Khalwa atau khalwat*) adalah mengundurkan diri dari dunia, untuk memfokuskan perhatian pada amal berzikir ‘Ism ‘al-Adhim agar tiba di penyaksian Wajah-Nya. Pembimbingnya ialah Sang Shaykh. Di maqam inilah nasihat Shaykh Mawlay Abdal-Qadir al-Jilani harus sepenuhnya ditaati. Mereka yang jahil menyalahartikan nasihat itu sebagai sebentuk pengendalian sosial palsu Sang Shaykh atas muridnya. Bukan demikian. Dalam kerangka maqam inilah beliau berkata: “Jadilah dirimu bersama Shaykhmu sebagai sesosok jasad mati di tangan mereka yang memandikannya.”
Dalam khalwa, seluruh adab untuk duduk dengan benar, memusatkan perhatian, semua bentuk ubuda terdahulu, akan membantu si pencari. Tapi tidak satupun yang akan demikian membantunya, selain harapan besar kepada Rabb-Nya, satu keyakinan mendalam atas kekuasaan dan keindahan Dia, yang berkuasa menutupi keburukan-keburukanmu dengan kesucian-Nya, dan kegelapanmu dengan cahaya-Nya.
Shaykh Abul Abbas al-Mursi, Sang Qutb, berkata, “Betapa sukar untuk menggapai Sang Shaykh. Begitu mudah untuk menggapai Allah.” Inilah rahasia khalwa dan pintu menuju keberhasilan. Bergantunglah kepada Sang Shaykh dan ceritakan padanya segala sesuatu yang terjadi dengan jujur dan hati-hati. Ikuti bimbingannya dengan sungguh-sungguh, sampai kata terakhir dalam perintah dan peringatannya. Khalwa berasal dari sepatah kata yang artinya hutan belantara atau ruang luas terbuka. Bahkan sesungguhnya bagi si arifin, inilah ruang terbukanya ruang terbuka.
Catatan :
khal·wat n pengasingan diri (untuk menenangkan pikiran dan sebagainya);
ber·khal·wat v 1 mengasingkan diri di tempat yang sunyi untuk bertafakur, beribadah, dan sebagainya: selama bulan Ramadan ulama itu ~ di kampung yang terpencil; 2 berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim di tempat sunyi atau tersembunyi
Sumber: 100 Langkah