Sahq berarti pelumatan. Shaykh al-Akbar menyatakan, “Hilangnya strukturmu karena paksaan kekuatan.” Ia menyebut Mahq sebagai, “Fananya dirimu dalam sumber-Nya.” Maksudnya yaitu kebinasaan. Sa’iqa atau halilintar. “Fana dalam tajalli ilahi.”
Ketiga istilah ini secara berbeda menatap langsung kejadian utama fana yang tidak boleh diremehkan, karena kekuatan Allah yang Maha Kuat. Dan fananya jati diri pengalaman, atau intisarinya, adalah hal menghancurkan, dimana istilah-istilah tersebut itu tepat persis dan bukan sesuatu yang berlebihan. Di dalam tafakur mendalam si arifin, ketika saatnya tiba dan ia diperintah untuk bergerak karena satu detak batin kalbu, maka pada waktu itu -yang bukan waktu itu- pengaruh pecahnya batasan waktu itu ialah sambaran halilintar yang tidak dapat dihindari. Walaupun dijelaskan dengan istilah ini, pelumatan dan kehancuran, haruslah diingat bahwa Dia yang Aziz itu juga Ar-Rahman. Di tahap ini kerinduan si pencinta tidak lain adalah keingin-matian, ingin segera beres dengan bayangan dirinya dan akhirnya berhadap-hadapan wajah dengan Al Haqq –Ilm al-laduni– Ilmu langsung. Inilah harganya, wahai arifin! namun ingatlah ketika engkau kembali ke dunia, itulah hakikatmu, maka apalagi yang hendak engkau kerjakan kini selain senantiasa memuji Dia.
“Segala sesuatu yang ada padanya akan musnah. Dan yang kekal hanyalah Wajah Rabbmu yang Maha Gagah dan Maha Mulia.” (Surat Ar-Rahmaan ayat 26-27).
Sumber: 100 Langkah