Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.
Majelis ke-49:
“Bermurah Memberi Orang yang Meminta-minta”
Pengajian Jum’at, 17 Sya‘ban 545 H, di Madrasah.
Alkisah, pada suatu hari ‘Abd Allah Ibn al-Mubarak rahimahullah didatangi seorang pengemis yg meminta sedikit makanan padanya. Waktu itu ia tidak memiliki apa² lagi selain 10 butir telor, maka ia pun memerintahkan pembantunya untuk memberikan telur² itu pada pengemis tersebut. Si pembantu hanya memberikan sembilan saja, dan menyembunyikan satu butir. Menjelang matahari terbenam, seseorang datang mengetuk pintu seraya berkata, “Ambillah keranjang ini!” ‘Abd Allah rahimahullah keluar rumah dan mengambilnya. Dilihatnya ada banyak telur di dalam keranjang itu. Ia menghitung telur² itu dan ternyata berjumlah 90 butir. Lalu ia berkata pada pembantunya, “Mana telur² yg lain? Berapa telur yg kau berikan pada si pengemis tadi?” Dijawab, “Aku memberinya 9 butir dan aku sisakan sebutir untuk Anda berbuka, Tuanku!” ‘Abd Allah berkata, “Jadi, kita berhutang 10 butir.”
Begitulah langgam mereka berinteraksi dengan Tuhannya. Mereka mengimani dan membenarkan apa yg berlaku dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka tidak pernah menyalahi Al-Qur’an dalam gerak dan diam, serta dalam mengambil dan memberi. Mereka nyata bertransaksi dengan Allah Ta’ala dan meraup untung besar dalam transaksi ini, karena itulah mereka terus menekuninya. Mereka melihat pintu-Nya terbuka lebar², maka mereka pun masuk ke dalamnya, dan melihat pintu² selain-Nya tertutup, maka mereka pun menjauhinya. Mereka menuruti-Nya dalam (berinteraksi dengan) selain-Nya, dan tidak menuruti selain-Nya dalam (berinteraksi dengan)-Nya. Mereka menuruti-Nya dalam kemurkaan-Nya pada orang yg membuat-Nya murka dan dalam kecintaan-Nya pada orang yg membuat-Nya cinta.
Sebagian mereka menuturkan: “Turutilah Allah Ta’ala dalam (berinteraksi dengan) makhluk, tapi jangan turuti makhluk dalam (berinteraksi dengan) Allah Ta’ala, maka hancurlah orang yg hancur, dan beruntunglah orang yg beruntung.” Kaum shaleh senantiasa berada di samping Allah Ta’ala, mengunggulkan-Nya di atas diri mereka dan selain-Nya. Dalam hal ini, mereka tidak peduli dengan celaan orang dan tidak juga takut dengan seorang pun selama masih dalam batas²Nya dan dalam kerangka penegakan syariat-Nya.
Wahai pemuda! Tinggalkanlah kegilaan yg sedang kau lakukan saat ini! Ikutilah kaum shaleh dalam perkataan dan perbuatan mereka. Janganlah engkau mencari perolehan yg telah mereka capai hanya dengan klaim² kebohongan semata. Bersabarlah menghadapi bala cobaan sebagaimana kesabaran mereka menanggungnya, hingga engkau akan sampai pada perolehan yg telah mereka capai. Jika tidak ada bala cobaan, pastilah semua manusia menjadi ahli ibadah dan ahli zuhud. Bala cobaan akan tetap datang menimpa mereka dan jika mereka tidak bersabar menghadapinya, maka mereka akan tertutup dan terhalang dari pintu Tuhan mereka. Siapa yg tidak memiliki kesabaran, maka tidak ada anugerah untuknya. Jika engkau tidak bersikap sabar dan ridha menerima, maka hal itu menyebabkanmu keluar dari penghambaan pada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi:
“Barangsiapa yg tidak ridha menerima qadha-Ku dan tidak sabar atas bala coba-Ku, maka angkatlah tuhan selain-Ku.”
Puaslah menerima-Nya, tanpa selain-Nya. Takdir adalah entitas yg baik dan buruk bagi kalian. Wujudkanlah Islam kalian, hingga kalian mencapai keimanan, lalu realisasikan keimanan hingga mencapai keyakinan. Saat itulah kalian bisa melihat apa yg belum pernah kalian lihat dengan mata keyakinan (‘ayn al-yaqin). Dia akan memperlihatkan segala sesuatu pada kalian sesuai dengan bentuknya. Dia menjadikan berita (khabar) sebagai pemandangan yg kasat mata.
Dia menghentikan hati pada pintu Allah Ta’ala dan memperlihatkan segala sesuatu kepadanya. Jika hati berhenti dan terpaku di pintu Allah Ta’ala, maka tangan kemuliaan akan menjulur padanya, dan memuliakannya hingga menjadi sosok mulia (karim) yg memiliki empati dan selalu bermurah hati pada makhluk serta tidak kikir sedikit pun pada mereka. Hati yg shahih dan shaleh untuk Allah Ta’ala adalah hati yg mulia, dan nurani yg bersih dari kotoran adalah nurani yg mulia. Bagaimana keduanya tidak menjadi demikian, sementara yg memuliakan keduanya adalah Yang Maha Mulia di atas yg paling mulia (Akram al-Akramin).
