Mursyid kami, Shaykh al-Kamil, Sayyidi Muhammad ibn al-Habib berkata, ‘Murid berasal dari akar kata iradat (kehendak/kemauan) dan ia bergantung kepada Ikhlas’. Makna sebenarnya dari murid ialah dia yang telah melucuti kehendaknya sendiri dan menerima segala kehendak Allah baginya, yaitu beribadah kepada Allah Yang Maha Tinggi, karena Ia telah berfirman, “Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku.”
Jika si murid lemah dalam mengendalikan dirinya karena batinnya dikuasai nafsu dan setan, ia menyerahkan dirinya di bawah pengaturan dan daya perlindungan Shaykhnya. Sang Shaykh akan membantu si murid untuk taat dan beribadah kepada Allah melalui himma** nya yang bekerja atas izin Allah, juga melalui perkataannya yang dijadikan berkesan atas karunia Allah. Karena itu seorang murid haruslah bergantung kepada kebaikan yang disampaikan oleh Shaykh zamannya kepadanya.
Sidi Abd al-Wahab Ibn Ashir***) berkata, ‘Si murid berkumpul bersama seorang Shaykh yang paham jalan-jalan akhlak, dan yang melindunginya dari berbagai bahaya di jalan-jalan itu. Si murid diingatkan kepada Allah jika melihat Shaykhnya, yang kemudian akan menuntun sang hamba kepada Rajanya.’
Ibn Atha’illah, semoga Allah ridha padanya, berkata dalam Hikam, ‘Jangan berkumpul dengan seseorang yang keadaannya tidak mengubahmu dan yang ucapannya tidak menuntunmu kepada Allah’. Peningkatan keadaan anda dan bimbingan pada perkataannya adalah hasil dari berkumpul itu. Jadi siapa saja yang tidak menemukan hal ini dari teman sekumpulannya segeralah tinggalkan dia kepada Allah dan carilah teman yang sesuai dengan paparan ini.
Murid akan memperoleh seorang Mursyid sesuai dengan keikhlasan dan keteguhan niatnya. Kepada Allah kita memohon pertolongan.
Catatan :
*) iradat /ira·dat/ n kehendak, kemauan (Tuhan): Tuhan telah mene-tapkan dengan — Nya
**) Himma berarti aspirasi yang kuat. Aspirasi yang kuat menurut KBBI:
aspirasi /as·pi·ra·si/ n 1 harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang: Garis-Garis Besar Haluan Negara pada hakikatnya adalah — bangsa; 2 ilham yang timbul dalam mencipta;
***) Imam Abd al-Wahid ibn ‘Ali ibn ‘Ashir, Abu Muhammad, rahimahullah, ialah seorang Imam Besar, lautan ilmu, mujahid, keturunan Ansari, berasal dari Andalusia dan dibesarkan di Fes, tempat tinggalnya.
Memiliki berbagai ilmu: mulai dari qiraat (bacaan Al Qur’an), rasm wa dabt (menulis Al Qur’an), nahwu (tata bahasa), sarf (morfologi), i’rab (sintaksi), tafsir (tafsir Al Qur’an), hadist, kalam (ilmu tauhid), fiqh (fikih), tasawwuf, bayan (kefasihan), ‘arud (matra irama syair), tawqit (perhitungan waktu), mantiq (logika), hisab (aritmetika), usul al-fiqh (dasar-dasar fikih), fara’id (hukum waris), tibb (pengobatan), dan lain-lain.
Beliau berhaji ke Mekkah, turut serta dalam serangkaian jihad bersenjata, kerap beriktikaf di masjid dan melaksanakan salat tahajud.
Karya utamanya adalah al-Murshid al-Mu’in ‘ala ad-Daruri min ‘Ulum ad-Deen, kitab tentang akidah Ash’ari, fikih Malik, dan tasawuf al-Junayd.
Beliau wafat di Fes pada 1040 H.
Sumber: 100 Langkah