Ubudiyya berarti penghambaan. Ada tiga derajat menurut ahli Darqawa.
- Ibada. Berada di arena ketaatan sederhana, yaitu mengenali seluruh kewajiban hamba kepada Rabbnya dalam seluruh urusan ibadah.
- Ubudiyya. Inilah penghambaan. Di sini ketaatan berbinar oleh kenikmatan dalam ibadah kepada Sang Rabb. Dalam ketaatannya terkandung adab, tata krama spiritual yang mendalam. Ada kegembiraan dan peneguhan pada segala perilaku yang perlu. Muncul keinginan untuk melakukan lebih dari yang wajib dan kehendak besar untuk ibadah-ibadah tambahan seperti shalat malam, shaum sunat, sedekah, dan yang serupa.
- Ubuda. Inilah penghambaan sepenuhnya. Shaykh Ibn Ajiba menyatakannya sama seperti dengan kebebasan spontan itu sendiri.
Dengan sampainya kita pada tiga pengertian ini, maka kita makin mendalami tiga serangkai istilah dasar yang ternyata menjadi suatu wawasan YAKIN yang semakin kuat. Di sini apa yang diyakini namun tetap batini, mengejawantah menjadi sikap hidup si pencari.
Si faqir telah mengambil tanggungjawab sebagai seorang murid dan telah memahami bahwa seluruh urusan di Jalan ini bergantung kepada sekuat apa niatnya untuk tiba. Dan tanpa amal tidak ada sesuatu pun yang terjadi. Amal-amal si pencari telah dijelaskan di atas.
Yang pertama digapai jika dia telah menjadikan apa yang wajib sebagai bagian kebiasaan hidupnya. Yang kedua jika wudhu (membersihkan diri sebelum shalat) telah terasa manis baginya. Yang ketiga jika apa yang paling dicintai di dunia ini ialah sejuknya mata saat melaksanakan shalat.
Sumber: 100 Langkah