Nasut berarti keinsanan.
Kita telah tiba pada tiga serangkai istilah yang menyatakan kehidupan dari wawasan baru ilmu yang dimiliki sang arifin. Sebelum makrifat Semesta ada di luar dirinya, berlawanan dengannya. Dalam kerahasiaan muraqaba-nya, ia telah menggulung Semesta dalam dirinya dan melampauinya. Ia telah menegaskan pernyataan mulia Shaykh Sidi Ali al-Jamal, “Kehidupan ialah separasimu dan engkau ialah penyatuannya.” Sudah tidak mungkin bagi cara pandangnya untuk bicara tentang semesta sebagai dia yang berada di luarnya.
Nasut adalah istilah yang menyatakan insan manusia sebagai satu penyatuan semesta. Kini si insan manusia ialah insan/semesta. Sang arifin ialah seorang insan semesta. Maka keinsanannya ada dalam sisi yang melingkupi seluruh kesadarannya. Ia tidak lagi memiliki sebuah psikologi namun ia tetap terus hidup. Demikian pula, dunia tidak lagi memiliki satu kosmologi karena ia mengetahui hakikat semesta dalam batiniahnya. Baginya, perjalanan lahiriah dalam ruang adalah sebentuk kejahilan jika dilakukan hanya semata untuk itu, karena perjalanan lahiriah itu untuk mengenali diri, sebagaimana ia temukan bahwa perjalanan batiniah ialah untuk menemukan peristiwa kejadian semesta.
Maka bisa kita katakan bahwa nasut adalah bagian pertama dari tiga serangkai mengetahui, satu cara mengenali kehidupan dimana si pengenal dan arenanya bukanlah dua, atau tersambung, namun satu hakikat bilateral.
Sumber: 100 Langkah