162 Masalah Sufistik (Masalah 33)
Syaikh Abdullah bin Ahmad az-Zubaidi ra. bertanya: “Apakah yg lebih utama, berdzikir secara rahasia ataukah berdzikir dengan suara yg keras?”
al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: “Ketahuilah bahwa para ulama al-‘arifin pernah membicarakan masalah ini.
Kesimpulannya, berdzikir dengan suara rendah atau secara rahasia lebih utama bagi orang² yg takut berbuat riya’ jika mengeraskan suara dzikirnya atau takut mengganggu orang lain ketika ia sedang melakukan shalat atau ketika ia sedang tidur.
Akan tetapi jikalau ia tidak takut riya’ atau tidak takut mengganggu orang lain, maka berdzikir dengan mengeraskan suaranya nilainya lebih utama. Sebab, manfaatnya bagi orang lain lebih banyak dan lebih berpengaruh pada hati orang lain yg hatinya lalai.
Namun bagi yg hatinya tidak dapat meresapi dzikir seseorang dan pelaku dzikirnya tidak konsentrasi, maka berdzikir dengan suara rendah lebih bagus daripada mengeraskan suaranya. Hal itu didasari oleh sebuah hadits Rasulullah Saw.:
“Sebaik-baik dzikir adalah dengan suara rendah.”
Dalam hal ini, al-Qur’an juga memerintahkan kita untuk merendahkan suara ketika berdzikir. Hal ini sebagaimana yg terdapat dalam firman Allah Ta’ala:
“Dan sebutlah nama Tuhanmu di dalam dirimu.”
Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa bagi kedua cara berdzikir mempunyai keutamaan masing² menurut keadaannya masing². Oleh karena itu, para pelaku dzikir hendaknya memperhatikan baik² masalah ini. Wallaahu a’lam