162 Masalah Sufistik (Masalah 20):
Syaikh Abdullah Basaāid al-Amudi ra. bertanya:
“Apakah mendahulukan kepentingan orang lain itu termasuk untuk urusan dunia dan akhirat ataukah hanya berkaitan dengan urusan dunia saja?ā
al-āAllamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: āKetahuilah bahwasanya mendahulukan kepentingan orang lain di dalam urusan dunia dan kesenangannya termasuk perbuatan yg bagus.
Kaum salafunasshalihin terdahulu senantiasa melakukan hal itu dan tentang hal itu banyak kisahĀ² yg mengagumkan. Imam al-Ghazali ra. pernah menyebutkan kisah orangĀ² yg lebih mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan pribadinya di dalam Kitab Ihya’ ‘Ulumuddin dalam bab Dzammul Maali.
Adapun mendahulukan kepentingan orang lain dalam urusan akhirat termasuk juga amalĀ² taqarrub kepada Allah Ta’ala. Namun sebagian salafunasshalihin tidak melakukan hal ini. Sebab mereka berpedoman, untuk urusan akhirat, setiap orang dianjurkan berlomba-lomba dalam memperbanyak amalĀ² kebajikan. Jadi, tidak ada yg boleh mendahulukan orang lain untuk melakukan amalĀ² kebajikan.
Di antara amalĀ² taqarrub ada yg mengandung resiko. Karena itu, sebagian orang ada yg mendahulukan orang lain untuk melakukannya, karena merasa bahwa orang lain lebih mampu dan lebih pantas untuk melakukannya. Misalnya menjadi imam dalam shalat, menjadi pimpinan umat atau menjadi pengajar ilmu pengetahuan.
Tentunya dalam masalahĀ² yg kami sebutkan tadi, tidak semua orang mempunyai kemampuan yg sama. Karena itu, masalah ini tidak boleh diperlombakan, karena semuanya akan berjalan menurut kemampuannya masingĀ². Jika engkau perhatikan baikĀ², dapat kami lihat bahwa mereka yg mendahulukan kepentingan orang lain hanya ingin mendapat ridha Allah Ta’ala dan selamat dari murka-Nya.