Muraqaba yaitu berjaga.
Penjagaan ini dimulai saat si faqir menjaga diri dari berbagai perbuatan keliru nafsunya. Kemudian berjaga ini menjadi semakin dalam, berupa satu perhatian dalam fikir yang mencegah segala selainnya memasuki ke dalam kesadaran. Lalu terdapat satu tahap akhir berjaga yang merupakan puncak makrifat. Ia melingkupi perpindahan kesadaran, yakni pengalaman tauhid itu.
Mari kita perhatikan kembali. Di tahap pertama engkau mendirikan seorang Pengawas untuk mengawasi lahiriahmu dan menjadikannya murni. Di tahap kedua si Pengawas mengawasi nafsu, dalam berbagai tipu daya batinnya. Dari sini muncul satu tahap mulia di mana si Pengawas dihampakan dari mengawasi apapun atau bentuk apapun, ditahan hanya oleh zikir menyebut Nama-Nya. Ini membawa kepada Kehampaan Asali. Maka si pencari bergerak di antara alam-alam, menarik yang indrawi dan maknawi mendekat, semakin mendekat, kepada kesetimbangan yang semakin halus dan halus. Saat cahaya-cahaya menyeruak, engkau tahu bahwa engkau tidak melihat Allah, namun Allah melihatmu. Ihsan. Ini bukanlah monisme murni atau posisi penyederhanaan filosofi apapun. Ini adalah satu keadaan yang tidak bisa diutarakan dalam ekspresi linear atau rumusan, karena ia begitu halus, dinamis dan rahasia. Wirid di saat ini ialah Wird as-Sahl.
Allahu maee. Allahu nadhirun alayya. Allahu shahidun alayya. 66 kali.
Sumber: 100 Langkah