Fathur Rabbani

Sayyidi Shaykh Abdul Qadir Al-Jilani (qs)

[ss_social_share]

Daftar Isi

0. Muqaddimah

Dlm Fathur Rabbani:

Muqaddimah
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Wahai Allah, Wahai Dzat yg mengetahui kelemahanku dari pemujian-Nya, daku mohon kepada-Mu kesempurnaan memuji-Mu yg telah dibukakannya dari hakikat Asma dan Sifat-Mu, dan ketampanan Dzat-Mu Yang Maha Lembut, maka ma’rifat Engkau kenalkan melalui kesempurnaan-Mu yg lembut, dan ketika itu Engkau ilhamkan kepadanya dari sesuatu yg dipujikan kepada-Mu yg tidak di ilhamkan oleh lainnya, seperti apa yg akan di ilhamkannya di hari penampakkan secara berlipat ganda. Maka kesendiriannya yg menyempurnakan di sana tampak akan memperjelas sholawat dan salamnya, yaitu sholawat dan salam yg sama bertemu dengan kesempurnaan-Mu yg amat suci, melebihi keberadaan jiwa, dan akan memakaikan sesuatu yg disampaikan oleh-Nya; dari kemuliaan sholawat dan salam-Mu meliputi perwujudan ma’nawi (yg tidak bisa diraba), beserta sesuatu yg bergantung dengan keduanya dari kealaman makhluq dan perintah. Sehingga Engkau tidak meninggalkan wahai Tuhanku, seseorang pun dari jajaran para Nabi-Mu, para Malaikat-Mu dan orang² shalih hamba-Mu, kecuali telah dikenakan selimut dengan keutamaan dan keagungan itu.

 

Nasab Syaikh Muhyiddin

Bernama Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa bin Abdullah Al-Jiili bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah Al Mahdii bin Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. (Semoga Allah meridhai mereka seluruhnya).

01. Jangan Berpaling Dari Allah

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 1
“Jangan Berpaling Dari Allah”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilany (Hari Ahad Pagi tanggal 3 Syawal tahun 545 H) Di Pesantrennya.

Berpaling dari Allah Azza wa Jalla ketika ketentuan Takdir-Nya turun, berarti pertanda matinya Agama, matinya Tauhid, matinya Tawakkal dan matinya ke-Ikhlasan. Sedangkan qalbu orang² mukmin tidak tahu, kenapa dan bagaimana sampai tidak tahu. Bahkan mengatakan, “Ya” (atas tindakan menyimpang itu, pen).

Nafsu itu, secara keseluruhan selalu kontra dan antagonis. Siapa yg ingin memperbaharui jiwanya, hendaknya ia memerangi nafsunya sehingga aman dari kejahatannya. Karena nafsu itu semuanya adalah buruk dalam keburukan. Bilamana anda telah memerangi, dan anda bisa tenang, maka seluruh jiwa anda akan meraih kebaikan dalam kebaikan. Sehingga anda selaras dalam seluruh kepatuhan kepada Allah dan meninggalkan seluruh kemaksiatan. Disinilah dikatakan dalam al-Qur’an:

“Wahai jiwa yg tenteram kembalilah kepada Tuhanmu dengan jiwa yg ridlo dan diridloi oleh Tuhan.”

Jiwa meraih keteguhan, dan karena itu telah sirna keburukannya. Jiwa tidak lagi bergantung pada makhluk mana pun. Benarlah jika hal ini dikaitkan dengan Nabiyullah Ibrahim as., dimana Beliau telah keluar dari nafsunya dan abadi dengan tanpa hawa nafsu, sementara qalbunya tenteram, di saat itu berbagai ragam makhluk mendatanginya, menawarkan diri mereka masing² untuk membantunya. Lalu Ibrahim as., menegaskan, “Aku tidak ingin pertolongan kalian, karena Ke-Maha Tahuan-Nya atas kondisiku sungguh telah cukup bagiku untuk permintaanku.” Maka ketika kepasrahan dan tawakkalnya benar, lalu, dikatakan pada api, “Jadilah dirimu dingin dan menyelamatkan pada Ibrahim.” Sebagai pertolongan dari Allah Ta’ala bagi mereka yg sabar di dunia tanpa terhingga di dunia. Sedangkan kenikmatan di akhirat pun tanpa terhitung pula. Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang² yg sabar akan ditunaikan pahalanya tanpa terhingga.”

Segala hal tidak akan pernah tersembunyi di Mata Allah, karena itulah hendaknya kalian bersabar bersama Allah sesaat saja, anda akan melihat hasilnya berupa kelembutan dan kenikmatan bertahun². Dan keberanian adalah sabar sesaat itu sendiri.

Allah bersama orang² yg sabar. Dengan pertolongan dan kebaikan-Nya, maka bersabarlah bersama Allah. Ingatlah selalu pada-Nya, dan jangan melupakan-Nya. Jangan sampai anda baru sadar ketika maut sudah tiba, karena sadar pada saat setelah maut adalah tindakan sia². Sadarlah sebelum anda menemui-Nya. Sadarlah sebelum anda disadarkan oleh kejutan yg membuat anda menyesal, di waktu sebuah penyesalan tidak ada artinya lagi. Perbaikilah hatimu, sebab jika hatimu baik seluruh dirimu dan perilakumu akan baik pula. Karena itu Nabi Saw. bersabda, “Dalam diri manusia ada segumpal darah, manakala ia baik, akan baik seluruh tubuhnya, dan bila rusak, rusaklah perilaku jasadnya. Ingatlah, (Tidak lain) adalah Qalbu.”

Memperbaiki (mensalehkan) qalbu itu dengan ketaqwaan dan tawakkal pada Allah Ta’ala, mentauhidkan-Nya, dan ikhlas dalam beramal. Sebaliknya jika hal itu tidak dilakukan justru akan merusak qalbu. Qalbu ibarat burung yg terbang dalam sangkar, seperti mutiara dalam bejana, dan seperti harta dalam perbendaharaan. Ibarat ini memakai metafor burung bukan dengan sangkar, dengan mutiara, bukan dengan bejana, dengan harta, bukan dengan perbendaharaan.

Ya Allah, sibukkanlah tubuhku dalam kepatuhan pada-Mu, sibukkanlah hatiku dengan ma’rifat-Mu, dan sibukkanlah sepanjang hayatku dalam malam² dan siang. Kumpulkanlah kami dengan orang² dahulu yg shaleh, limpahilah kami rizki sebagaimana Engkau limpahi mereka, dan semoga Engkau terhadap kami, seperti Engkau terhadap mereka. Aamiin.

Wahai kaum Sufi! Jadilah kalian hanya untuk Allah, sebagaimana kaum shaleh kepada-Nya. Sehingga kalian meraih apa yg telah mereka raih. Bila kalian ingin agar Allah Ta’ala semata bagi kalian, maka sibukkanlah dengan ketaatan dan kesabaran bersama-Nya, ridlo atas tindakan-Nya, baik bagi diri kalian maupun orang lain. Kaum Sufi senantiasa zuhud di dunia, dan mereka meraih bagian mereka dari dunia dengan tangan ketaqwaan dan kewara’an, kemudian meraih akhirat. Mereka beramal dengan amaliyah yg menjaga jiwa mereka dan mereka patuh kepada Tuhannya. Mereka menyadarkan jiwa mereka sendiri baru kemudian menyadarkan jiwa orang lain.

Anakku, nasihatilah dirimu baru nasihati orang lain. Anda harus lebih dulu memperhatikan diri anda, dan jangan keburu memperbaiki orang lain, karena masih banyak bongkahan jiwamu yg masih harus diperbaiki. Celaka, jika anda merasa lebih tahu dari orang lain, sedangkan anda buta, bagaimana anda menuntun orang lain? Orang yg menuntun orang lain pastilah orang yg melihat hatinya. Bahwa sesungguhnya yg bisa membersihkan jiwa mereka adalah orang yg telah menyelami lautan yg jernih dan terpuji. Orang yg bisa menunjukkan jalan menuju Allah Ta’ala adalah orang yg ma’rifat kepada Allah. Sedangkan orang yg bodoh terhadap Allah, bagaimana mereka bisa menunjukkan kepada-Nya?

Tak ada kalam bagi anda dalam melaksanakan perintah Allah, anda mencintai-Nya dan beramal kepada-Nya, bukan untuk yg lain-Nya. Anda harus takut pada-Nya bukan selain-Nya. Dan semua itu adanya dalam hati, bukan dalam retorika ucapan. Semua itu tersembunyi, tidak dalam publikasi.

Manakala Tauhid adalah pintu rumah, dan syirik berada di dalam rumah, itulah munafiq yg sesungguhnya. Sungguh sial anda, ucapan anda penuh dengan retorikan ketaqwaan, sedangkan hati anda penuh dengan kecurangan. Ucapan anda berterimakasih kepada-Nya, sedangkan hati anda menentang-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan mereka tidak diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan, demi kepatuhan pada agama.”

