Qurb berarti keakraban.
Dalam kasidahnya yang lembut dan tidak tertandingi, berjudul ‘Kerinduan Murid Yang Bersuluk dan Permata Safarnya Arifin’, penulisnya berkata, “Mendefinisikan Maqam Kedekatan.”
“Menyebut-nyebut Sang Kekasih memakaikan pada kami keindahan, kecemerlangan, kemuliaan dan suka cita.”
“Ketika mendekat, kami membuang semua pengekangan dan memproklamasikan Yang Ahad, yang begitu kami cintai untuk dipuja-puji. Sang Kekasih memberi kami seteguk cinta untuk diminum yang menjadikan semua, kecuali Sang Kekasih, lenyap.”
“Kami lihat bahwa makhluk ciptaan sebagai partikel-partikel debu yang murni, kami melihat cahaya-cahaya jelas-jelas bermunculan. Setelah dilenyapkan dan fana dalam suatu anggur pemberi cahaya, kami kembali ke ciptaan. Dengan karunia Allah, kami diberi baqa dan dengan sabar kami sembunyikan Yang Ahad yang kami cintai.”
“Betapa sering kami menatap seorang salik sehingga dia terus naik ke berbagai maqam mereka yang telah mencebur ke dalam lautan.”
Dengan kasidahnya itu Shaykh Ibn al-Habib menjabarkan hadiah-hadiah yang disiapkan bagi mereka yang masuk ke dalam keintiman maqam qurb. Inilah maqam dari berjarak dua busur panah – sebuah istilah yang dipahami oleh arifin sebagai pertanda keakraban dan pertemuan wajah dengan wajah, pusat sir Tauhid itu sendiri. Dia yang berada di maqam ini kini aktif secara batiniah sebagaimana ia sebelumnya aktif secara lahiriah. Sebelumnya ia berkelana mencari para pencinta Allah, kini ia berjalan ruhani, berusaha kembali pada Sang Kekasih.
Kasidahnya berlanjut :
“Kami sibukkan diri kami sendiri dengan sesuatu yang rahasia, dan demikianlah, dan Dia yang kami pilih untuk dicintai telah datang kepada kami.”
Sumber: 100 Langkah