Sahwa yaitu kesadaran. Shaykh al-Akbar menyebutnya: “Kembali ke sensasi setelah tersingkir karena warid yang kuat.” Sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Imam kita, al-Junayd. Para ulama yang membicarakan dan tidak merasakan telah membuat penggolongan semaunya dalam masalah-masalah ini sehingga timbul satu pendapat palsu tentang adanya mazhab kesadaran yang lebih dominan yang berlawanan dengan mazhab kemabukan. Sang sufi itu lahirnya sadar dan batinnya mabuk. Ia tidak menampilkan dirinya sebagai orang yang lahirnya mabuk sedang batinnya sadar, Karenanya adab senantiasa hadir berkat latihan dan niat. Saat minum-minum dan ekstase, Allah melindungi kekasih-kekasih-Nya dengan keberadaan majelis mulia para sidiqin-Nya. Maka dia yang tidak mampu menjaga ekstasenya, tidak tersingkap kepada pandangan mereka yang jahil dan suka mencela, dan perkecualian tidak membatalkan aturan umumnya. Imam al-Junayd menolak Hallaj dari majelisnya, namun khalifnya ialah ash-Shibli, majdhoub besar, terlatih untuk menyembunyikan ekstasenya di kedalaman suluk gurunya yang mulia. Ahli Darqawi menyiapkan hatinya menjadi dia yang berkesadaran lahiriah, hanya saja sudah jelas bahwa para pengikut Mawlay al-Arabi ad-Darqawi adalah mabuk/sadar, sebagaimana mereka itu agung/indah. Mereka adalah pengemis/raja-raja sebagaimana mereka mujahid/wali.
Sumber: 100 Langkah