Raja’ adalah harapan. Pria saleh yang membawa Shaykh Ibn Al-Habib ke Jalan Sufi, biasa meniti tangga-tangga curam ditempat mereka berteduh di Fez sambil berkata, “Khawf! Raja’! Khawf! Raja’!” di setiap langkahnya. Dengan ini ia mengisyaratkan pendekatan sempurna dan setimbang terhadap ilmu bagi sang ulama muda yang masih hidup di arena beku tentang konsep-konsep dan wacana. Harapan, di awalnya adalah merindukan kebaikan yang akan tiba setelah kematian berupa pahala Taman (surga, Peny.). Di tengahnya adalah keridaan Allah pada hamba-Nya. Di akhirnya adalah benderangnya penyaksian atas Sang Raja dan masuk kedalam rahasia-rahasia ilmu-Nya.
Shaykh Ibn Al-Habib berkata dalam Diwannya, “Engkau harus memakai dua terompah kembar, takut dan harap (khawf dan raja’, Peny.). Pertemuan dengan hal berlawanan seperti itu adalah sebuah tahap yang diperlukan di jalan ini. Tidak dapat dihindari. Jangan coba mengurangi keagungan Allah yang tidak tertandingi dan menakutkan, karena Dia sebenarnya telah melindungimu dari keagungan ketetapan-kehendak-Nya yang lain. Jangan tergelincir kepada pemahaman kanak-kanak tentang apa itu kasih sayang. Pisaunya si ahli bedah juga bermakna kasih sayang. Penderitaan di dunia ini adalah sebentuk kasih sayang jika melalui pengajarannya kita menghindari penderitaan di dunia berikutnya.
Si faqir haruslah teguh dalam khawf dan raja’. Akan tiba masa ketika kedua ilmu ini akan berubah menjadi suatu pengalaman lebih mendalam dan lebih benderang.
Sumber: 100 Langkah