162 Masalah Sufistik (Masalah 63):
Syaikh Ahmad bin Ali bin Du’fah ra. bertanya: āApakah seorang murid tarekat akan lebih baik, jika ia melazimi Syaikh Mursyidnya dan berdiam diri dengannya ataukah ia hanya menghubunginya dalam waktuĀ² tertentu saja?ā
al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: āSeorang murid harus menjalankan apa saja yg di perintahkan oleh Syaikh Mursyidnya. Baik ketika ia disuruh menetap bersamanya ataukah ketika ia disuruh menjauh darinya dan hendaknya ia memberitahukan kepada Syaikh Mursyidnya segala permasalahan dirinya.
Baik merupakan hal yg rahasia maupun yg terang, khususnya yg berkaitan erat dengan masalah tarekat dan masalah hatinya dan jangan sampai ia tidak mengkonsultasikan segala permasalahannya kepada Syaikh Mursyidnya, meskipun keagungan dan kehebatannya dapat menyebabkan ia takut kepadanya.
Jika Syaikh Mursyidnya tidak menyuruhnya menetap bersamanya dan tidak pula menyuruhnya menjauh, sebaiknya ia bersikap dan berprasangka baik serta menghormati Syaikh Musyidnya sambil menunggu perintahnya. Seorang murid yg lebih mengutamakan pilihan Syaikh Mursyidnya dari pilihannya sendiri, maka ia akan lebih sukses dan lebih selamat.
Jika si murid melihat tandaĀ² yg buruk dari keyakinan Syaikh Mursyidnya, sebaiknya ia segera bertanya kepada Syaikh Mursyidnya. Jika ia mengetahui bahwa apa yg dilihatnya tidak perlu ditanyakan kepadanya, maka sebaiknya ia menafsirkannya dengan penafsiran yg baik dan yg pantas bagi seorang wali Allah Ta’ala.
Andaikata si murid melihat perbuatan Syaikh Mursyidnya jelas bertentangan dengan hukum syari’at, sehingga ia tidak dapat menafsirkan perbuatan tersebut, misalnya ia berbuat zina atau merampas harta orang lain dengan cara yg tidak baik, maka sebaiknya ia menimpakan hukum Allah Ta’ala atas Syaikh Mursyidnya secara lahir dan batin.
Jika ia membayangkan bahwa Syaikh Mursyidnya yg seperti itu mempunyai sejumlah murid yg menerima bai’at tarekat dari padanya secara wajar, maka sebaiknya ia yakin bahwa perbuatan buruknya merupakan suratan takdir baginya dan hendaknya ia yakin bahwa ia akan bertaubat dan menyesali perbuatannya, semoga segala kesalahannya dapat dimaafkan oleh Allah Ta’ala.
Tetapi jika si murid melihat perbuatan buruk Syaikh Mursyidnya dengan jelas dan ia melakukannya secara terang serta terus-menerus, maka sebaiknya, ia beranggapan bahwa Allah Ta’ala telah mengusirnya dari pintu rahmat-Nya dan sebaiknya ia segera menjauhinya.
Akan tetapi jangan sampai ada seorang murid yg mengira bahwa perbuatanĀ² buruk akan dilakukan oleh seorang Syaikh Mursyid yg terkenal sebagai wali Allah Ta’ala. Sebab, Allah Ta’ala akan memelihara setiap wali-Nya dari segala perbuatan buruk, karena Allah Ta’ala telah mencintainya dan memilihnya sebagai wali-Nya.
Bahkan sebaiknya si murid berkeyakinan bahwa Syaikh Mursyidnya adalah seorang wali Allah Ta’ala yg hatinya bersih bercahaya, dapat melihat dengan pandangan mukasyafah dan memiliki berbagai ilmu dan hikmah yg tidak terbilang banyaknya.
Meskipun ada beberapa kekurangan yg terlihat pada bagian luarnya, Namun hal itu adalah ibarat setitik debu di tengah padang pasir yg luas atau ibarat setetes air di tengah lautan yg luas. Sebab, hanya dengan perasaan yg baik, seorang murid dapat sukses dalam perjalanannya menuju Allah Ta’ala.