Ka’s berarti cangkirnya. Seorang sufi berkata, “Cangkirnya ialah hati sang Shaykh.” Shaykh al-Fayturi berkata dalam kitab Fayyturiyya:
“Al-Alawi, (ialah) sang Ghawth zaman ini.
Ketibaanku telah disempurnakan olehnya. Dia-lah kemuliaan rahasia-rahasianya.
Dia-lah gelas dan anggurnya.
Dia-lah penyaji cangkir anggur kesempurnaan bagi mereka yang terpelajar.
Al-Fayturi hilang akal dengan cinta darinya – ia meminum kemabukan dari anggurnya.”
Bahasa ini telah menimbulkan kebingungan besar di antara mereka yang jahil, yang tidak mau berusaha memahami makna-maknanya yang demikian halus sehingga mereka harus diperlambangkan dalam bahasa ‘Ishara dalam berbagai Diwannya para Arifin itu. Seluruh bahasanya jelas membentengi keistimewaan indah yang bertambah indah antara cangkir dan anggur, bentuknya dan cahayanya. Kita berbicara tentang ‘cangkir-cangkir yang terus-menerus berkeliling’ – maka para sufi muncul di berbagai kedai arak, semua wajah berubah jadi wajah sang Shaykh. Selanjutnya wajah sang Shaykh pun berubah menjadi sebuah cermin yang dengannya seseorang menatap rahasianya sendiri. Minum-minum berlangsung terus hingga ekstase membuat si peminum kelabakan. Hingga mataharinya terbit.
Sumber: 100 Langkah