Simsima berarti sesam*)!
Shaykh al-Akbar menyatakan simsima adalah “Makrifat yang terlalu halus untuk diungkap.” Dalam makrifat -dalam makna paripurna tentang ilmu mengenal Allah dan rahasia-rahasiaNya- terdapat, baik tahapan-tahapan kejernihan luar biasa dan derajat-derajat kehalusan. Sedangkan yang pernah diisyaratkan oleh mereka yang telah menempuhnya sebelum ini, hanyalah ikhtisar dari perjalanannya itu. Bahkan, hanya sebagian yang bisa dibicarakan, yang lainnya tidak bisa disebut-sebut. Diamnya para arifin lebih dalam secara maknawi dari perkataan mereka. Sedangkan apa yang telah ditulis hanyalah isyarat-isyarat semata. Dan sebagian besarnya dalam bahasa isyarat seperti yang kita ketahui dalam berbagai Diwan utama.
Sang arifin akan menemukan dan harus waspada atas berbagai makrifat yang datang dan pergi. Sekali pergi mereka berlalu dan tidak dapat ditahan pada semua bentuk formalisasi batiniah, namun mereka datang dan pada kedatangannya, sebagaimana dengan seluruh makrifat, mereka mengubah dia yang bisa menangkap sayap-sayapnya. Maka, sang arif pun menyadari bahwa rahasia-rahasia cinta mengalir, dan mengalir tanpa henti. Dalam keberserahdirian atas aliran berbagai makrifat yang akan tiba pada sang arifinlah, yang membuat seseorang menemukan keberadaan pahala-pahala besar.
“Di Taman terdapat kurma-kurma yang begitu besarnya hingga dibutuhkan satu tahun perjalanan untuk memutarinya, namun ketika tangan diulurkan, dengan mudah kurmanya diambil dan dimakan.”
Catatan :
*) se·sam /sésam/ n bijan; wijen
Sumber: 100 Langkah