Wahai manusia! Engkau harus bersikap murah hati dan empati dalam menjalankan ketaatan pada Allah Ta’ala, bukan dalam maksiat kepada-Nya. Setiap nikmat yg di belanjakan dalam kemaksiatan akan rentan hilang. Bersibuklah kalian mencari rezeki dengan tetap menjalankan ketaatan sampai kedekatan-Nya merengkuhmu, maka seluruh anganmu akan menyatu dengan-Nya dan di dalam-Nya, bukan dengan selain-Nya. Ketika itulah, hidangan makananmu tersaji dari periuk kemuliaan dan kemurahan-Nya dari arah yg tidak kalian sangka² dan pikirkan sebelumnya.
Nafsu adalah hijab mereka dari-Nya, maka ketika nafsu menghilang, hilanglah pula hijab tersebut. Syaikh Abu Yazid al-Busthami qs. berkisah: “Aku bermimpi melihat Tuhanku, lalu aku bertanya pada-Nya, “Bagaimana jalan menuju-Mu, wahai Bari Khuda?” Dia menjawab, “Jauhi nafsumu dan kemarilah!” Sejak kejadian itu aku tanggalkan semua nafsu, sebagaimana terkelupasnya biji dari kulitnya.” Di sini Allah Ta’ala hanya menunjuk nafsu saja tanpa lainnya dan memerintahkan Syaikh Abu Yazid untuk meninggalkannya, karena dunia seisinya dan segala selain Allah Ta’ala secara totalitas adalah pengikut nafsu. Dunia adalah kekasih nafsu, begitu juga Akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّنْ ذَهَبٍ وَّاَكْوَابٍ ۚوَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُ ۚوَاَنْتُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَۚ
“Kepada mereka diedarkan piring² dan gelas² dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yg di ingini oleh hati dan segala yg sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 71)
Pada siang hari, kaum shaleh bekerja demi kemaslahatan manusia dan keluarga, sementara di malam hari, mereka melayani Tuhan dan menyepi bersama-Nya. Begitu juga para raja. Sepanjang siang mereka bersama para pengawal dan punggawa memenuhi kebutuhan rakyat, lalu jika malam menjelang, mereka pun menyendiri bersama para menteri dan orang² khusus mereka.
Semoga Allah mengasihi kalian! Simaklah apa yg aku ucapkan dengan pendengaran hati kalian dan hapalkan, lalu amalkanlah. Aku tidak mengucapkan selain kebenaran dari Sang Maha Benar. Aku hanya menuturkan deskripasi jalan Allah Ta’ala, agar kalian menempuhnya. Aku tidak puas jika kalian hanya menyahutku dengan ucapan, “Ahsanta!” akan tetapi katakanlah kepadaku dengan lisan hati kalian, “Ahsanta!” lalu amalkan apa yg aku tuturkan dan ikhlaslah dalam beramal. Baru jika hal itu kulihat pada kalian, maka akan kukatakan pada kalian, “Ahsantum!”
Sampai kapan engkau berkait erat dengan nafsu, dunia, Akhirat, manusia, dan segala selain Allah secara keseluruhan. Makhluk adalah hijab nafsumu. Sedangkan nafsumu adalah hijab hatimu, dan hatimu adalah hijab nuranimu. Selama engkau masih bersama makhluk, maka engkau tidak akan melihat nafsumu. Baru setelah engkau meninggalkan mereka, engkau akan melihat nafsu sebagai musuh Tuhanmu sekaligus musuhmu, lalu engkau akan terus memeranginya sampai ia tenang di sisi Tuhannya, tenang menerima janji-Nya dan takut akan ancaman-Nya. Engkau akan melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menuruti takdir yg telah ditentukan-Nya. Ketika itulah, hijab² yg menutupi hati dan nurani akan lenyap secara serentak, dan keduanya akan dapat melihat apa yg sebelumnya tidak dilihatnya, mengetahui Tuhan mereka Allah Ta’ala dan berlindung meminta perlindungan pada-Nya, serta tidak akan lagi berdiri bersama sesuatu pun selain-Nya.
Seorang yg ‘arif tidak berdiri bersama sesuatu selain Sang Maha Pencipta segala sesuatu. Ia tidak pernah tidur dan mengantuk, juga tidak terbelenggu apa pun dari Allah Ta’ala. la adalah kekasih yg menafikan wujudnya. Ia berada di lembah takdir dan Pengetahuan Allah Ta’ala. Ombak² samudera ilmu mengangkatnya ke udara dan mengepungnya masuk ke dalam palung. Ia menghilang dan kebingungan tanpa akal. Ia tuli dan bisu, tidak mendengar selain Allah Ta’ala, juga tidak melihat selain-Nya. la mati di hadapan-Nya dan jika berkehendak, Dia akan membangunkannya kembali. Jika berkehendak pula, maka Dia akan mewujudkannya kembali. Mereka senantiasa berada di dalam tenda² Kedekatan. Jika datang giliran hukum, mereka berada di piring hukum. Jika datang giliran keluar (khuruj), maka mereka mendatangi pintu dan menyerap kisah² dari makhluk. Mereka menjadi mediator antara makhluk dan Allah Ta’ala. Demikianlah ahwal mereka, akan tetapi ada beberapa hal yg ditutup-tutupi (dan tidak boleh diberitahukan pada khalayak).
