162 Masalah Sufistik (Masalah 59):
Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi ra. bertanya: āTentang maksud sabda Rasulullah Saw.: ‘Seseorang akan dikumpulkan dengan orangĀ² yg dicintainya.’ Apakah hadits tersebut mengandung arti yg mutlak, sampai bagi seseorang yg tidak mengikuti perjalanan orangĀ² yg dicintainya?ā
al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: āHadits di atas mengandung arti anjuran dan ancaman. Seseorang akan dikumpulkan dengan orangĀ² yg ia cintai, baik yg dicintainya itu tergolong orangĀ² baik, maupun tergolong orangĀ² yg tidak baik.
Maka bagaimanakah kalau seseorang yg selama hidupnya hanya mencintai dunia, tentunya ia akan dikumpulkan bersamanya?
Ketahuilah bahwa kebersamaan dengan seseorang yg dicintainya adalah karena ia mencintainya. Tetapi kebersamaannya dengan orangĀ² yg dicintainya tidak akan terwujud, kalau tindak-tanduk dan tutur katanya tidak cocok dengan tindak-tanduk dan tutur kata orangĀ² yg dicintainya.
Pengakuan cinta tidak dapat dibuktikan, kecuali dengan bukti yg konkrit, yaitu adanya kecocokan kehendak dan tindak tanduk antara yg mengaku cinta dengan yg dicintainya. Secara akal, jika seseorang mengaku cinta kepada orang lain, tetapi kehendaknya dan tindak-tanduknya bertentangan dengan orang yg dicintainya, mana mungkin cintanya bisa murni?
Dan persyaratan untuk mendapatkan kebersamaan dengan orangĀ² yg dicintainya, tidak mengharuskan kehendak dan tindak-tanduk yg mencintainya cocok secara seratus persen dengan kehendak dan tindak-tanduk orang yg dicintainya.
Sebab hal itu tidak mungkin akan terjadi. Meskipun demikian, untuk mendapat kebersamaan dengan orangĀ² yg dicintainya, seseorang harus menyamakan kehendaknya dan tindak tanduknya dengan mereka, tanpa itu tidak mungkin bisa terjadi.”