Suluk adalah ilmu tentang semua unsur-unsur batiniah perjalanan. Si salik ialah dia yang teguh kukuh di atas hikmah yang dibutuhkan baginya, untuk dapat mencegah dirinya dari kegilaan ketika telah tiba saatnya hati bergerak dan cinta terbangkitkan padanya dan jati diri sang makhluk dikuasai oleh angin hasrat dan badai kerinduan. Ketika dunia dan seisinya menjadi siksa dan cobaan bagi si pencari maka suluklah yang memelihara si penempuh dalam hikmah, sehingga pada saat dirinya tercebur, maka dia dapat terhindar melalui pengendalian yang dibutuhkan dan tindakan berani bisa muncul pada saat dia tertarik dari godaan-godaan.
Suluk merupakan sarana yang memungkinkan untuk memperoleh manfaat-manfaat jadhb (keterpikatan) tanpa perlu menjadi majdub, -gila dalam Allah-, sehingga keterpikatan (yang benar, Peny.) dapat berlangsung -karena itu penting- dan keterpikatan yang tak bermanfaat dapat dihindari.
Hal ini dapat dikatakan bahwa seseorang bisa memperoleh pengalamannya tanpa harus terjebak dalam maqamnya.
Jalan kita adalah menjadi salik/majdub. Lahiriahnya waras dan batiniahnya gila dalam Allah. Lahirnya sadar, batinnya mabuk.
Suluk, lahiriahnya mengganti perkataan buruk dengan perkataan baik, perilaku buruk dengan perilaku baik, niat buruk dengan niat baik, sehingga seseorang hidup dengan niat, perkataan, dan perilaku yang benar. Tanda yang terlihat dari si salik ialah bahwa orang lain terlindungi dari perbuatan tangan dan perkataan lidahnya. Adapun buktinya, si salik terpelihara dari perbuatan tangan dan perkataan lidahnya sendiri.
Suluk membantu seseorang mendapatkan manfaat dari maqamnya melalui penyerapan ajarannya, lalu bertolak dari maqamnya dengan harapan memperoleh berbagai hadiah tambahan dari Rabb Yang Maha Pemurah. Batasnya, yaitu kembali pada ikrar bagi si pencari dan menghindari diri dari klaim, kecuali di lidah Al-Haqq.
Sumber: 100 Langkah