Tinggalkanlah sekutu anda dengan makhluk, dan manunggalkanlah diri anda dengan Allah Ta’ala. Karena Dialah Pencipta segalanya, semuanya. Dan di Tangan-Nya lah segala ini berada. Wahai para petualang dunia yg memburu selain Diri-Nya, apakah anda tidak berfikir, adakah sesuatu yg diluar genggaman perbendaharaan Allah ta’ala? “Dan tak ada sesuatu pun kecuali bagi kami perbendaharaan-Nya.”

Wahai muridku, jika anda ingin selamat dalam genggaman takdir, hendaknya anda bersandar pada kesabaran, mengikat pada keselarasan aturan Ilahi, ibadah sembari menunggu jalan keluar. Jika demikian anda telah meraih kebenaran dari Sang Kuasa Takdir, melaui Fadlal dan anugerah-Nya, lebih dari kebajikan yg anda buru dan anda harapkan.

Wahai kaum Sufi. Selaraskanlah diri kalian dengan ketentuan takdir. Dan terimalah dari Abdul Qadir yg terus berjuang dalam berselaras dengan Qadar. Keselarasanku dengan ketentuan Takdir telah melangkahkan diriku kepada Sang Kuasa.

Muridku, kemarilah. Tunduklah kepada Allah Ta’ala, terhadap takdir dan tindakan-Nya, dan seluruh tubuh kita harus berpijak pada keselarasan takdir, lalu kita meniti jalan dengan kendaraan takdir itu. Karena takdir itu adalah utusan dari Sang Raja, dan kita memuliakannya karena siapa yg mengutusnya. Jika kita berbuat demikian, kita senantiasa bersanding kepada Al-Qadir (Sang Kuasa Takdir).

Anda dipersilakan meminum dari lautan ilmunya, memakan dari sajian keutamaannya, bergembira bersama dengan kemesraan Ilahiyahnya dan berselubung dalam kasih sayangnya. Mereka (para wali itu) adalah tokoh² Ilahi dari berbagai golongan dan kelompok.

Wahai para murid, hendaknya engkau bertaqwa, berpijak pada aturan syariah, kontra terhadap kepentingan nafsu, hawa nafsu, syetan dan pecundang² keburukan. Orang mukmin senantiasa perang melawan semua itu, bahkan tegak kepalanya, tidak menyarungkan senjatanya, tidak melepaskan pedal di atas kuda²nya. Mereka tidur karena lelap (bukan menikmati tidur), dan mereka makan dari laparnya ucapan mereka. Bahwa mereka berkata, karena kehendak Ilahi untuk berbuat demikian, dan kata² mereka menggerakkan dunia, sebagaimana tubuh² kita berkata esok di hari kiamat, bicara kepada Allah, seakan² mereka berkata seperti benda² padat ini semua berkata. Manakala Allah menghendaki mereka, Allah menyiapkan mereka untuk tabligh kepada sesama dengan peringatan dan kabar gembira dengan hujjah² yg meyakinkan. Maka demikianlah Allah menggerakkan lisan para Nabi dan Rasul, lalu ketika Allah Ta’ala mewafatkan, maka para pewarisnya dari para Ulama yg mengamalkan ilmunya, mewarisi kata² itu demi kebajikan makhluk, sekaligus sebagai pewarisnya.

 

“Para Ulama adalah pewaris para Nabi”

Wahai kaum Sufi, bersyukurlah kamu kepada Allah Ta’ala atas nikmat²Nya, lihatlah betapa nikmat itu melimpah dari Allah Ta’ala. “Apa yg datang padamu dari nikmat itu sungguh dari Allah.”

Manakah syukur anda itu, wahai orang² yg berselingkuh dari nikmat-Nya? Wahai orang yg memandang nikmat-Nya tetapi menganggap datang dari selain Diri-Nya? Terkadang kalian melihat nikmat itu dari Allah, terkadang bukan dari Allah, dan anda menunggu sesuatu yg bukan dari Allah? Terkadang pula anda meminta pertolongan lewat nikmat itu, demi kepentingan hawa kemaksiatan anda?

Wahai muridku, anda sangat membutuhkan kewara’an dalam khalwat anda, yg bisa mencerabutnya dari kemaksiatan anda dan dosa² anda. Anda membutuhkan muraqabah yg mengingatkan anda akan Pandangan Allah Ta’ala kepada anda. Anda sangat membutuhkan semua itu dalam khalwat² anda, lalu kebutuhan untuk memerangi hawa nafsu anda dan syetan². Karena runtuhnya kebesaran manusia oleh kesalahannya. Runtuhnya ahli zuhud dengan syahwat- kesenangannya. Runtuhnya para wali Abdal karena pikiran dan bisikan imajinatif dalam khalwatnya. Runtuhnya para Shiddiqin dalam kejapan² hati (pada selain-Nya).

Mereka disibukkan memelihara hati mereka, karena mereka tidur di pintu Allah. Mereka tegak berdiri di panggung dakwah, mengajak makhluk untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Mereka terus menerus memanggil hati sembari mengumandangkan, “Wahai masyarakat qalbu, wahai para ruh, wahai manusia, wahai Jin, wahai penempuh jalan Ilahi, kemarilah²…. Menuju Pintu Sang Raja. Bergegaslah kepada-Nya dengan telapak kaki hatimu, dengan pijakan ketaqwaan dan tauhidmu, dengan ma’rifat dan wara’mu yg luhur, dengan zuhud di dunia dan di akhirat, zuhud dari segala hal selain Allah. Itulah kesibukan Sufi, cita²nya adalah menata kebajikan makhluk, hasratnya membumbung langit dan bumi, dari Arasy sampai bintang Tata surya.

Wahai muridku, tinggalkan nafsumu dan hawanya. Jadilah kalian ini sebagai tanah yg di injak oleh para Sufi, menjadi debu² yg menempel di tangan mereka. Allah berfirman, “Allah mengeluarkan kehidupan dari kematian, dan mengeluarkan kematian dari kehidupan.” Allah mengeluarkan Ibrahim as., dari kedua orangtuanya yg mati dalam kekafiran. Orang mukmin itu hidup, dan orang kafir itu mati. Orang bertauhid itu hidup. Orang musyrik itu mati. Karena itu Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Yg pertama kali mati dari mahluk-Ku adalah Iblis”. Karena Iblis yg pertama maksiat kepada-Ku, lalu ia mati dengan maksiat itu.

Inilah akhir zaman. Pasar kemunafikan telah muncul, mall kedustaan telah bertebaran, karena itu janganlah anda bersanding duduk dengan para munafiqin, pendusta, dan Dajjalin. Sungguh celaka anda jika jiwa anda di selubungi kemunafikan, kedustaan, kekafiran, kelacutan dan kemusyrikan. Bagaimana anda bisa bersanding dengan itu semua?

Karena itu jauhilah dan jangan berselaras dengan kendali apalagi bergabung. Penjarakan semua kebusukan itu, sesuai dengan wataknya. Tekanlah semua itu dengan perjuangan jiwa. Sedangkan hawa nafsu, hendaklah kalian setir, jangan sampai engkau lepas. Sedikit engkau lepas, engkau akan dikendalikannya.

Anda juga jangan memanjakan seleramu, karena selera alami itu seperti anak kecil yg belum memiliki kepandaian. Bagaimana anda belajar pada anak kecil yg kurang ilmu dan anda menerimanya?

Sementara syetan adalah musuhmu dan musuh bapakmu Nabi Adam as. Bagaimana anda bisa tenteram dengan syetan, anda menerimanya, sedangkan antara diri anda dengan syetan ada dendam mendarah daging, dan permusuhan primordial. Karena itu anda tidak bisa main dengan syetan, sebab syetan telah membunuh ayah bundamu. Jika anda tenteram bersama syetan anda akan dibunuh, sebagaimana syetan membunuh keduanya. Karena itu jadikan Taqwa sebagai pedangmu, Tauhidullah Azza wa Jalla, Muraqabah, Khalwat, Shidq, mohon pertolongan Allah, semua sebagai bala tentaramu. Itulah senjata, dan itulah pasukan dimana kamu harus mengusirnya, menyerangnya, memporakporandakan pasukan syetan itu. Bagaimana anda tidak mengusirnya, sedangkan Allah bersama anda?

Jadikan kehidupan dunia dan akhirat dalam satu wadah, lalu bersimpuhlah kepada Tuhanmu dengan ketelanjangan hatimu, tanpa dunia dan tanpa akhirat. Janganlah anda terima di ruang hatimu apa pun selain Allah, jangan pula kamu mengikat hatimu dengan kemakhlukan. Putuskan semua sebab akibat, dan lepaskan semuanya. Jika anda sudah bisa mandiri di sana, maka dunia ini anda jadikan untuk nafsumu, akhirat untuk hatimu, Allah untuk Sirrmu (hakikat rahasia dirimu).