Wahai manusia! Apa ini? Kalian telah gila. Kalian telah kehilangan waktu tanpa berbuat sesuatu pun. Bersabarlah bersama Allah Ta’ala, niscaya kalian akan mendapatkan kebaikan, dunia dan Akhirat. Jika engkau ingin merealisasikan keislaman, maka engkau harus berpasrah diri (istislam). Lalu jika engkau menginginkan kedekatan dengan Allah Ta’ala, maka engkau harus melemparkan diri di hadapan takdir dan perbuatan-Nya tanpa bertanya mengapa dan bagaimana. Dengan demikian, engkau telah mendekat pada-Nya. Jangan menginginkan sesuatu selama Dia tdak membenarkannya. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۖ
“Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan [76]: 30)
Jika apa yg kau kehendaki belum sempurna, maka jangan berkehendak. Jangan menentang perbuatan²Nya. Meskipun Dia mengambil pangkat, harta benda, kesehatan, dan anak²mu, serta menghancurkan kehormatanmu, maka tetaplah tersenyum di hadapan takdir, kehendak, dan pergantian-Nya. Jika engkau menginginkan kedekatan-Nya serta kesucian bersama-Nya, maka bersikaplah demikian. Jika engkau menginginkan hatimu sampai kepada-Nya selagi engkau di dunia, maka redamlah kesedihanmu dan tampakkan kegembiraanmu. Santunilah manusia dengan kebaikan budi. Rasulullah Saw. bersabda:
“Kegembiraan seorang Mukmin membias di wajahnya, sementara kesedihannya terpendam di kedalaman hatinya.”
Jangan mengeluh dan mengadu pada siapa pun, sebab jika engkau mengadu pada Allah Ta’ala, maka engkau akan jatuh tersungkur dalam pandangan-Nya. Oleh karena itu, jangan pernah engkau mengeluhkannya.
Jangan sekali-kali engkau bersikap ujub dengan segelintir amalan²mu, karena ujub akan merusak dan membinasakan amal. Barangsiapa yg menyadari taufik Allah Ta’ala atas dirinya, maka akan hilanglah sikap ujub dari dalam dirinya.
Tumpukanlah tujuanmu hanya kepada-Nya, niscaya Dia akan menumpukan rahmat-Nya padamu dan menyediakanmu segala sarana untuk mencapai-Nya. Bagaimana bisa engkau menumpukan tujuanmu pada-Nya, namun engkau tetap berbohong dalam ucapan dan tindakanmu. Engkau masih mencari pujian dari manusia dan takut akan caci-maki mereka. Jalan Allah Ta’ala adalah ketulusan total. Kaum shaleh memiliki ketulusan tanpa kebohongan dan tanpa penampak-tampakan. Perbuatan mereka lebih banyak daripada perkataan mereka. Mereka adalah wakil² Allah Ta’ala dalam komunitas makhluk-Nya, serta khalifah-Nya atas mereka, juga cerdik-cendekia dan muatan sumber daya di bumi-Nya. Mereka adalah kalangan istimewa yg dimiliki-Nya. Engkau, hai orang munafik! Engkau tidak ada apa²nya dibanding mereka, maka jangan coba menyaingi mereka dengan kemunafikanmu, sebab tidak akan ada sesuatu yg datang dengan sekadar berangan-angan, dan berdesas-desus.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang² yg tulus.
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201)
Janganlah engkau puas menerima ahwal mereka hanya dengan sekadar menggunakan nama mereka, mengenakan seragam mereka, dan berfasih-fasih dengan perkataan mereka. Semua itu tidak akan bermanfaat bagimu, karena kontradiksimu dengan perilaku mereka.
Engkau adalah kotoran tanpa kesucian, makhluk tanpa Pencipta, dunia tanpa Akhirat, kebathilan tanpa kebenaran, lahir tanpa batin, ucapan tanpa tindakan, amal tanpa keikhlasan, dan keikhlasan tanpa pegangan Sunnah. Allah Ta’ala tidak akan menerima ucapan tanpa tindakan, amalan tanpa keikhlasan, serta tidak akan menerima segala sesuatu secara totalitas yg tidak sesuai dengan Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya Saw. Semua itu adalah klaim pengakuan tanpa bukti nyata, sehingga tentu saja tidak akan diterima-Nya.
