162 Masalah Sufistik (Masalah 64):
Syaikh Abdurrahman bin Abdullah Baraja’ ra. bertanya: “Tentang ucapan al-Imam asy-Syaikh Abu Ali ar-Rudzabadi ra. seperti yg tertera dalam bait² puisinya yg artinya sebagai berikut: ‘Kata mereka, besok adalah hari raya, apa yg akan engkau pakai pada hari itu?’ Maka aku pun menjawabnya: ‘Pakaian seorang khalifah yg suka memberi minum dan yg suka menentang segala kesulitan. Kemiskinan dan kesabaran adalah pakaianku dan dibawah keduanya ada hati yg mengetahui pakaian apa saja yg biasa dipakai orang pada hari raya dan pada hari² besar.’ Pakaian yg cocok dipakai untuk menemui seorang kekasih, yaitu pada hari pertemuan. Masa bagiku adalah hari kematian, jika engkau tidak mengerti wahai harapanku. Adapun hari lebaran yg sesungguhnya aku belum pernah melihatnya maupun mendengarnya.”
al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: “Mungkin yg bertanya kepadanya adalah kawan²nya yg sama² menempuh perjalanan tarekat menuju Allah Ta’ala. Adapun ucapan mereka ‘besok pagi adalah hari raya’, ucapan ini mengisyaratkan bahwa esok ia akan bergembira, karena ia akan bertemu dengan Allah Ta’ala.”
Adapun maksud ucapannya ‘pakaian seorang khalifah’, mengisyaratkan bahwa ia memakai pakaian kebesaran, yaitu pakaian seorang khalifah. Adapun arti ia ‘suka memberi minum’, maksudnya ia adalah seorang ‘arif billah yg senantiasa menuangkan ilmunya kepada orang lain.
Adapun maksud ucapannya ‘ia senang menantang segala kesulitan’, mengisyaratkan bahwa ia telah menanggung berbagai kesulitan ketika menempuh perjalanannya menuju Allah Ta’ala, tetapi ia tidak perduli, karena ia mengharap sukses dalam perjalanannya.
Adapun maksud ucapannya ‘pakaian yg cocok untuk menemui seorang kekasih,” adalah seperti yg di isyaratkan dalam sebuah hadits qudsi: “Tidak seorang pun mendekat kepada-Ku dengan amal² kebajikan yg Aku wajibkan kepadanya dan ia melakukannya dengan baik, maka Aku akan menjadi telinganya, matanya, tangannya dan kakinya.”
Adapun maksud ucapannya ‘kemiskinan adalah pakaianku’, mengisyaratkan bahwa ia telah menemui berbagai kesulitan ketika melakukan pengabdiannya kepada Allah Ta’ala. Adapun yg dimaksud ‘kesabaran adalah pakaianku’, mengisyaratkan bahwa ia selalu bersabar jika ada kekasihnya yg meninggal dunia.
Adapun maksud ucapannya ‘hati melihat kebiasaannya yaitu hari raya dan hari² besar’, kemungkinan mengandung dua arti. Arti yg pertarna, mungkin mengandung arti melindungi syari’at lewat hakikat dan kemungkinan hari² besar dan hari raya cukup dikenal oleh kaum muslimin.
Sedangkan arti yg kedua, ada kemungkinan maksudnya adalah saat² mereka bertemu dengan Allah Ta’ala, yaitu saat² mereka wukuf di Bukit Shafa. Menurut seorang ‘arif billah, hal itu jauh lebih baik dari melakukan seribu kali ibadah haji yg diterima.
Menurut Syaikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari ra. dalam Kitab al-Hikam, kesenangan meskipun jumlahnya cukup banyak, tetapi yg paling menyenangkan adalah pada saat seseorang bertaqarrub dan bertemu dengan Allah Ta’ala, pada saat ia sedang fana’. Adapun kesulitan meskipun jumlahnya cukup banyak, tetapi yg lebih sulit adalah ketika seseorang sedang tertutup dari Allah Ta’ala.
Syaikh Abu Yazid al-Busthami ra. berkata, “Di dalam surga kelak, ada sejumlah orang yg andaikata tertutup dari Allah Ta’ala, walau hanya sesaat, pasti mereka akan mohon pertolongan Allah Ta’ala, sebagaimana ketika penduduk neraka mohon pertolongan Allah Ta’ala dari siksa neraka.”
Yg paling aneh adalah secara kebetulan aku pernah menerangkan masalah ini kepada sebagian wali² Allah Ta’ala, beberapa hari sebelum surat Anda tiba kepada kami.
Perlu diketahui, bahwasanya Allah Ta’ala mempunyai orang² yg senantiasa berhari raya, karena hati dan ruh mereka senantiasa dekat dengan Allah Ta’ala. Sebab pengertian hari raya menurut mereka, adalah ketika seseorang sedang berada di sisi Allah Ta’ala dan ketika menjauhi segala dosa dan maksiat.”