Wahai sahabat. Jangan sampai anda bersama nafsu anda, bersama kesenangan nafsunya, jangan bersama dunia, juga jangan bersama akhirat. Jangan. Janganlah bersama semua, melainkan hanya bersama Allah Ta’ala. Anda jika demikian, benar² sampai pada Kemahabendaharaan Ilahi yg abadi, dan pada saat yg sama, hidayah datang dari Allah, dimana tak ada lagi kegelapan setelah itu semua.

Taubatlah anda dari dosa anda, bergegaslah menuju Tuhan anda. Jika kamu taubat, taubatlah dengan lahir dan batin anda. Karena taubat itu adalah jantung kedaulatan.

Lepaskan baju² maksiatmu dengan taubat yg murni dan rasa malu kepada Allah secara hakiki. Bukan dengan kesemuan dan kepura-puraan.

Itulah amaliyah qalbu setelah penyucian badan dengan amaliyah syariat. Lahiriyah punya amaliyah, batiniyah juga punya amaliyah. Qalbu, manakala telah keluar dari aturan sebab akibat (duniawi) dan lepas dari ikatan dengan makhluk, maka Qalbu akan mengarungi lautan tawakkal, lautan ma’rifat kepada Allah, dam lautan Ilmu-Nya bersama-Nya. Qalbu akan meningggalkan sebab akibat duniawi, dan menuju Sang Pencipta sebab akibat. “Dialah yg menciptakan diriku dan memberi hidayah padaku.”

Allah menunjukkan dari satu benua ke benua lain. Dari satu tempat ke tempat lain, sampai berhenti di benua kemandirian yg istiqomah.

Manakala disebut Tuhannya, langsung memancarlah ekspresinya, dan terbukalah tirai², karena qalbu penempuh hanya menuju kepada Allah Ta’ala, menembus jarak dan meninggalkan semuanya di belakangnya.

Apabila dalam perjalannan ada ketakutan dan kekawatiran akan kehancuran, tiba² muncul imannya, lalu membuatnya jadi berani, lalu reduplah api ketakutan dan kekawatiran. Lalu berganti dengan cahaya kegembiraan, kebahagiaan dan kesenangan melalui taqarrubnya.

Wahai muridku. Jikalau telah tiba penyakit, maka hadirlah dengan kesabaran, tenanglah, sampai obatnya tiba. Jika obatnya ada di tangan anda, terimalah dengan tangan kesyukuran. Jika anda bisa demikian, anda hidup dalam kehidupan masa depan. Ketakutan itu datangnya dari api yg memotong nurani kaum beriman, membuat raut muka menguning, membuat hati jadi gelisah. Jika terjadi demikian dari kaum beriman, Allah menumpahkan air Kasih sayang-Nya dan kelembutan-Nya, lalu Allah membukakan pintu akhirat, sampai mereka melihat tempat tenteramnya.

Manakala mereka tenteram dan tenang, serta riang jiwanya sejenak, Allah membukakan pintu keagungan-Nya. Kemudian Allah menghadapkan hati dan sirr mereka pada Kebesaran itu, yg membuat mereka sangat ketakutan dibanding yg pertama, tiba² Allah membukakan pintu Kemahaindahan-Nya, lantas mereka tenang, tenteram dan bangkit mendaki derajat² keluhuran, satu demi satu.

Wahai sahabatku. Jangan sampai cita rasamu hanyalah memenuhi hasrat makan dan minum, pakaian dan perkawinan, kesenangan dan apa yg anda kumpulkan. Sebab semua itu hanyalah citarasa nafsu dan watak. Lalu manakah citarasa qalbu dan sirrmu? Citarasanya adalah menuju Allah Ta’ala.

Citarasamu adalah citarasa yg lebih penting dari sekadarnya, yaitu Allah, Tuhanmu dan apa yg ada di sisi-Nya. Dunia ini hanya sebagai pengganti belaka, yg sesungguhnya adalah akhirat. Makhluk semua adalah kesemuan, yg hakiki adalah Khaliq. Ketika anda meninggalkan kepentingan dunia, maka anda akan meraih gantinya, kenikmatan akhirat. Ukurlah usia anda di dunia ini, untuk sebuah persiapan besar menyongsong akhirat, karena anda akan menerima datangnya Malaikat maut.

Dunia adalah tempat dapur para Sufi. Akhirat adalah pestanya. Jika datang kecemburuan Allah, maka segeralah beralih, menuju maqam akhirat, lalu tidak lagi butuh dunia dan tidak lagi butuh akhirat.

Wahai para pendusta! Anda mencintai Allah ketika mendapatkan nikmat, tetapi ketika mendapatkan bencana, anda telah lari dari Allah, seakan² anda putus cinta dengan Allah. Seorang hamba diukur dengan ujian, manakala anda tetap teguh bersama Allah dalam musibah bencana, berarti anda memang mencintai Allah. Jika anda berubah, sungguh anda ini dusta.

Seorang laki² datang kepada Rasulullah Saw. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu.” Rasulullah Saw. menjawab, “Siapkan dirimu dengan kefakiran sebagai pakaianmu.”

Laki² lain datang kepada Rasulullah Saw., “Aku mencintai Allah Ta’ala.” Rasulullah Saw. menjawab, “Ambillah bencana sebagai pakaian.”

Mencintai Allah dan mencintai Rasulullah Saw., senantiasa disertai dengan kefakiran kepada Allah dan ujian. Karena itu sebagian orang shaleh berkata, “Setiap bencana disertai pertanda agar tidak mudah klaim pengakuan. Sebab jika tidak demikian, semua orang bisa mengklaim mencintai Allah Ta’ala. Lalu bencana dan kefakiran sebagai pengokoh atas cinta ini.”

Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat. Lindungilah kami dari azab neraka.

02. Faqir

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 2
“Faqir”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilany, 5 syawal 545 H di Madrasahnya.

Beliau mengatakan:
Kontramu dengan Allah Ta’ala, akan mengusirmu dan menghilangkan dirimu dari Allah. Kembalilah dirimu dari sikap kontramu sebelum engkau dihantam, dihinakan dan dinistakan oleh ular² bencana dan kalajengking cobaan. Betapa pedihnya rasa cobaan, apalagi jika engkau terperdaya. Karena itu anda jangan bergembira dengan dunia karena apa yg ada di tangan anda pasti sirna.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sehingga ketika mereka bergembira atas apa yg mereka dapatkan, tiba² Kami mengambil mereka seketika…”

Meraih anugerah keuntungan dari Allah Ta’ala harus ditempuh dengan kesabaran. Karena itu Allah menguatkan berkali² tentang sabar itu. Kefakiran (rasa butuh kepada Allah) dan kesabaran tidak akan pernah bertemu kecuali bagi kewajiban orang beriman.

Sedangkan para pecinta yg senantiasa mendapat cobaan, lalu mereka menjadi sabar, terlimpahi ilham untuk berbuat kebaikan beriringan dengan cobaan dan ujiannya, senantiasa bersabar atas sesuatu yg baru terjadi dari Allah Ta’ala.

Kalau bukan karena kesabaran, anda semua tidak akan pernah bertemu denganku. Aku telah membuat jebakan untuk memburu burung, dari satu malam ke malam berikutnya, yg membuatku terus terjaga dan membuatku sunyi dari orang ketika di siang hari dengan mata yg terpejam. Seorang lelaki yg terikat oleh jaring² jebakan, dan itu pun dilakukan demi kemaslahatan anda semua, sementara anda semua tidak mengerti.

Kalau bukan demi berselaras dengan Allah Ta’ala, bagaimana mungkin orang berakal mau bergaul dengan penduduk negeri yg telah dibutakan hatinya oleh riya’, kemunafikan dan kezaliman, bercampurbaurnya syubhat dan keharaman? Betapa banyak nikmat² Allah telah dikufuri, sementara terjadi kolusi luar biasa untuk menciptakan kefasikan dan penyimpangan. Betapa banyak orang lumpuh di rumahnya sendiri, orang zindiq dalam kedai minumnya, orang jujur di atas kursinya. Kalau bukan karena sebuah aturan, niscaya aku bicara tentang hal² yg ada di rumah² kalian. Namun bagiku ada fondasi yg harus kubangun. Aku punya anak² yg butuh pendidikan. Seandainya tersingkap sebagian apa yg ada dalam diriku, itu bisa menjadi penyebab berpisahnya diriku dengan diri kalian semua, lalu terlempar dalam jejak² yg menghancurkan.

Karena itu tutuplah pintu² kemakhlukan (dari hatimu) dan bukalah pintu² antara dirimu dengan Allah. Akuilah dosa²mu, mohonlah maaf kepada-Nya atas keteledoranmu selama ini. Yakinlah, bahwa sesungguhnya tidak ada yg bisa membahayakan, memberikan manfaat, yg memberikan anugerah, tidak ada yg bisa mencegah, kecuali Allah Ta’ala semata. Dengan demikian, kebutaan mata hatimu akan sirna, lalu mata hati terbuka bergerak, hingga membuka mata kepalamu.

