Lisan, lidah.
Shaykh al-Akbar menyebutnya, “Yang darinya kefasihan ilahi terjadi pada telinga para arifin.”
Bagi para pencinta, hadiah-hadiah Allah mengalir tiada henti. Sang arifin yang kuat yang langgeng kembali ke ruang audiensi penyaksian, akan mengetahui bahwa Allah memuliakan hamba-Nya dengan ucapan-Nya sebagaimana dalam menyibakkan tabir-Nya. Maka Allah berkata secara langsung dan sesuai dengan isyarat-isyarat dalam Al-Qur’an. Sebagaimana adanya adab saat penyaksian, yang amat tegas, antara Rabb dan hamba, begitu pula dalam audiensi.
Ini kadangkala disebut sebagai pelucutan sandal, karena si hamba harus menyingkirkan dua dunia sebelum ia bicara dengan Sang Kekasih dan mendengar Sang Kekasih. Inilah sebuah tempat – dan tempat itu adalah sebuah kehadiran – Hadrat ar-Rabbani – hadirat Rabbi. Hadirat-hadirat ini bertambah dan makna-maknanya meningkat hingga sang arifin besar segera saja menjabarkan pesan demi pesan dari Sang Kekasih. Maka apa yang mulanya keintiman yang terjadi di khalwa dan ghuzla, segera terjadi di alun-alun dan di pasar. Allah Maha Mendengar. Allah Maha Berfirman. Allah Rabb Semesta Alam.
Maha Suci Allah.
Sumber: 100 Langkah