Jika dengan segala kebohonganmu, engkau masih bisa memperoleh penerimaan manusia, maka dengan perilaku yg sama, engkau tidak akan pernah memperoleh penerimaan Allah Ta’ala, sebab Dia Maha Mengetahui apa yg tersembunyi dalam hati kalian. Jangan berlagak, sebab Sang Pengkritik Maha Melihat. Allah lebih melihat pada hatimu, bukan pada rupa penampilanmu. Dia melihat apa yg berada di balik baju, kulit, dan tulang. Dia lebih melihat pada kesendirianmu, bukan keramaianmu. Tidakkah kau malu, bila tampil di depan manusia dalam keadaan perlente penuh dandanan, namun di hadapan Allah Ta’ala dalam keadaan najis penuh kotoran?
Jika engkau benar² menginginkan kebahagiaan, maka bertaubatlah dari semua dosamu dan tuluskanlah pertaubatanmu. Bertaubatlah dari perbuatanmu yg menyekutukan-Nya dengan makhluk. Jangan lakukan sesuatu kecuali hanya untuk Allah Ta’ala. Aku amati engkau telah salah total, karena engkau bersama hawa nafsu, dunia, syahwat kesenangan dan kelezatan. Tajarrud mu karena kutu busuk, dan sesuap makanan menjadi pemicu kebencianmu. Engkau ridha menerima karena kesenangan nafsumu dan engkau membenci karena kebencian nafsumu. Engkau menjadi budak nafsumu sendiri, dan urusanmu ada di tangannya.
Di mana kedudukanmu jika dibanding hamba² Allah Ta’ala yg telah mewujudkan dalam dirinya penghambaan kepada-Nya dan keridhaan menerima perbuatan²Nya. Meski segala petaka menimpa, mereka tetap duduk tak bergeming bagai gunung yg kokoh. Meski petaka menimpa, mereka tetap memandangnya dengan mata kesabaran dan penerimaan. Mereka membiarkan jasadnya sebagai ajang segala bala cobaan, sementara hati mereka terbang menuju Allah Ta’ala. Mereka adalah tenda tanpa penghuni, dan sangkar tanpa burung. Arwah mereka berada di sisi-Nya, sementara jasad mereka di hadapan-Nya. Hai orang² yg mengingkari Tuhannya, hai orang yg menganggap-Nya kejam! Kemarilah mendekat padaku! Aku akan meluruskan perkara antara kalian dan Dia. Aku akan memohonkan dan membawakan keamanan dari-Nya untuk kalian. Aku akan terus bersimpuh di hadapan-Nya sampai Dia menganugerahi kalian hak²Nya yg memang harus Dia berikan kepada kalian.
Ya Allah, kembalikanlah kami kepada-Mu. Hentikanlah kami di pintu-Mu. Jadikanlah kami hanya untuk-Mu, di dalam-Mu, dan bersama-Mu. Ridhailah kami untuk melayani-Mu. Jadikanlah pengambilan dan pemberian kami hanya untuk-Mu. Sucikanlah batin kami dari selain-Mu. Jangan lihat kami saat melakukan perkara yg Engkau larang pada kami dan janganlah Engkau berpaling dan tidak melihat kami saat melakukan apa yg Engkau perintahkan. Jadikanlah kepasrahan diri kami hanya pada-Mu dan jadikan kami merasa cukup hanya dengan-Mu tanpa membutuhkan selain-Mu. Sadarkanlah kami dari kelalaian terhadap-Mu. Kehendakilah kami untuk mentaati dan bermunajat pada-Mu. Lezatkanlah hati dan nurani kami dengan kedekatan-Mu. Pisahkanlah kami dari kemaksiatan pada-Mu sebagaimana Engkau memisahkan langit dan bumi. Dekatkanlah kami pada ketaatan-Mu sebagaimana Engkau dekatkan hitam mata dan putihnya. Pisahkanlah jarak kami dengan apa yg Engkau benci sebagaimana Engkau pisahkan jarak antara Yusuf dan Zulaykha dalam kemaksiatan pada-Mu.
Lelehkanlah hawa nafsu dan tabiatmu dengan kelanggengan puasa, shalat, dan kesabaran. Jika seorang hamba sudah mampu melelehkan hawa nafsu dan tabiatnya, maka yg tersisa hanyalah Dia dan al-Mawla Junjungannya tanpa sesakan yg lain, yg tersisa hanyalah hati, nurani, dan al-Mawla, kelapangan tanpa kesesakan dan kesehatan tanpa kesakitan. Gunakanlah akal kalian, belajarlah, lalu amalkan, dan ikhlaslah.
Wahai pemuda! Belajarlah pada manusia, kemudian pada Sang Pencipta. Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa yg mengamalkan apa yg ia ketahui, maka Allah menganugerahinya pengetahuan yg belum ia ketahui.”
Memang pada awalnya, semua harus belajar pada manusia karena itu merupakan hukum, baru setelah itu berguru langsung dengan Sang Pencipta, yg disebut kemudian dengan istilah ilmu ladunni, yaitu ilmu yg diperuntukkan bagi hati dan rahasia yg di khususkan bagi nurani. Bagaimana engkau bisa belajar sesuatu tanpa Guru, padahal engkau berada di rumah hikmah (dunia). Tuntutlah ilmu, sebab mencarinya adalah sebuah kewajiban. Rasulullah Saw. bersabda:
Tuntutlah ilmu walaupun (harus) ke Negeri Cina.”
