162 Masalah Sufistik (Masalah 30):
Syaikh Abdullah Basa’id al-Amudi ra. bertanya: āTentang ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.: Hidupkanlah majelisĀ² taat dengan kehadiran seorang yg malu kepada Allah Ta’ala.ā
al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: āSeolah-olah kesulitannya timbul dari arti malu dan riya’. Meskipun ada sebagian orang yg enggan melakukan amal kebajikan karena malu atau karena takut riya’, akan tetapi riya’ berbeda jauh dengan malu.
Sebab, riya’ mengandung arti seseorang berbuat amal kebajikan karena ingin pamer dihadapan orang banyak, sedangkan malu adalah perasaan yg timbul dari hati seorang yg mulia untuk mengerjakan amal kebajikan, karena ia takut diketahui orang banyak dan ia takut mempunyai perasaan riya’. Kejadian semacam ini banyak terjadi di majelisĀ² orangĀ² shaleh.
Dalam sebuah hadis disebutkan:
āMalulah engkau kepada Allah seperti engkau malu kepada seorang yg shaleh.ā
Dalam hal ini, al-Imam asy-Syaikh Ibnu Sirin ra. berkata: āAku lihat sangat jelek duduk di majelis orangĀ² yg tidak mempunyai rasa malu kepada Allah Ta’ala.”
Disebutkan bahwa Sayyidina Anas bin Malik ra. berkata kepada seorang yg berkata kepadanya bahwa ia merasa malu jika keterlambatannya menghadiri Shalat Jum’at diketahui orang lain: āSeorang yg tidak malu kepada Allah Ta’ala, maka ia tidak boleh malu kepada manusia.”
Mungkin ia menisbahkankan ucapan tersebut kepada Rasulullah Saw. Namun aku ragu tentang masalah ini, karena itu aku tidak mau menilai ucapan itu sebagai ucapan Rasulullah Saw., karena aku takut ancaman siksa Allah Ta’ala bagi yg berdusta atas nama Rasulullah Saw.”