162 Masalah Sufistik (Masalah 62):
Syaikh Ahmad bin Ali bin Du’fah ra. bertanya: “Apakah kefana’an dan mukasyafah para ‘arifin billah akan berlangsung terus-menerus ataukah hanya sementara saja?ā
al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: āNampaknya mukasyafah tidak bersifat terus-menerus. Kalau hal itu pernah di alami oleh sebagian orang secara terus-menerus, maka orang itu termasuk orang yg langka, sebab ia selalu fana’ dari dirinya dan dari alam sekitarnya, sehingga ia tidak mengenal yg lain kecuali hanya Allah Ta’ala semata.ā
Jika seseorang yg fana’ dari dirinya dan dari alam sekitarnya sampai meninggalkan shalat atau puasa selama dalam kefana’annya, maka ia akan mengulanginya, karena ia mengetahui mana yg benar dan mana yg tidak dan ia terus-menerus dalam keadaan yg seperti itu sampai ia menjadi senior.
Jika ia telah menjadi senior, maka ia tidak akan lupa kepada Allah Ta’ala sesaat pun, ia tidak akan keluar dari garis syari’at dan hakikat. la akan melihat sebagian hakikat secara terus-menerus. Dan adakalanya ia tidak dapat melihatnya untuk sementara waktu, tetapi ia akan melihatnya dalam waktu yg lain.
Seseorang yg telah mencapai tingkatan mukasyafah, maka sedikitpun ia tidak akan meninggalkan pekerjaannya sehari-hari dan hal itu tidak akan menghalanginya dari Tuhannya.ā