Wahai anak²ku…. Persoalan sesungguhnya bukan memakai pakaian kumal atau pun makanan kasar. Persoalan sesungguhnya adalah kezuhudan dalam hatimu. Awal mula yg dipakai oleh shiddiqun adalah pakaian wol dalam hatinya, lalu terefleksi kesederhanaan itu dalam lahiriyahnya. Ia memakai pakaian itu dalam rahasia batinnya, lalu dalam hatinya, kemudian untuk menutup nafsunya, lalu fisiknya. Ketika secara keseluruhan dirinya menggunakan pakaian sederhana, maka tibalah tangan² lembut dan kinasih serta tangan anugerah, sampai akhirnya berubah drastis dalam tragedi ini. Ia copot baju hitamnya dan diganti dengan baju kegembiraan pesta, ia ganti penderitaan dengan kenikmatan, ia ganti dendam dengan keceriaan, ia rubah ketakutan dengan rasa aman, ia rubah rasa jauh menuju rasa dekat, rasa fakir menuju rasa cukup.

Wahai anak²ku, raihlah bagian dengan tangan zuhud, bukan dengan tangan ambisi pribadi. Orang yg makan dengan menangis, berbeda dengan orang yg makan dengan tertawa. Makanlah bagian itu, dan hatimu bersama Allah Ta’ala. Anda akan selamat dari keburukannya. Jika engkau makan dari resep dokter atau ahli kesehatan tentu itu lebih baik daripada anda makan sendiri, tanpa anda tahu asal usulnya makanan itu, sehingga, menyebabkan hatimu keras jauh dari amanah, sementara anda benar² kehilangan rahmat. Hilang pula amanah syariah di sisimu, karena kalian telah meninggalkan dan mengkhianatinya. Sungguh celaka, jika amanah kalian sia²kan.

Jagalah mahkotamu itu bersama Tuhanmu Azza wa Jalla. Waspadalah atas ancaman-Nya, karena siksa-Nya begitu dahsyat. Siksa itu bisa merebut rasa amanmu, rasa sehat afiatmu, foya² dan sukacitamu. Taatlah kepada-Nya, karena Dia adalah Tuhan langit dan bumi. Jagalah nikmat-Nya dengan syukur. Terimalah perintah dan larangan-Nya dengan patuh dan taat. Terimalah kesukaran dari-Nya dengan kesabaranmu, dan terimalah dengan syukurmu atas kemudahan-Nya.

Karena demikian adalah perilaku pendahulumu, dari para Nabi, para Rasul dan orang² yg saleh, yg senantiasa bersyukur atas nikmat dan bersabar atas cobaan. Tegaslah terhadap kemaksiatan. Terimalah ketaaatan. Jagalah aturan-Nya, dan ketika datang kemudahan bersyukurlah. Sebaliknya jika yg datang kesukaran bertobatlah dari dosa²mu, lalu debatlah, lawanlah hawa nafsumu. Karena Allah tak pernah menzalimimu.

Maka dari itu ingatlah maut dan resiko sesudah maut. Ingatlah Tuhan Yang maha agung dan Luhur, hisab dan pengawasan-Nya padamu.Bangunlah, sampai kapan kamu semua tidur terlelap, sampai kapan kamu terlempar dalam kebodohan dan keluar masuk dalam kebatilan? Bergelimang dengan nafsu, hawa, dan kebiasan². Kenapa? Kenapa tidak mendidiknya demi ibadah kepada Allah dan mengikuti aturan hukum-Nya. Padahal ibadah itu meninggalkan kebiasan² nafsu, kenapa tidak mendidik dirimu dengan adab Qur’an dan sunnah?

Anak² muridku…. Jangan bergaul dengan banyak orang disertai kebutaan hati, ketololan disertai kealpaan dan kelelapan. Bergaulah dengan mereka, dengan mata hati, ilmu dan keterjagaan jiwa. Jika anda temukan hal yg terpuji dari mereka, ikutilah, dan jika ada yg menyeretmu pada keburukan, jauhilah dan tolak. Engkau berada dalam alpa total, alpa dari Allah Ta’ala. Makanya, anda harus bangkit, disiplin dengan masjid, memperbanyhak sholawat kepada Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Seandainya neraka turun dari langit, tak ada yg selamat kecuali ahli masjid.”

Jika kalian semua menunaikan sholat, totalkan sholatmu hanya kepada Allah Ta’ala, dan karena itu Rasulullah Saw. bersabda, “Yg paling dekat bagi hamba pada Tuhannya, apabila hamba sedang bersujud.”

Duh.. Celaka kalian. Kenapa kalian sering membuat ulah dan mencari² keringanan? Orang yg mencari² takwil demi seleranya sesungguhnya terperdaya. Padahal jika kita merengkuh ‘azimah (prinsip), dan kita bergantung pada Ijma’, sementara amal kita ikhlas, maka kita pun akan bersih bersama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana bisa terjadi jika anda malah merekayasa azimah, mencari jalan kemudahan nafsu, lalu para pemegang teguh azimah sirna?

Inilah zaman rukhsoh, bukan zaman ‘azimah. Inilah zaman riya’ dan kemunafikan, dimana harta didapat dengan cara tidak benar. Betapa banyak orang yg sholat, puasa, zakat, haji, dan berbuat baik untuk makhluk, bukan untuk Khaliq. Dan mayoritas yg memenuhi alam semesta ini adalah demi kepentingan sesama makhluk, bukan demi Khaliq. Kalian semua telah mati jiwa, menghidupkan nafsu dan hawa nafsu untuk dunia.

Padahal hidupnya hati ketika keluar dari kepentingan makhluk dan teguh bersama Allah Ta’ala.

Hidupnya hati dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Ta’ala. Hidupnya hati dengan sabar atas Qodlo, Qodar dan ujian-Nya.

Wahai anak muridku… Serahkan dirimu kepada-Nya dalam soal kepastian-Nya. Bangunlah bersama-Nya dalam soal itu. Perkara itu butuh fondasi, lalu butuh bangunan, dan dawamkan setiap waktu, siang dan malammu. Karena itu, waspadalah. Tafakkurlah dalam masalah hatimu.

Jika engkau melihat kebajikan, bersyukurlah. Jika engkau melihat keburukan bertobatlah. Dengan tafakkur ini agamamu akan hidup dan matilah syetanmu. Karena itu dikatakan, tafakkur sejam lebih baik dibanding bangun sepanjang malam.

Wahai umat Muhammad, bersyukurlah kepada Allah Ta’ala yg telah menerima amalmu yg sedikit dengan menyandarkan kepada amal pendahulumu. Sebab kalian semua adalah yg terakhir di dunia, tetapi yg pertama di hari kiamat. Jika kalian benar, maka tak ada yg lebih benar menandingi kalian. Kalian semua adalah para pemuka dan pemimpin, sedangkan umat lain adalah rakyat. Tetapi jika sepanjang anda masih duduk di rumah nafsumu dan watakmu, sulit untuk menjadi benar. Jika sepanjang anda bangkit bersama makhluk dan terpaku terhadap apa yg ada di tangan mereka, dengan menarik mereka melalui riya’ dan kemunafikan anda, sungguh tetap tidak benar bagi anda. Sepanjang anda masih ambisi dunia, sepanjang hati anda masih bersiteguh pada selain Allah, tidak ada yg dibenarkan. Ya Allah berilah kami rizki, untuk senantiasa di sisi-Mu.

Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.

03. Jangan Berkhayal Kaya

Majelis ke 3
“Jangan Berkhayal Kaya”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Jumat 8 syawal 545 H.

Beliau mengatakan:

Wahai para fakir, janganlah kalian mengkhayal kaya, siapa tahu kekayaanmu bisa menyebabkan kehancuranmu. Wahai orang yg sakit, janganlah mengkhayal akan kesembuhan, siapa tahu kesembuhanmu justru menjadi penyebab kerusakanmu. Jadilah kalian orang yg cerdas. Jagalah buahmu agar terpuji perkaramu. Terimalah kadar yg diberikan Allah dan janganlah berharap lebih. Sebab segala yg diberikan Allah Ta’ala melalui permintaanmu bisa menjadi kotoran dan amarah. Kecuali jika sang hamba diperintahkan melalui hatinya agar meminta kepada-Nya (catatan sy: keadaan/kondisi ini bisa kita alami & rasakan jika kita tekun berlatih muraqabah, sering tafakkur & berdiam diri, adakala kita diperintahkan melalui ilham laduni utk meminta sesuatu hajat, namun biasanya bukan hajat pribadi & bukan utk persoalan duniawi, ya). Manakala hamba diperintahkan memohon ia akan mendapatkan berkah dan kotorannya dibuang.

Celaka anda, jika anda mengucapkan sebagai seorang Muslim, padahal hati anda tidak. Anda nyatakan diri sebagai muslim, tapi perbuatan anda tidak. Anda dalam khalwat anda menyatakan Muslim, toh kenyataan khalwat anda tidak.

