Jabarut, yaitu kerajaan daya upaya kekuatan. Inilah kerajaaan nur cahaya. Shaykh Al-Akbar mencatat: “Bagi Abu Talib inilah alam Maha Besar. Bagi kita inilah alam tengah-tengah.” Dengan ini ia mengisyaratkan bahwa muluk itu bersebrangan dengan malakut dan jabarut, tepatnya adalah alam nur cahaya, Hadirat Ilahi yang merekahkan antara dua alam yang mendasari keberadaan makhluk ciptaan. Ini berarti bahwa Cahaya adalah barzah*, parak** yang tampak dan yang tidak tampak.
Pada hakikatnya keberadaan-hidup itu tunggal, tiga kerajaaan itu sebenarnya satu kerajaan dengan Raja Ahad. Melalui penyusunan berbagai limit dengan pembatas-pembatas serta pelbagai perbedaan maka keberadaan-hidup alam semesta metagalaksi itu bisa diwujudkan. Yang menciptakan pembatas-pembatas, dan ialah pembatasnya, tidak lain adalah Hakikat Ahad dalam kesempurnaan keagungan yang tidak terkait suatu wujud apapun. Pembatas-pembatas itu bukanlah hakikat wujud itu sendiri, tetapi tanpa mereka (pembatas-pembatas, Peny.), tidak ada yang bisa didefinisikan dan tidak ada satupun yang dapat mendefinisikannya.
Pada Al-Quran dinyatakan bahwa Allah, Yang Maha Suci, Wujud Zahir dan Gaib Batin: “Yang Awal dan Akhir” [Surat Al Hadiid ayat 3]. “Kemanapun engkau hadapkan wajahmu disitulah wajah Allah” [Surat Al Baqarah ayat 115]. “Allah ialah (pemberi) nur langit dan bumi” [Surat An Nur ayat 35]. Dengan cahaya kita bisa membedakan dan karena cahaya kita terbutakan atas ketiadaan-pembedaan. Baik pemisahan dan penyatuan bergantung pada cahaya.
Jabarut adalah cahaya di atas cahaya. Dalam shalawatnya bagi Rasulullah, Shaykh al-Mashish*** mengucapkan: “Ya Allah berkatilah Baginda yang darinya rahasia-rahasia telah memancar dan limpahan cahaya membanjir. Karena Baginda pelbagai hakikat terbit, dan ilmunya Junjungan kita Adam, salallaahu alayhi salam, tercurah kepadanya. Karena itu, tidak ada makhluk-ciptaan yang bisa sebanding dengannya, dan kepahaman adalah hal sepele bagi Baginda. Tidak seorangpun dari kita dapat mencapai derajat Baginda, baik sebelum atau sesudahnya. Taman-taman malakut amat bergembira dengan berbagai bunga jamal****nya Baginda, dan kolam-kolam jabarut berlimpahan dengan pancaran cahaya Baginda.”
Catatan :
*) alam1 n 1 segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi, bintang, kekuatan): — sekeliling; 2 lingkungan kehidupan: — akhirat; 3 segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu keutuhan: — pikiran; — tumbuh-tumbuhan; 4 segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini: hukum –; ilmu –; 5 yang bukan buatan manusia: karet –; 6 dunia: — semesta; syah –; 7 kerajaan; daerah; negeri: — Minangkabau;
— barzakh alam dari waktu mati sampai dibangkitkan dari mati pada hari kiamat; alam samar; alam kubur;
**) pa·rak n 1 perpisahaan; 2 beda: kelakuanmu tidak berapa — nya dengan kelakuan ayahmu;
ber·pa·rak v berpisah; bercerai: mereka ~ bukan karena benci;
me·ma·rak·kan v membedakan
***) Tentang Shaykh Abdassalam Al-Mashish rahimahullah :
Shaykh Abdassalam Al-Mashish Al-Alami rahimahullah. Lahir di lingkungan Banu Arous di Jabal Al-Alam, sebuah gunung di selatan kota Tetouan, Maroko. Beliau ialah Murshid kepada Shaykh Abul Hasan Shadhili rahimahullah – satu-satunya muridnya. Beliau wafat pada 1227 Masehi dan dimakamkan di dekat puncak Jabal Al-Alam itu. Salawat beliau, Salawat Mashishiyah, terus dibaca oleh para fuqara dan faqirat dimana-mana.
****) ja·mal Ar n keelokan; keindahan
Sumber: 100 Langkah