Wahai pemuda! Temanilah orang yg bisa membantumu untuk memerangi nafsumu, bukan orang yg malah membantunya melawanmu. Jika engkau temani seorang syaikh yg bodoh lagi munafik, juga penurut tabiat dan hawa kesenangan, maka ia adalah orang yg membantu nafsu mengalahkanmu. Syaikh sejati tidak memiliki dunia, akan tetapi memiliki Akhirat. Jika seorang syaikh masih memiliki tabiat dan kesenangan, maka ia berarti memiliki dunia, dan jika ia pemilik hati, maka ia memiliki Akhirat. Lalu jika ia pemilik nurani, maka ia memiliki al-Mawla.
Hai orang yg berlagak syaikh, mengedepankan diri, dan menyesaki para syaikh yg benar² tulus dalam ahwal mereka, selama engkau masih mencari duniawi dengan hawa nafsumu, maka engkau adalah anak kecil. Para syaikh sejati memiliki tabiat dan nafsu yg sangat jarang sekali. Nafsu mereka berpaling dari dunia dan meninggalkannya secara sukarela, bukan karena terpaksa. Nafsu mereka tenang dan menjelma menjadi hati, dan ini sangat jarang sekali. Kesejatian seorang syaikh telah benar² sempurna ketika nafsunya buta dari dunia, Akhirat, dan apa saja selain al-Mawla.
Semakin dekat seorang hamba pada Tuhannya, maka akan semakin bertambahlah bahaya cobaannya, dan akan semakin menguat pula ketakutannya. Karena itulah (ada aforisma mengatakan), “Orang yg paling membahayakan di samping raja adalah perdana menterinya, sebab ialah yg paling dekat dengannya.” Tidak ada seorang Mukmin pun yg sampai kepada-Nya kecuali dengan keikhlasan, maka ketika itulah Dia memberi bahaya cobaan yg besar bagi suatu kaum, dan ketakutan mereka tidak akan reda sampai mereka bertemu Tuhannya. Memang, barangsiapa yg mengenal Allah Ta’ala, maka akan bertambah kuatlah ketakutannya. Rasulullah Saw. bersabda:
“Aku adalah orang yg paling kenal dengan Allah (di antara kamu), namun aku juga adalah orang yg paling takut pada-Nya (di antara kamu).”
Allah Ta’ala menguji para wali-Nya dengan segala petaka dalam rangka menyucikan mereka. Maka mereka pun senantiasa gemetar di atas kaki² ketakutan akan perubahan dan pergantian. Mereka terus ketakutan meski berada dalam kondisi yg aman. Mereka terus dicekam kecemasan meski mereka telah di anugerahi ketenangan. Mereka beradu argumen dengan diri mereka sendiri atas setiap atom, biji sawi, isyarat, dan sekecil apa pun kelalaian. Ketika di tenangkan-Nya, mereka malah terbang. Ketika di kayakan-Nya mereka malah merasa fakir. Ketika di amankan-Nya, mereka malah ketakutan. Ketika diberi-Nya, mereka malah menolak. Ketika di tertawakan-Nya mereka malah menangis. Ketika di gembirakan mereka malah bersedih. Semua itu, karena mereka takut sekali akan perubahan² dan keburukan akibat. Mereka sadar bahwa Tuhan mereka Allah Ta’ala berfirman:
لَا يُسْـَٔلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْـَٔلُوْنَ
“Dia tidak ditanya tentang apa yg diperbuat-Nya, dan merekalah yg akan ditanya.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 23)
Hai orang yg lalai! Engkau telah menantang Allah Ta’ala dengan kemaksiatan dan pelanggaran, namun kemudian engkau merasa aman² saja dengan-Nya, maka sebentar lagi rasa amanmu akan berubah menjadi ketakutan, kelapanganmu menjadi kesempitan, kesehatanmu menyadi derita kesakitan, kemuliaanmu menjadi kehinaan, ketinggianmu menjadi kenistaan, dan kekayaanmu menjadi kefakiran. Ketahuilah bahwa tingkat keamananmu dari siksa Allah Ta’ala di Hari Kiamat tergantung pada kadar ketakutanmu pada-Nya selama di dunia, dan ketakutanmu di Akhirat tergantung pada kadar perasaan amanmu di dunia. Akan tetapi kalian malah asyik menyelam di dasar lautan duniawi dan bersantai di dasar sumur kelalaian. Maka tidak diragukan, jika kehidupan kalian seperti kehidupan binatang yg hanya mengenal kamus makan, minum, kawin, dan tidur. Ahwal kalian ini tampak jelas di hadapan para pemilik hati.