Hendaknya permohonan anda lebih pada permohonan agar diberi ampunan, kesehatan, dan kemaafan Allah selamanya, baik dalam beragama, di dunia maupun di akhirat. Terimalah ini saja, anda sudah cukup.

Janganlah anda menginginkan di luar pilihan Allah Ta’ala, juga jangan anda terkena oleh keterpaksaan karena bisa membinasakan anda. Jangan pula memaksa Allah Ta’ala dan makhluk-Nya melalui sebab akibat dirimu, dengan kekuatanmu dan hartamu, karena itu bisa memukul balik diri anda. Sebab semua itu bisa diambil oleh Allah, dan jika Dia mengambilnya akan terasa menyakitkan diri anda.

Ketahuilah, ketika anda sholat, puasa, dan melakukan semua perbuatan anda yg baik, manakala tidak mengembalikan semua itu kepada Wajah Allah Ta’ala, sesungguhnya anda telah munafik dan jauh dari Allah Ta’ala.

Sekarang ini, bertobatlah kepada Allah Ta’ala dari seluruh perbuatan dan ucapan anda dan tujuan² anda yg hina.

Kaum Sufi, sama sekali tidak menciptakan amalnya. Mereka adalah kaum yg bahagia, senantiasa yakin kepada Allah, menyatu, mukhlis dan bersabar atas cobaan² Allah Ta’ala. Senantiasa bersyukur atas nikmat²Nya dan kemurahan-Nya. Mereka berdzikir dengan lisannya, kemudian dengan qalbunya, lalu dengan sirr-nya. Manakala datang berbagai hidangan dari makhluk, mereka hanya tersenyum wajahnya. Karena raja² dunia sudah termakzulkan di mata mereka. Semua orang di muka bumi adalah mayat², orang² lumpuh dan orang² sakit. Para fakir surga senantiasa bersandar padanya, seakan² mereka adalah pelindung. Neraka bersandar kepada mereka, lalu neraka termatikan apinya. Tidak bumi, tidak langit, langit dan bumi bukan tempatnya. Arah penjurunya hanya satu arah. Mereka dengan penghuni dunia, lalu mereka dengan penghuni akhirat, lalu mereka bersama dengan Tuhannya dunia dan akhirat.

Mereka bertemu Allah dan mencintai-Nya. Mereka berjalan bersama Allah dengan jiwanya hingga wushul/sampai kepada-Nya, sampai mereka meraih kasih sayang-Nya sebelum mereka bergegas jalan kepada-Nya. Terbukalah pintu antara diri mereka dengan Allah. Allah mengingat mereka sepanjang mereka mengingat-Nya. Hingga dzikir mereka menghapus kesalahan² mereka. Mereka telah sirna dari yg lain, dan maujud bersama Allah Ta’ala. Dengarkan Allah Ta’ala berfirman:

“Ingatlah kepada-Ku, Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan jangan ingkar pada-Ku.”

Lazimkan berdzikir kepada-Nya dengan harapan hanya mengingat-Nya, karena Allah berfirman:

“Aku bermajlis dengan orang yg berdzikir kepada-Ku.”

Hindarilah bermajlis dengan makhluk (walau pun anda di sana, red.), dan bersimpuhlah untuk dzikir kepada-Nya, agar engkau bermajlis dengan Allah.

Wahai kaum Sufi, janganlah kalian sok gila, dan kalian menjadi gila. Ilmu ini tidak akan memberi manfaat kepadamu tanpa kamu mengamalkannya. Mereka sangat membutuhkan agar bisa mengamalkannya, dengan ketegasan yg hitam di atas yg putih, yaitu aturan Allah (lahir dan batin) yg anda mengamalkannya hari demi hari, tahun demi tahun sampai akhirnya berbuah.

Anak²ku… Ilmumu memanggil²mu… ”Akulah yg akan berargumen padamu manakala tidak engkau amalkan. Dan aku akan menjadi argumenmu jika engkau mengamalkanku…”

Rasulullah Saw. bersabda, “Ilmu membisikkan pada amal, manakala ia menjawab. Jika tidak menjawab, ia akan segera pergi…”

Hilanglah barokah ilmu dan tinggal bencananya. Pergilah syafaat ilmu bagimu dari Tuhannya. Bahkan masuknya ilmu terputus dalam kebutuhanmu. Ia pergi, karena tinggal kulitnya ilmu saja. Sebab isi ilmu adalah amal.

Anda semua mengikuti Rasulullah Saw. menjadi tidak sah, manakala anda tidak mengamalkan apa yang telah disabdakannya. Jika anda mengamalkan atas apa yg diperintahkan kepada anda, maka hati dan rahasia batin anda menghadap kepada Tuhannya. Ilmumu mengundangmu, tapi anda tidak mendengarkannya, karena kamu sudah tak punya hati lagi. Karena itu dengarkanlah panggilannya dengan telinga hati dan sirr-mu. Terimalah ucapannya dan dengarkanlah engkau akan dapat manfaatnya. Ilmu dengan amal akan mendekatkan dirimu pada Yang Maha Ilmu yg menurunkan ilmu-Nya.

Jika engkau mengamalkan aturan ini, yg merupakan Ilmu awal, akan mengikuti pula Kenyataan Ilmu yg kedua, yg membuat terpancarnya dua sumber yg mengaliri hatimu berupa aturan dan ilmu lahir dan batin. Disinilah kalian harus membersihkan semua itu, dengan Zakat kepada sesama. Zakatnya ilmu adalah menyebarkan dan dakwah menuju kepada Allah Ta’ala.

Anak²ku, sabar itu ada balasannya. Allah Ta’ala berfirman:

“Sesunggunya orang² yg bersabar diberi balasan pahala tanpa terhingga.”

Karena itu makanlah dari hasil jerih payahmu, jangan makan dari hutangmu. Bekerjalah dan makanlah dari kerja itu, karena kerja orang beriman itu adalah tahapan bagi kaum shiddiqin, dan tak ada bagian dari kerja mereka kecuali diperuntukkan menolong kaum masakin dan fuqara’ yg mengharapkannya. Itu berarti kalian menyampaikan rahmat kepada sesama, demi meraih Ridlo Allah Ta’ala dan cinta-Nya kepada mereka. Dengarkan apa yg di sabdakan oleh Rasulullah Saw.:

“Manusia itu adalah keluarga Allah Ta’ala, dan manusia yg paling dicintai Allah adalah yg paling berguna bagi keluarganya.”

Para Wali² Allah itu senantiasa tidak memiliki kecenderungan hatinya kepada makhluk. Mereka seperti pekak, tuli dan buta. Manakala hatinya dekat dengan Allah Ta’ala mereka tidak mendengar siapa pun kecuali mendengar Allah, tidak melihat hatinya, kecuali melihat Allah. Ia berada dalam nuansa kedekatan dan terhapuskan oleh Kharisma Ilahi, dan terlimpahi cinta yg dahsyat kepada Sang Kekasih. Mereka berada di antara Jalal dan Jamal-Nya, tidak menengok ke kanan maupun ke kiri. Mereka hanya melihat ke depan, tanpa ke belakang. Manusia, Jin, Malaikat ingin membantunya, dan begitu juga semua makhluk, membantu dengan aturan dan ilmu. Mereka para Kekasih Allah itu mengkonsumsi Fadlalnya Allah dan meminum Kemesraan-Nya. Dari konsumsi Fadlal itu mereka makan, dan dari minuman Kemesraan itu mereka menenggaknya. Mereka mendengarkan ucapan² makhluk. Mereka di satu lembah dan makhluk itu di lembah lain. Mereka menyerukan makhluk itu atas perintah Allah Ta’ala, dan mencegah kemungkaran atas larangan Allah Ta’ala, sebagai ganti dari Rasulullah Saw. Merekalah pewaris yg hakiki. Karena mereka disibukkan mengembalikan makhuk ke Pintu Allah. Mereka berada dalam Hujjah-Nya.

Mereka menempatkan segalanya pada porsi masing² dengan memberikan limpahan fadlal dari Allah. Mereka tidak mengambil hak² makhluk itu, bahkan juga tidak untuk menuruti kebutuhan dirinya dan alamiyah nya. Mereka hanya mencintai demi Allah, dan marah pun demi Allah. Semuanya hanya untuk Allah, bukan untuk lain-Nya.

Siapa pun yg bisa memenuhi ini, maka ia benar² telah sempurna pergaulannya, dan ia berhasil selamat dan bahagia. Lalu semua makhluk mencintai mereka, baik manusia, bumi langit, Jin dan Malaikat.

(Wahai para penempuh yg menyertaiku, dan wahai yg menimba kondisi ruhaniku, sesungguhnya dalam kondisiku tidak ada makhluk, tidak ada dunia, dan tidak ada akhirat)

Wahai orang munafik! Wahai pemberhala sesama makhluk! Wahai orang yg menyembah dunia, yg senantiasa lupa dengan Allah Ta’ala. Anda ingin mengandalkan apa yg ada di tangan anda? Sungguh anda tidak akan dapat kemuliaan dan kehebatan.

