162 Masalah Sufistik (Masalah 86):
Syaikh Ahmad bin Abdillah Basyarahil ra. bertanya: āTentang melakukan sesuatu yg baik maupun yg buruk tanpa adanya petunjuk dari seorang ahli.ā
al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: āKetahuilah, menurut kaum sufi, nafsu adalah tabiat seseorang yg condong kepada halĀ² yg menyenangkan yg bersifat sementara dan fana.
Adapun cara mengendalikannya adalah dengan menekannya dan mempersempit ruang geraknya sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan al-Hadits. Dan cara ini merupakan syarat utama yg harus dipenuhi oleh seorang murid yg ingin menempuh perjalanan tarekatnya menuju kepada Allah Ta’ala.
Dan cara inilah yg dapat menyebabkan seorang murid senantiasa condong kepada halĀ² yg benar dan menjauhi halĀ² yg buruk. Dan jika cara ini telah ditempuh, maka lama-kelamaan seorang murid akan merasa nikmat dan senang karena ia dapat mengendalikan dan mengontrol nafsunya.
Mengikuti jejak Rasulullah Saw. merupakan realisasi cara pengendalian dan pengontrolan nafsu. Semua kelompok yg mengikuti jejak Rasulullah Saw. merupakan orangĀ² yg dapat mengendalikan dan mengontrol nafsunya. Adapun mereka yg tidak mengikuti jejak Rasulullah Saw., maka nafsunya akan senantiasa bertentangan dengan petunjuk Al-Qur’an dan al-Hadits.
Ucapan Syaikh Sahl at-Tustari ra. mengisyaratkan bahwa tidak mengikuti petunjuk seseorang, meskipun dalam halĀ² yg dibenci oleh nafsu, misalnya petunjuk mengerjakan amalĀ² kebajikan, dapat membangkitkan birahi nafsu itu sendiri.
Sebaliknya, dengan mengikuti petunjuk seseorang, meskipun kepada perbuatanĀ² yg disenangi oleh nafsu, merupakan hal yg berat bagi nafsu itu sendiri. Sebab, mengikuti jejak Rasulullah Saw. merupakan hal yg benar, padahal kebenaran adalah musuh hawa nafsu, sedangkan nafsu terkungkung oleh berbagai keinginannya sendiri.
Karena itu satuĀ²nya jalan untuk melepaskan keterkungkungannya adalah dengan jalan menekannya dan mempersempit ruang geraknya, yaitu dengan mengikuti petunjukĀ² yg baik dari Rasulullah Saw.
Perlu diketahul bahwa nafsu tidak senang tunduk atau dipaksa oleh seseorang. Ia ingin tetap bebas mengerjakan apa saja yg ia ingini, karena itu ia tidak senang mengikuti jejak orang lain walaupun cocok dengannya, bahkan nafsu tidak ingin mengikuti jejak siapapun.
Jika kebiasaan nafsu suka mengikuti jalan yg buruk, maka di sana ada pula nafsu yg suka mengikuti jalan yg baik, yaitu taat kepada Allah Ta’ala dan juga mengerjakan semua petunjukĀ²Nya berdasarkan ilmu serta tata krama kepada Allah Ta’ala secara lahir dan batin.
Adapun cara pengendalian nafsu untuk mengikuti halĀ² yg diperbolehkan adalah dengan cara memimpinnya kepada halĀ² yg baik. Sebaliknya, cara pengendalian nafsu untuk meninggalkan halĀ² yg dilarang adalah dengan cara meninggalkan semua yg dilarang karena malu kepada Allah Ta’ala dan karena takut kepada siksa-Nya.
Adapun jika nafsu mengajak seseorang untuk melakukan halĀ² yg tidak baik dan ia telah melakukannya, maka sebaiknya ia segera membencinya dan menghentikannya serta menutupi kejahatannya dari orang lain.
Kemudian hendaknya ia segera bertaubat dan menyesali dosaĀ²nya karena takut kepada siksa Allah Ta’ala. Meskipun keterangan kami ini singkat, namun kami kira cukup dimengerti. Semoga hal ini memberi manfaat bagi orang banyak.”