162 Masalah Sufistik (Masalah 45):
Syaikh Abdulah Ahmad az-Zubaidi ra. bertanya: āBagaimana pendapat Anda tentang hukum seseorang yg mencintai seorang tokoh agama, namun ia tidak melakukan apa yg diajarkan olehnya. Apakah ia akan dikumpulkan bersama orangĀ² yg ia cintai, sebagaimana yg disebutkan dalam sebuah hadits bahwa seseorang akan dikumpulkan bersama orangĀ² yg dicintainya?ā
al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: āKetahuilah bahwasanya komentar sebagian ahli hakekat tentang maksud kebersamaan yg disebutkan dalam hadits diatas mengandung sebagian saja bukan secara keseluruhannya.
Seseorang yg mencintai orang lain, hendaknya ia mempunyai kesamaan dengannya dalam segala urusan. Misalnya kesamaan tauhid, kesamaan menjaga halĀ² yg wajib, menjauhi halĀ² yg diharamkan, serta kesamaan dalam mengerjakan amalĀ² kebajikan.
Pokoknya seseorang yg mencintai orang lain, hendaknya ia mempunyai kesamaan tindak-tanduk dengan orang yg dicintainya. Tidak dibenarkan jika seseorang mengaku cinta kepada orang lain, akan tetapi tindak-tanduknya dan kemauannya berbeda jauh dengan orang yg dicintainya. Kalau tidak mempunyai kesamaan dengan orang yg dicintainya, maka pengakuannya adalah dusta.
Imam Hasan al-Bashri ra. berkata, āJanganlah engkau tertipu dengan seseorang yg mengaku cinta, padahal ia tidak berbuat kebajikan apapun dan ia mengaku bahwa seseorang yg cinta kepada orang lain akan dikumpulkan dengan orangĀ² yg dicintainya.
Sesungguhnya kaum Yahudi dan Nasrani mengaku cinta kepada NabiĀ² mereka, padahal keyakinan dan tindak-tanduk mereka, berbeda dengan keyakinan dan tindak-tanduk para Nabi.ā
Adapun di antara orangĀ² ahli bid’ah di kalangan umat ini ada yg mengaku sangat cinta kepada para Sahabat Rasulullah Saw. dan mereka berani berbuat apa saja demi cinta mereka.
Akan tetapi mereka tidak merasa bahwa kecintaan mereka hanya ungkapan di lisan saja, karena tindakan mereka berbeda jauh dengan tindakan para sahabat. Jika mereka berbuat bid’ah, tentunya ada pula kelompok lain yg berbuat fasik dan ada pula kelompok lain yg berbuat maksiat.
Perlu diketahui bahwa kebaikan dan keburukan mempunyai tingkatanĀ² yg sama. Keburukan yg paling buruk adalah kekafiran dan keburukan dalam masalah ini bertingkat-tingkat. Demikian pula bid’ah, kefasikan dan kemaksiatan juga mempunyai tingkatanĀ².
Demikian juga kebaikan mempunyai tingkatanĀ² yg sama. Oleh karenanya perhatikanlah baikĀ² masalah ini, sebab hanya dengan cara seperti ini, seseorang akan mengerti maksudnya. Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala akan memberi petunjuk kepada siapapun yg dikehendaki-Nya.ā