Serahkanlah dirimu dan bertaubatlah. Belajar dan amalkanlah ilmumu dengan ikhlas. Jika tidak, anda tidak akan dapat hidayah.

Sungguh antara aku dan kalian tidak ada permusuhan, hanya aku ingin menyampaikan yg benar, saya tidak ingin membelokkan anda dari agama Allah Ta’ala. Karena anda terdidik dari ucapan keras para masyayikh, ucapan asing dan aneh para Sufi. Jika ada ucapanku yg muncul, ambillah itu dari Allah Ta’ala, karena Allah-lah yg hakikatnya mengucapkan-Nya untukku. Jika kalian masuk kepadaku, masuklah dengan telanjang dari hawa nafsu anda. Sebab jika anda punya matahati sesungguhnya aku pun tampak telanjang. Tetapi karena bencana penyakit kefahaman menimpa anda.

Wahai para penempuh yg menyertaiku, dan wahai yg menimba kondisi ruhaniku, sesungguhnya dalam kondisiku tidak ada makhluk, tidak ada dunia, dan tidak ada akhirat. Namun siapa yg bertobat di hadapanku, menjadi muridku dan husnudzon padaku, mengamalkan apa yg aku ucapkan ini, Insya Allah Ta’ala akan mendidik kalian.

Para Nabi itu dididik oleh Allah Ta’ala dengan Kalam-Nya, sedangkan para Auliya dididik dengan Ilham-Nya dalam Qalbu. Karena mereka adalah para pewaris wasiat Nabi dan khalifah² serta generasinya. Allah berfirman dan berkata kepada Musa as., Allah yg bicara kepada Musa, bukan makhluk yg bicara. Yg bicara adalah Yang Maha Mengetahui segala yg ghaib. Allah bicara dengan Kalam-Nya yg difahami Musa as. hingga difahami akalnya tanpa perantara. Allah berbicara kepada Nabi kita Muhammad Saw. tanpa perantara. Inilah Al-Qur’an, penghubung Allah al-Matin. Al-Qur’an berada di antara diri kalian dan Tuhan kalian, Maha Agung dan Maha Luhur Dia. Jibril menurunkannya dari langit, dari Sisi Allah, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagaimana Nabi katakan dan kisahkan. Tidak boleh mengingkari itu atau menentangnya. Ya Allah berilah petunjuk semuanya, dan taubatkanlah semuanya, rahmatilah semuanya.

Riwayat dari Amirul Mukminin al-Mu’tashim Billah ra., ia mengatakan ketika menjelang wafatnya: “Demi Allah aku bertobat kepada Allah Ta’ala karena tindakanku pada Ahmad bin Hambal, hanya karena aku tidak ingin taklid sedikit pun pada perkaranya, sedangkan orang lain bertakdlid untuk itu.”

Wahai orang² yg sangat kasihan (Miskin). Tinggalkanlah bicara hal² yg tidak berguna bagi anda. Tinggalkan Ta’ashub (fanatik) mazhab. Sibukkanlah dirimu dengan hal² yg berguna bagi dunia dan akhiratmu. Anda akan melihat kabarmu dalam waktu dekat. Anda pun akan ingat akan ucapanku. Anda akan melihatnya ketika berada di depan penikam, sedangkan di kepalamu tak ada pelindung. Sungguh luka akan menyertaimu.

Karena itu kosongkan hatimu dari kesusahan dunia, karena anda juga akan meninggalkannya dalam waktu dekat. Jangan anda berambisi mencari keenakan hidup di dunia, karena tidak akan pernah anda raih juga. Rasulullah Saw. sampai bersabda, “Hidup sesungguhnya adalah kehidupan akhirat.”

Pendekkan imajinasi khayalanmu. Karena zuhud telah datang padamu di dunia. Zuhud itu seluruhnya adalah pendek angan² khayalan. Jauhilah teman² burukmu, putuskanlah rasa cinta antara dirimu dan mereka, lalu sambunglah pergaulan anda dengan orang² saleh. Jauhilah berdekatan dengan kawan² buruk, dan datangilah sahabat² yg baik. Semua yg anda sayangi adalah sahabat² dekat anda. Karena itu pilihlah siapa yg anda sayangi.

Kaum Sufi pernah ditanya, “Apakah kekerabatan itu?” Dijawab, “Kasih sayang.”

Tinggalkan usaha mencari sesuatu yg sudah dibagi buat anda, dan yg belum dibagi. Karena mencari sesuatu yg sudah jelas bagiannya akan menimbulkan rasa payah. Dan pencarian terhadap yg belum dibagi menimbulkan kehinaan dan kesengsaraan. Karena itu Rasulullah Saw. bersabda, “Di antara jumlah dari siksaan² Allah adalah berambisi mencari sesuatu yg belum dibagikan oleh Allah padanya.“ oleh Sang Pencipta.

Wahai anak²ku… Carilah bukti melalui ciptaan Allah Ta’ala, bertafakkurlah atas ciptaan itu, anda akan meraih wushul kepada-Nya.

Orang beriman yg yakin, yg ‘arif, memiliki dua mata lahir dan batin. Dua mata lahir melihat ciptaan Allah, dan dua mata batin melihat apa yg ada dibalik ciptaan Allah di langit dan di bumi. Lalu terbukalah hijab, tanpa keserupaan dan bentuk, lalu dia menjadi sangat dekat kepada-Nya, sangat mencintai-Nya. Bahkan sebagai Sang Kekasih, Dia tak menyembunyikan Diri-Nya. Hijab tersingkap dari qalbu yg telanjang, dari makhluk, dari nafsu dan dari watak naluri, terbuka dari hawa nafsu dan syetan. Ia diberi kunci² perbendaharaan bumi dari Tangan-Nya, hingga ia berada di antara batu dan berlian. Jadilah anda orang cerdas untuk memahami apa yg aku katakan ini, karena aku bicara dari lubuk kata yg dalam, dengan mutiara, rahasia dan hakikat maknanya.

Anak²ku… Janganlah kalian mengadu kepada makhluk. Mengadulah kepada-Nya, karena, Dialah yg membuat takdir. Selain Dia, jangan.

Di antara perbendaharaan kebaikan adalah menyembunyikan rahasia, musibah, bencana, rasa sakit dan sedekah, dimana tangan kanan anda memberi sementara tangan kiri anda tidak tahu. Takutlah dengan lautan dunia, karena banyak makhluk tenggelam tidak selamat, kecuali beberapa makhluk saja yg selamat. Lautan dalam yg menenggelamkan semuanya. Hanya saja Allahlah yg menyelamatkan hamba²Nya yg dikehendaki-Nya, sebagaimana kaum mukminin yg diselamatkan di hari qiyamat dari api neraka. Karena semuanya telah diberi peringatan, dan Allah menyelamatkan yg dikehendaki-Nya.

“Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kepastian yg sudah ditetapkan.”

Allah berfirman pada api “Jadilah dingin dan menyelamatkan” sehingga, hamba-Ku yg beriman, yg senantiasa ikhlas pada-Ku, yg berhasrat mencintai-Ku dan mengesampingkan selain Diri-Ku.

Allah Ta’ala juga berfirman pada apinya Namrud yg hendak membakar Ibrahim as. Maka Allah Ta’ala pun berfirman, “Wahai lautan dunia, jangan engkau tenggelamkan hamba yg dikehendaki tercinta ini.” Lalu hamba itu pun selamat dari lautan duniawi, sebagaimana Musa as. dan kaumnya diselamatkan dari lautan itu. Allah memberikan fadhal-Nya kepada yg dikehendaki-Nya.

“Dan Allah memberikan rizki pada yg dikehendaki tanpa terhingga.”

Seluruh kebajikan itu di tangan Allah, pemberian dan pencegahan juga di Tangan Allah, kaya dan miskin juga di Tangan-Nya, kemuliaan dan kehinaan juga di Tangan-Nya. Tak satu pun, kecuali Allah menyertainya. Makanya orang yg cerdas selalu di pintu-Nya, dan menolak pintu² lainnya. Wahai orang yg mengurus dunia, anda lebih senang atas kerelaan makhluk dibanding kerelaan Sang Khaliq, lalu anda merobohkan akhiratmu dengan membangun duniamu. Padahal dalam waktu singkat anda akan dicabut dengan sangat pedih, dengan cara yg bermacam². Sebentar lagi kedudukan kekuasaan anda akan dicabut. Anda akan diganti dengan rasa sakit, rasa hina, kefakiran melalui kesedihan, kedahsyatan cobaan dan mendung². Anda akan dicerabut melalui ucapan² banyak manusia dan kekuasaan mereka pada diri anda, semua itu akan merevolusi anda. Bangunlah wahai orang yg tidur. Ya Allah bangunkan kami hanya demi bersama-Mu, dan demi untuk-Mu. Aamiin.