Ambisi meraih dunia dan mengumpulkannya, serta mengeruk rezeki telah menghalangi kalian dari jalan Allah Ta’ala dan pintu-Nya. Hai orang yg telah terbuka kedok ambisinya! Jikalau engkau dan seluruh penghuni bumi bersatu padu untuk mendapatkan sesuatu yg tidak dibagi (oleh takdir-Nya) untukmu, maka engkau tidak akan pernah mampu. Tinggalkan ambisi untuk mencari sesuatu yg ditentukan bagiannya untukmu, apalagi yg bukan bagianmu. Bagaimana seorang yg berakal menganggap baik untuk menghambur-hamburkan waktunya dalam hal yg sia² belaka. Keluarkanlah manusia dari dalam hatimu dan jangan memandang mereka berperan dalam mudharat dan manfaat, pemberian dan penolakan, pujian dan cacian, penghormatan dan penghinaan, juga dalam penerimaan dan pengingkaran. Yakinlah bahwa mudharat dan manfaat hanya berasal dari Allah Ta’ala. Kebaikan dan keburukan juga berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, untuk kemudian dicurahkan-Nya ke tangan manusia.
Jika hal ini bisa engkau realisasikan, maka engkau telah menjadi duta penghubung antara makhluk dan Sang Pencipta. Gandenglah tangan mereka menuju pintu-Nya. Lihat mereka sebagai orang² hilang yg membutuhkan dirimu. Pandang orang² yg bermaksiat pada Tuhan mereka Allah Ta’ala dengan pandangan kegilaan dan kebodohan, lalu obati dan sembuhkan mereka, serta bersabarlah menghadapi kesadisan dan kebodohan mereka. Orang² yg taat pada Tuhan mereka adalah orang² ‘alim yg berakal, dan yg bermaksiat pada Tuhan mereka adalah orang² yg gila dan bodoh. Ahli maksiat tidak mengenal Allah Ta’ala, sehingga mereka pun lalu mendurhakai-Nya, mengikuti dan menuruti setan. Jikalau ia tidak bodoh, pastilah ia tidak akan bermaksiat. Jikalau ia telah mengenali nafsu dirinya dan mengetahui bahwa nafsu hanya mengajaknya pada keburukan, pastilah ia tidak akan menurutinya.
Sudah berapa banyak kuperingatkan padamu untuk berhati-hati dengan iblis dan para pembantunya, tetapi engkau terus saja menemani dan menyambutnya. Para pembantu iblis adalah nafsu, dunia, hawa kesenangan, tabiat, dan hal² yg buruk. Hati-hatilah dengan mereka semua, karena mereka adalah musuh²mu dan engkau tidak memiliki kekasih yg patut dicintai selain Allah Ta’ala, sebab Dia menginginkanmu demi kemaslahatanmu, sementara selain-Nya menginginkanmu demi kepentingan mereka.
Ketika engkau telah menghilangkan nafsu dalam khalwatmu dan mencari-Nya bersama para thalibin, maka khalwatmu telah menjelma menjadi keintiman dengan Allah Ta’ala. Jika engkau tinggalkan nafsumu bersama dunia, dan hatimu bersama Akhirat, serta nuranimu bersama Allah Ta’ala, maka ketika itulah khalwatmu menjelma menjadi keintiman dengan-Nya. Adapun jika dalam khalwatmu, engkau tetap bersama nafsumu dan nafsu² yg lain, maka hal itu bukanlah khalwat. Khalwat bersama-Nya hanya terwujud dengan kesendirian tanpa selain-Nya, dan kesendirian demikian baru bisa terwujud setelah engkau membenci selain-Nya.
Kapan engkau memurnikan dirimu, hingga bisa kau lihat kemurnian beserta pemiliknya? Kapan engkau bersikap tulus, hingga bisa kau lihat ketulusan beserta pemiliknya? Kapan engkau ikhlas, hingga bisa kau lihat pintu Allah Ta’ala beserta pemiliknya? Jika hal ini telah kau wujudkan secara sungguh², maka engkau akan bisa melihat orang² yg dekat dengan Allah Ta’ala. Jika engkau melihat pintu (istana) raja, pasti engkau akan melihat pengawal²nya berdiri tegak di sana. Jika pintu raja saja belum pernah kau masuki dan kau lihat sekilas, bagaimana mungkin engkau akan melihat pangeran²nya. Jangan bicara sebelum engkau melihat pintu, dan ketika itulah engkau akan melihat para pangeran. Jangan banyak bicara sebelum engkau melihat Allah, dan ketika itulah engkau akan melihat ketulusan (kejujuran). Engkau akan melihat di sana, ketulusan membawa, mengajukan, dan menyadarkanmu, sementara kebohongan malah menolak dan menidurkanmu.
Bersandinglah dengan orang² yg tulus, sehingga engkau akan diperlakukan sebagaimana mereka diperlakukan. Tuluslah dalam segala ucapan dan tindakan, serta bersabarlah dalam segala kondisimu. Ketulusan adalah tauhid, keikhlasan, dan tawakkal pada Allah Ta’ala. Hakikat tawakkal adalah memutuskan (hubungan dengan) sarana² dan pemilik² (arbab), serta keluar dari daya dan kekuatanmu dengan segenap hati dan nuranimu.
