Surat Syaikh Ibnu Atha’illah Untuk Sahabatnya – 16:
ŁŁŲÆ ŁŲ§Ł Ų£ŲØŁŲØŁŲ± Ų§ŁŲµŲÆŁŁ Ų±Ų¶Ł Ų§ŁŁŁ ŲŖŲ¹Ų§Ł Ų¹ŁŁ ŁŲ¹Ų§Ų¦Ų“Ų© Ų±Ų¶Ł Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŲ§ ŁŁ
Ų§ ŁŲ²ŁŲŖ ŲØŲ±Ų§ Ų¦ŲŖŁŲ§ Ł
Ł Ų§ŁŲ„ŁŁ Ų¹ŁŁ ŁŲ³Ų§Ł Ų±Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
Ų ŁŲ§Ų¹Ų§Ų¦Ų“Ų© Ų£Ų“ŁŲ±Ł Ų±Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
. ŁŁŲ§ŁŲŖŲ ŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ§Ų£Ų“ŁŲ± Ų§ŁŲ§ Ų§ŁŁŁ. ŲÆŁŁŲ§ Ų£ŲØŁ ŲØŁŲ± Ų±Ų¶Ł Ų§ŁŁŁ ŲŖŲ¹Ų§Ł Ų¹ŁŁ Ų¹ŁŁ Ų§ŁŁ
ŁŲ§Ł
Ų§ŁŲ£ŁŁ
Ł Ł
ŁŲ§Ł
Ų§ŁŲØŁŲ§Ų” Ų§ŁŁ
ŁŲŖŲ¶Ł ŁŲ„Ų«ŲØŲ§ŲŖ Ų§ŁŲ¢Ų«Ų§Ų±. ŁŁŲÆŁŲ§Ł Ų§ŁŁŁ ŲŖŲ¹Ų§ŁŁŲ Ų£Ł Ų§Ų“ŁŲ±ŁŁ ŁŁŁŲ§ ŁŲÆŁŁ. ŁŁŲ§Ł ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
Ų ŁŲ§ŁŲ“ŁŲ±Ų§ŁŁŁ Ł
Ł ŁŲ§ŁŲ“ŁŲ± Ų§ŁŲ§Ų³. ŁŁŲ§ŁŲŖ ŁŁ ŁŁ Ų°ŁŁ Ų§ŁŁŁŲŖ Ł
ŲµŲ·ŁŁ
Ų© Ų¹Ł Ų“Ų§ŁŲÆŁŲ§ŲŗŲ§Ų¦ŲØŲ© Ų¹ŁŲ§ŁŲ¢Ų«Ų§Ų± ŁŁŁ
ŲŖŲ“ŁŲÆ Ų§ŁŲ§ Ų§ŁŁŲ§ŲŲÆ Ų§ŁŁŁŲ§Ų±.
Abu Bakar ash-Shiddiq ra. telah berkata kepada Aisyah ra. ketika Allah menurunkan ayat yg menerangkan kesucian Aisyah ra. dari tuduhanĀ² orang munafik, āHai Aisyah, bersyukurlah (berterima kasihlah) kepada Rasulullah Saw.ā Jawab Aisyah ra., āDemi Allah, aku tidak akan bersyukur melainkan kepada Allah.ā Di sini, Abu Bakar ra. menunjukkan kepada Aisyah ra. tingkat kedudukan yg lebih sempurna, yaitu maqam keabadian yg tetap mengakui adanya makhluk. Allah telah berfirman, āBersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ayah-bundamu.ā Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, āTidak bersyukur kepada Allah orang yg tidak berterima kasih terhadap sesama manusia.ā Akan tetapi, ketika itu, perasaan Aisyah ra. sedang tenggelam dalam lautan cahaya Ilahi sehingga ia lupa terhadap semua makhluk dan tidak melihat sesuatu, kecuali Dzat Allah Yang Esa dan Maha Kuasa.
Sayyidah Aisyah ra. diminta oleh Sayyidina Abu Bakar ra. agar berterima kasih kepada Rasulullah Saw. Karena keterbebasan Sayyidah Aisyah ra. dari tuduhan dusta orangĀ² munafik disebabkan oleh Rasulullah Saw. dan keberkahan Beliau.
Dengan demikian, Beliau layak disyukuri dan diberi ucapan terima kasih. Akan tetapi, Sayyidah Aisyah ra. justru menjawab, āDemi Allah, aku tidak akan bersyukur melainkan kepada Allah.ā Hal itu dikarenakan, Sayyidah Aisyah ra. tengah tak sadarkan diri dan tenggelam dalam cahaya Ilahi. Ia tidak memandang kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.
Sayyidina Abu Bakar ra. menunjukkan kepada Sayyidah Aisyah ra. tingkat maqam yg lebih sempurna, yaitu baqa’ (keabadian) yg tetap mengakui dan memandang adanya atsar (kebendaan atau makhluk). Di antara orang yg menduduki maqam ini adalah Rasulullah Saw. Makna memandang makhluk adalah berterima kasih kepada makhluk.
Kemudian, Sayyidina Abu Bakar ra. mendasari perlunya berterima kasih kepada makhluk dengan firman Allah Ta’ala, āBersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ayah-bundamu,ā dan sabda Rasulullah Saw., āTidak dianggap bersyukur kepada Allah, orang yg tidak berterima kasih kepada sesama manusia.ā
Syukur atau terima kasih kepada manusia sebaiknya tetap diungkapkan. Secara tidak langsung, ini juga merupakan syukur atau terima kasih kepada Allah Ta’ala karena hanya Dia yg menggerakkan hati manusia. Syukur (terima kasih) kepada manusia tetap diperlukan karena mereka adalah perantara. Yg berbahaya adalah jika kita tetap bergantung kepada hamba dan melupakan Tuhan.
Sementara itu, Sayyidah Aisyah ra. ketika itu sedang terlepas dari perasaannya, terlepas dari sifat kemanusiaannya. Ia mengalami satu kondisi yg di saat itu ia hanya merasakan penampakan Allah Ta’ala padanya dengan sifat-Nya Yang Maha Memaksa sehingga ia tidak sadarkan diri dan tidak menyadari keberadaan makhluk. Oleh karena itu, ia tidak melihat kecuali kepada Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Kalimat āketika ituā menandakan bahwa Sayyidah Aisyah ra. mengalami kondisi tersebut tidak setiap waktu, bahkan setelah itu, ia langsung naik ke maqam farq (perpisahan), yaitu maqam yg menuntunnya untuk melihat Allah Ta’ala sekaligus melihat makhluk. Wallaahu a’lam