Anak²ku… Janganlah kalian seperti pencari kayu bakar di tengah malam, dalam mencari dunia. Pencari kayu malam itu tidak tahu apa yg ada di tangannya. Saya melihat dalam cara bekerja anda seperti pencari kayu bakar malam hari yg gelap, tak ada rembulan dan tak ada cahaya di sana, Banyak sekali bahaya yg bisa mematikan anda. Karena itu carilah kayu bakar di siang hari, sebab resiko bahayanya tampak jelas. Karena itu dalam bekerja, hendaknaya anda disinari oleh cahaya matahari Tauhid, syariat, dan ketakwaan. Sebab matahari bisa mencegah anda dari jatuh ke duri hawa nafsu, syetan dan syirik bersama manusia, sekaligus bisa mengerem anda untuk tergesa² dalam berjalan.

Awas, anda jangan tergesa². Orang yg tergesa² akan terpeleset salah atau hampir salah. Siapa yg hati² pasti benar dan hampir benar. Tergesa² itu termasuk dari syetan. Sedangkan hati² itu dari Allah Yang Maha Rahman. Yg sering membuatmu tergesa² adalah ambisimu meraih peluang mengumpulkan dunia. Maka terimalah saja, karena menerima pemberian itu tidak akan rusak. Bagaimana anda mencari sesuatu yg bukan bagianmu? Dan sama sekali tidak pernah akan ada di tanganmu? Cegahlah dirimu dari hasrat itu. Dan terimalah pemberian Allah saat ini, apa adanya. Zuhudlah pada selain Allah. Berteguh jiwalah, sampai anda ma’rifat kepada Allah, maka pada saat yg sama ia akan merasa cukup dari segala hal. Hati anda menjadi tangguh dan rahasia hatimu menjadi bening, lantas Allah terus menerus mengajari anda. Maka dunia begitu hina di kepala anda, sedang akhirat tampak di mata hati anda, semua selain Allah hina dalam rahasia batin anda (sirr). Tak ada yg terhormat melainkan hanya Allah Ta’ala, maka pada saat itulah semua makhluk menghormati anda.

Anak²… Manakala anda tidak ingin pintu Allah itu tertutup, maka bertaqwalah kepada Allah. Karena taqwa itu kunci segala pintu-Nya. Allah berfirman:

“Siapa yg bertaqwa kepada Allah, Allah membukakan jalan keluar, dan memberi rizki yg tiada terhingga.”

Karena itu anda jangan kontra dengan Allah Ta’ala pada jiwamu, pada keluargamu, pada hartamu, dan penduduk zamanmu. Betapa anda tidak malu memerintahkan mereka, menginginkan mereka agar berubah, lalu anda merasa lebih benar, lebih tahu dan lebih mencintai? Padahal anda dan semua makhluk itu adalah hamba² Allah. Allahlah yg mengatur dirimu dan mereka. Jika anda ingin bersahabat di dunia dan akhirat hendaknya anda diam dan tenang. Para auliya’ Allah Ta’ala itu senantiasa dididik di hadapan-Nya. Mereka tidak bergerak dan tidak melangkah kecuali mendapatkan izin yg benar² jelas dalam hatinya oleh Allah Ta’ala. Sebab mereka berdiri bersama Allah, tegak bergerak bersama yg membolak balik qalbu dan mata hati. Tak ada keputusan pribadi jika bersama Tuhannya, sehingga senantiasa fisiknya di dunia dan hatinya di akhirat.

Ya Allah limpahilah rizki bertemu dengan-Mu di dunia maupun di akhirat, limpahilah rizki menikmati taqarrub dengan-Mu dan memandang-Mu, jadikanlah kami dari golongan orang yg rela kepada-Mu dibanding selain diri-Mu.

“Ya Allah berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan lindungi kami dari siksa api neraka.”

04. Taubat

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 4
“Taubat”

Pengajian Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani, Hari Ahad, 10 syawal 545 H

Beliau mengatakan: Rasulullah Saw. bersabda;
“Siapa saja yg dibukakan pintu kebaikan, hendaknya ia cepat meraihnya, karena ia tidak tahu kapan pintu itu ditutup untuknya.”

Wahai kaum Sufi, bergegaslah dan raihlah pintu kehidupan sepanjang itu terbuka. Siapa tahu dalam waktu dekat pintu itu tertutup darimu. Raihlah tindakan kebajikan sepanjang kalian mampu melakukannya, raihlah pintu taubat, masuklah di dalamnya sepanjang itu terbuka. Raihlah pintu doa, karena pintu terbuka untukmu, raihlah pintu pergaulan dengan orang² shaleh, dan itu sangat terbuka untukmu.

Wahai kaum Sufi.. Bangunlah apa yg telah kalian robohkan. Mandilah dari najis kalian. Perbaikilah apa yg telah kalian rusak. Bersihkan apa yg mengotorimu, kembalilah kepada Tuhanmu dari kepergian dan larimu.

Wahai anak²ku, di sana tak ada kecuali Khaliq Azza wa-Jalla. Jika anda bersama Sang Khaliq, maka anda adalah hamba-Nya. Jika anda bersama makhluk, anda adalah hamba makhluk, tak ada lagi ucapan sampai anda menempuh padang gersang dan keterluntaan hatimu. Karena itu rahasia batinmu harus terpisah dengan mereka. Ingatlah orang yg mencari Allah Ta’ala berarti berpisah dengan semuanya, karena anda telah yakin bahwa segala sesuatu dari makhluk itu adalah hijab bagi Allah Ta’ala, dan setiap seseorang berada dalam ketetapan bersama makhluk dalam rahasia batin, pasti akan menghijab dirimu.

Anak²ku, janganlah anda malas²an, karena kemalasan itu selamanya merugi dan menimbulkan penyesalan. Raihlah amalmu dan Allah Maha Derma padamu dunia akhirat.

Abu Muhammad al-Ajamy ra. bermunajat: “Ya Allah.. Jadikanlah kami orang yg sangat dermawan” – ia tidak mampu lagi mengucapkannya karena siapa yg merasakan benar² mengenal-Nya.

Bergaul yg baik dengan masyarakat dan berselaras dengan mereka tanpa melampau batas hukum syariat dan Ridlo Allah Ta’ala, adalah kebajikan yg penuh berkah. Sebaliknya jika melewati batas hukum dan Ridlo-Nya, sama sekali tidak ada kemuliaan bagi mereka. Tanda² bagi kaum Sufi yg terpilih adalah menerima perintah Allah dan kepatuhan yg menjadi kebiasaan jiwanya.

Anak²ku, bangkitlah dari lubang dosa, dan kembali pada Ridlo. Jangan biarkan ucapan dan hati anda bertentangan. Karena di hari kiamat besok manusia akan di ingatkan apa yg di perbuat di dunia, baik maupun buruknya. Menyesal disana tidak ada manfaatnya, mengingat perbuatan di sana tidak ada gunanya. Mengingat musim tanam pun tak ada gunanya.

Karena itu Rasulullah Saw. bersabda:
“Dunia adalah ladang akhirat, siapa g bertanam kebajikan, akan mengetam kegembiraan, dan siapa yg menanam keburukan akan menuai penyesalan.”

Jika maut menjemput waktu bisa habis, dan tak ada lagi manfaat bagimu.
“Ya Allah ingatkan kami dari tidurnya orang yg sedang alpa pada-Mu, yg senantiasa membodohi diri-Mu”. Aamiin.

Anak²ku.. Pergaulanmu dengan lingkungan buruk telah menjerumuskan dirimu pada su’udzon terhadap orang² baik. Berjalanlah di bawah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. Anda telah bahagia.

Wahai kaum Sufi, malulah kepada Allah Ta’ala dengan sangat malu. Jangan kau alpakan buah² mutiaramu dengan sia². Karena kamu telah sibuk dengan mengumpulkan makanan yg sesungguhnya tidak kamu makan. Kamu telah berangan² pada sesuatu yg tidak kamu temukan. Kamu telah membangun gedung yg tidak kamu tempati. Semua itu telah menghijab maqam dengan Tuhanmu. Hendaknya engkau berkemah dengan mengingat Allah sebagaimana jiwa kaum ‘arifin, dengan melupakan apa saja yg engkau ingat. Jika anda telah sempurna, surga tertinggilah tempatmu. Syurga yg menyelamatkan, surga yg dijanjikan, surga yg ditunaikan. Yg ditunaikan di dunia adalah Ridlo pada ketentuan Allah Ta’ala, munajat kepada-Nya, dan terbukanya hijab antara diri-Nya dengan diri hamba. Sehingga hati hamba ini senantiasa khalwat bersama Allah Ta’ala dalam seluruh ahwal ruhaninya tanpa rekayasa “bagaimana” dan tanpa penjumbuhan bayangan.

“Tidak ada satu pun yg menyamai-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Surga yg dijanjikan adalah yg dijanjikan Allah Ta’ala bagi orang beriman dan melihat Wajah Allah Yang Mulia tanpa hijab. Tak diragukan semua kebajikan hanya di sisi Allah, dan semua keburukan muncul dari selain Allah. Kebajikan adalah menghadap pada-Nya dan keburukan adalah membelakangi-Nya.