Jika engkau menginginkan ketersambungan komunikasi (ittishal) dengan-Nya, maka putuslah semua yg menghubungkan selain-Nya serta berpalinglah dari dirimu sendiri dan mereka. Berpalinglah dari yg baru (muhdats) untuk sampai pada Yang Memperbarui. Selama engkau masih bersama dirimu dan mereka, maka engkau tidak akan pernah meraih bahagia. Kedekatan Allah Ta’ala tidak mencakup kesesakan (selain-Nya).
Dari setiap satu juta jumlah kalian hingga tak terhingga, ada satu orang yg mencerna apa yg kukatakan dan mengamalkannya. Sementara sisanya masuk terjebak dalam kesesakan orang, meminta berkah kehadiran mereka bersamanya. Sungguh, aku mengharapkan kebaikan kalian di dunia dan Akhirat.
Dunia adalah penjara orang Mukmin, namun ketika ia melupakan penjaranya, maka kelegaan pun datang menghiburnya. Orang² Mukmin dalam penjara, namun orang² yg ‘arif senantiasa dalam kesyukuran, sehingga mereka lupa akan penjara. Allah telah meminumi mereka dengan minuman kerinduan pada-Nya, minuman keintiman dengan-Nya, minuman pencarian-Nya, minuman kelalaian dari makhluk dan kesadaran akan-Nya. Dia meminumi mereka dengan minuman² ini, sehingga mereka melalaikan makhluk, namun tetap memiliki kesadaran dengan dan bersama-Nya. Mereka menjauhi tempat² tinggal dan orang² yg terpenjara.
Allah memberikan Neraka dan Surga mereka lebih awal di dunia. Menentang ketentuan takdir adalah Neraka mereka, sedang ridha menerima qadha adalah Surga mereka. Kelalaian adalah Neraka mereka, dan kesadaran adalah Surga mereka. Bagi kalangan awam, Kiamat adalah pertanggungjawaban amal (muhasabah), sementara bagi kalangan khawwas, ia adalah teguran (mu’atabah). Bagaimana tidak demikian, jika jauh² sebelum Hari Kiamat tiba, mereka telah membangun kiamat bagi diri mereka sendiri. Mereka sudah menangis terlebih dahulu di dunia sebelum dihukum, maka tangisan ini pun berguna bagi mereka saat datangnya hukuman yg sebenarnya. Alkisah, Sufyan ast-Tsauri rahimahullah pernah dilihat dalam mimpi. Ia ditanya, “Apa yg telah Allah perbuat padamu?” Ia menjawab, “Dia menghentikanku di hadapan-Nya lalu berkata kepadaku, ‘Hai Sufyan, tidakkah engkau tahu bahwa Aku ini Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Engkau menangis selaksa tangis hanya lantaran ketakutan pada-Ku, tidakkah kau malu kepada-Ku?'”
Jauhilah tabiat, hawa kesenangan, dan setanmu, serta jangan mempercayai mereka. Jika hal ini sudah mantap, maka tabuhlah genderang permusuhan antara dirimu dan kolega² keburukan, serta jangan sekali-kali bersahabat lagi dengan mereka sebelum mereka menyetujui hal -mu (tanpa interupsi). Taubat adalah pusat perubahan. Barangsiapa yg bertaubat, namun masih belum mengubah perilakunya yg dahulu, maka ia telah berdusta dalam klaim pertaubatannya. Jika engkau mau berubah, maka Dia akan berkenan mengubahmu. Allah Ta’ala berfirman:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
“Baginya (manusia) ada malaikat² yg selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yg dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Janganlah engkau menzalimi seorang pun di dunia, sebab di Akhirat kelak engkau akan disiksa karenanya. Bersikaplah adil di dunia, hingga Dia tidak akan membelokkanmu dari jalan Surga. Ketika para pezalim mengabaikan keadilan, maka Allah pun akan membelokkan mereka dari jalan rumah para penegak keadilan.
Tinggalkanlah segala sesuatu pada tempatnya, niscaya engkau akan memiliki tempat di sisi Allah Ta’ala. Pada akhir zaman ini, aku melihat kalian telah berubah, dan aku sungguh khawatir dengan perubahan dan pergeseran ini. Perubahan sesuatu memang pasti terjadi, akan tetapi harus dengan halal.
Wahai makhluk Allah! Aku senantiasa memohon kesejahteraan dan kemanfaatan kalian semua. Aku berharap pintu Neraka ditutup, bahkan ditiadakan sama sekali, hingga tak ada seorang pun makhluk Allah yg masuk ke sana. (Sebaliknya) pintu Surga dibuka lebar² dan tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yg dicegah masuk ke sana. Aku berharap demikian, karena pengetahuanku akan rahmat Allah dan belas kasih-Nya pada makhluk-Nya. Dudukku (di majelis) adalah demi kebaikan hati kalian dan untuk mendidiknya bukan untuk mengubah perkataan dan menatanya. Karena itu janganlah kalian lari karena ketegasan bicaraku, sebab aku dididik tegas dalam menjalani agama Allah Ta’ala. Bicaraku kasar dan makananku juga kasar. Siapa yg lari dariku dan dari orang² semisalku, maka ia tidak akan bahagia.
