Jika dipegang oleh seorang hamba, ia akan mendapatkan tujuan dan maksudnya, yaitu sikap istiqamah dan berjalan pada jalan yg lurus, seperti dalam firman Allah, “Tunjukilah kami jalan yg lurus.” (QS. Al-Fatihah (1): 6). Wallaahu a’lam