Sabar adalah obat pahit yang manis buahnya. Imam kita (Imam al-Junayd radhiallahu’anhu) berkata bahwa sabar adalah bersabar dengan kesabaran.
Kesabaran pertama yang harus dipelajari, yaitu bersabar terhadap orang-orang lain. Ini yang tersulit, dan jika bisa digapai, maka diperoleh keuntungan yang besar dan kemenangan. Terkandung padanya benih-benih pemaafan bagi orang-orang lain, yang maknanya adalah sifat mulia kasih sayang terhadap kelemahan insani.
Kesabaran kedua, yaitu bersabar terhadap diri sendiri. Jika seseorang berlaku kasar kepada dirinya sendiri maka dirinya akan lumpuh. Diri itu tidak suka dikasari, apalagi diubah. Seorang faqir lugu akan segera mengubah perilaku buruknya pada kesempatan pertama. Adapun faqir cendekia yang biasa berdebat dan merasionalkan segala sesuatu, dapat mengulangi amal buruknya berkali-kali sebelum menyudahinya.
Sang faqir harus gigih, untuk lagi dan lagi menghadapi nafsunya. Jika ia bersabar, akan terbuka jalan untuk menyiasati nafsunya itu. Seseorang yang mampu melakukan hal itu telah menemukan satu jalan pintas dan sebuah kemenangan yang pasti.
Kesabaran ketiga, yaitu kesabaran terhadap Takdir Allah dan inilah yang dimaksud oleh Imam al-Junayd di atas. Ini merupakan pergumulan dengan intisari tauhid. Tidak lagi sekadar terkait atas kesengsaraan dan kesakitan, karena yang demikian bisa terbukti sesuatu yang biasa dan mudah. Yang sulit dan amat penting adalah bersabar dalam lingkup kejadian. Allah menghendaki sesuatu. Anda menghendaki sesuatu. Yang Anda kehendaki bukanlah kehendak Allah, tetapi sadarilah, bahwa apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Sabar yang sempurna adalah menghendaki apa yang dikehendaki Allah setiap saat.
Sumber: 100 Langkah