Jika engkau berperilaku buruk dalam hal² yg mengacu pada agama, maka aku tidak akan meninggalkanmu dan tidak akan berkata, “Lakukanlah itu!” Aku tidak peduli apakah engkau mau hadir di majelisku atau tidak. Aku tidak meminta arahan kecuali kepada Allah Ta’ala, dan dari-Nya, bukan dan kalian. Aku tidak peduli dengan jumlah dan hitungan kalian. Apa yg ada padaku tidak bisa diubah dengan lisan, melainkan dengan hati (jinan). Tidak ada kamus kanan, kiri, atau belakang, melainkan hanya depan searah dada, bukan membelakangi punggung, mengikuti para Nabi, Rasul, dan generasi salaf pertama. Aku senantiasa berkiblat pada mereka dalam pelarian secara total menuju rumah kedekatan-Nya. Bertaubatlah kalian dari dosa dan perilaku buruk kalian. Bertaubat ibarat bercocok tanam di ladang hati kalian dan membangun sebuah struktur bangunan. Robohkan bangunan setan dan dirikan bangunan Yang Maha Pengasih. Gapailah Tuhan dan al-Mawla Junjungan kalian.
Aku berdiri bersama isi, bukan kulit, dan lahir adalah kulit. Aku tidak akan pernah letih untuk mendidiknya. Aku hanya mendidik substansi isi kalian, dan menyingkirkan kulit luar kalian, serta akan terus mendidik kalian hingga Nabi kalian bangga melihat kalian.
Wahai para pemuda! Jangan menemaniku hanya karena dunia dan temanilah aku demi Akhirat semata. Jika memang pertemanan kalian denganku benar² karena Akhirat, maka dunia akan datang dengan sendirinya, mengikuti dan mengiringinya. Lalu ambillah (duniawi) seperlunya, sekadar zuhud di dalamnya, niscaya kujamin kalian tidak akan dihisab atas hal ini. Prioritaskan Akhirat atas dunia, batin atas lahir, kebenaran atas kebathilan, serta yg kekal atas yg fana.
Tinggalkan, lalu ambillah! Tinggalkanlah mengambil (dunia) dengan tangan tabiat dan hawa nafsu, serta ambillah dengan tangan hati dan nurani. Tinggalkan mengambil (bagian duniawi) dari tangan manusia, dan ambillah dari tangan Sang Pencipta. Taatilah Rasul dan terimalah apa yg dibawanya, baik perintah maupun larangan. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ
“Apa yg diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yg dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)
Jadilah layaknya binatang buas dalam menjalankan perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, layaknya orang sakit dalam meninggalkan larangan keduanya, layaknya mayat dalam menjalani qadha dan takdir. Meski demikian, tetaplah bergaul dengan manusia dengan kesantunan budi. Janganlah kalian minta dari Allah sesuatu yg tidak ditentukan dalam Ilmu-Nya. Turutilah Dia dalam menjalani hukum dan ketentuan-Nya atas kalian dan selain kalian. Rasulullah Saw. bersabda:
“Selesai menciptakan qalam (pena), Allah Ta’ala berkata kepadanya, ‘Tulislah!’ Ia bertanya, ‘Apa yg harus aku tulis?’ Dia lalu menitahkan, ‘Tulis hukumku pada makhluk-Ku hingga Hari Kiamat!'”
Hai orang² yg mati hatinya namun hidup nafsunya, hati kalian telah mati. Meratapi musibah kematiannya lebih utama daripada meratapi musibah selain kalian. Kematian hati adalah lalai dari Allah Ta’ala dan dari dzikir mengingat-Nya. Barangsiapa di antara kalian yg ingin menghidupkan hatinya, maka tinggalkan dalam hatimu, dzikir ingatan akan Allah Ta’ala dan keintiman dengan-Nya, memandang kekuasaan dan kebesaran-Nya, serta perbuatan-Nya pada makhluk-Nya.
Wahai pemuda! Dzikirlah mengingat Allah Ta’ala! Pertama, dengan hatimu, baru kemudian dengan fisikmu. Dzikirlah mengingat-Nya 1000 kali dalam hatimu dan satu kali dalam lisanmu. Ingatlah Allah, yaitu dengan bersabar saat datang petaka, dengan berzuhud meninggalkan saat datang dunia, dengan penerimaan saat datang Akhirat, dengan tauhid pengesaan saat datang Allah Ta’ala, dan dengan berpaling secara total, saat datang selain Allah Ta’ala.
Jika kau berikan keleluasaan dan perhatian pada nafsumu, maka ia akan rakus dan membinasakanmu. Kekanglah ia dengan kekang wara’ dan tinggalkan olehmu desas-desus. Mengingat kematian akan menyucikan hatimu, menjadikanmu membenci dunia dan manusia, serta akan menyingkap tirai penutup hatimu, hingga engkau bisa melihat hakikat manusia yg bersifat fana, mati, binasa, lemah, dan tidak memiliki kuasa menolak mudharat dan memberi manfaat.
[]