Setiap amal dimana anda ingin meminta imbalan, akan juga kembali imbalan itu kepadamu. Dan setiap amal dimana anda beramal hanya untuk Allah Ta’ala, maka amal itu hanya Lillahi Ta’ala. Kalau anda masih meminta imbalan dari Allah maka balasannya adalah kebersamaan anda dengan makhluk. Dan jika anda beramal hanya demi Wajah Allah, balasannya adalah kedekatan anda dengan Allah dan memandang-Nya. Karena itu janganlah anda meminta imbalan amal anda kepada Allah, baik dalam kehidupan dunia maupun dalam kehidupan akhirat, serta segala hal selain Allah Ta’ala. Semuanya bersandar kepada-Nya.

Carilah Sang Pemberi Nikmat, jangan mencari nikmat. Carilah tetangga yg baik sebelum anda menempati rumah. Karena Dialah yg Ada sebelum sesuatu ini ada, dan yg menciptakan segalanya, sekaligus Yang Maha Eksis setelah segalanya tiada. Ingatlah akan maut, bersabar atas cobaan, bertawakkal kepada Allah dalam segala hal. Jika tiga perilaku ini bersemayam dalam diri anda, sementara malaikat datang mengingatkan kematian, maka zuhud anda telah benar.

Dengan kesabaran anda meraih apa yg dikehendaki Allah Ta’ala. Dengan tawakkal, segala sesuatu akan keluar dari hati anda, dan anda bisa bergantung kepada Allah, anda selamat dari dunia, akhirat, dan segala hal selain Allah. Maka anda bisa ringan dengan segala penjuru, tak satu pun dari semua makhluk ini punya peluang memasuki jiwa anda, anda terlindungi, terjamin dari segala arah. Allah memelihara diri anda dari delapan penjuru, tak ada jalan bagi yg lain (melainkan Allah). Seluruh pintu tertutup, dan seluruh arah terbuntu, maka anda akan tergolong orang yg disebut oleh Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya hamba²Ku, tidak ada bagimu (syetan) untuk menguasai mereka.”

Bagaimana bisa digoda oleh Iblis-Syetan, sedangkan mereka telah menyatu dan telah bebas, ikhlas dari segalanya selain Allah? Mereka tidak memandang makhluk ketika melakukan kebajikan. Kesimpulan itu hanya pada akhirnya, bukan pada awalnya. Seluruh awal permulaan adalah bisu, dan ucapan (kesimpulan utama) adalah akhir .

Kemukhlasan adalah raja di hatinya, sulthan di sirrinya, tak ada yg bisa diperdulikan dalam lahiriyahnya. Yg langka justru mereka yg bisa mengintegrasikan kerajaan lahir dan kerajaan batin. Karena itu hendaknya kamu menyembunyikan kondisi ruhanimu, dan senantiasa demikian hingga kamu sempurna. Hatimu akan sampai pada Tuhanmu.

Jika kamu telah sempurna, dan sampai tujuan, kamu tak akan memperdulikan apa pun ketika itu. Bagaimana kamu perduli sedangkan kondisi ruhanimu telah berada di lembah hakikat? Kamu telah menempati maqommu dan engkau telah mengetam tanaman kebunmu, sementara makhluk² Allah bagimu seperti dinding dan pohon², lalu antara keseimbangan antara pujian dan cacian tak berarti padamu, baik mereka menerima dirimu atau menolak dirimu, seakan² kamu yg membangun dan sekaligus merobohkan, semua sangat tergantung izin Sang Khaliq. Allah mengikat hatimu dan menolak segalanya masuk di hatimu, dan hanya ada simbol dan lambang di rahasia batinmu.

Tak ada kata terucap hingga benar apa yg terjadi. Jika tidak anda bisa berfikir. Anda jangan bingung, karena anda buta. Carilah yg menuntun dirimu. Anda bodoh, carilah yg mengajari dirimu. Jika anda dapatkan, berpegang teguhlah dan menghadaplah pada ucapan dan pandangannya. Buktikanlah dengan keseriusan, jika anda telah sampai pada semua itu, duduklah di sana sampai pada hakikat ma’rifatmu. Jika sudah demikian segala yg menyesatkan tersingkir, dan kalian menjadi bagian dari generasi Sufi, dari generasi kalangan yg perduli pada Allah yg memelihara Rahasia Allah Ta’ala, dan berbudi luhur dalam pergaulan sesama manusia. Lalu dimana lagi anda akan mencari kebenaran dan Ridlo Allah, dari selain Allah? Ingatlah firman Allah:

“Di antara kamu ada yg menghendaki kehidupan duniawi, dan di antara kamu ada yg menghendaki kehidupan ukhrawi.”

Dan di ayat lain disebutkan:
“Orang yg hanya menghendaki Wajah-Nya.”

Jika kebahagiaanmu adalah selain Allah, anda akan di datangi oleh kecemburuan kebahagian yg sesungguhnya, dan anda akan diseret menuju Pintu Taqarrub pada Allah Ta’ala.

“Maka, disanalah limpahan kewalian, hanya bagi Allah Yang Haq.”

Jika kamu telah sempurna, dunia dan akhirat justru datang kepadamu, menjadi pelayanmu tanpa susah dan payah. Karena itu pijakkan langkahmu ke Pintu Allah, tetaplah di sana. Jika anda kukuh di sana, anda akan tahu bisikan² ruhani dan mampu membedakan mana yg sejati dan mana yg nafsu, mana yg hawa syetan dan Iblis, dan mana yg bisikan hati, bisikan malaikat. Akan ada intuisi, “Ini adalah yg benar!, ini adalah yg bathil.”

Anda akan mengetahui melalui tanda masing². Jika anda telah mencapai tahap ini, akan datang bisikan dari Allah Ta’ala yg mendidik diri anda, mengokohkan dan menetapkan diri anda, mendudukkan dan menggerakkan diri anda, dan menenangkan, memerintah dan mencegah diri anda.

Wahai kaum Sufi, janganlah anda meminta tambah dan meminta dikurangi oleh Allah. Janganlah mencari tempat terdepan atau belakang. Karena masing² diantara kalian sudah di takdirkan, masing² sudah tercatat. Rasulullah Saw. bersabda:
“Allah telah merampungkan (catatannya) dari kehidupan, rizki dan kematian. Pena telah menuangkan (tinta) dengan apa yg terjadi.”

Allah telah menyelesaikan segalanya dalam ketentuan yg mendahuluinya. Namun hukum tiba, dan di selubungi oleh perintah, larangan dan ketetapan. Janganlah seseorang itu berpisah dari ketentuan yg telah ditetapkan. Namun katakan, “Allah tidak ditanya apa yg Dia kerjakan, tetapi manusia akan ditanya…”

Wahai kaum Sufi, amalkan dari yg bersifat lahiriyah ini, dengan garis hitam di atas yg putih, hingga anda mengamalkan atas hakikat batin dari perkara ini. Jika anda mengamalkan dengan menunaikan yg lahir maka anda akan memahami yg batin. Yg pertama memahami adalah rahasia batinmu, lalu mendikte hatimu atas dirimu, lalu dirimu mengejakan pada lisanmu, dan lisanmu pada perilakumu. Semua itu dilakukan demi kebaikan dan manfaat para hamba. Betapa sangat beruntung kalian semua jika berselaras dengan kehendak Allah Ta’ala dan anda mencintai-Nya. Tapi awas, anda telah mengaku mencintai Allah Ta’ala, padahal banyak syarat di sana.

Di antara syarat mencintai-Nya adalah Allah serasa berselaras dalam hatimu dan pada selain dirimu. Di antara syarat lain, hendaknya anda tidak tenteram dan bergantung kepada selain Allah Ta’ala. Anda juga harus gembira mesra bersama-Nya, tidak takut siapa pun bersama-Nya. Bila kecintaan pada Allah bersemayam di qalbu hamba, ia senantiasa akan serba mesra bersama-Nya, dan membenci apa yg mengganggunya.

Bertobatlah kalian dari pengakuan dustamu. Karena semua itu tidak akan pernah tiba dengan hanya berangan², berkhayal, bersunyi², berdusta, nifaq dan berbuat² sok mencintai.

Bertobatlah dan tetaplah dalam taubatmu. Bukan taubat itu masalahnya, tetapi tujuannya adalah ketetapan hati anda pada Allah. Bukan menanam itu masalahnya, tetapi masalahnya adalah tertancapnya tanaman, subur dan berbuah. Dan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani ra. berkata:
Karena itu tetaplah dalam keselarasan dengan Allah Ta’ala, baik dalam suka maupun duka, miskin dan kaya, musim hujan atau kemarau, sakit maupun sehat, baik dan buruk, meraih keinginan atau terhalang. Tak ada obat kecuali pasrah diri pada Allah Ta’ala. Bila Allah telah menentukan, jangan takut dengan ketentuan-Nya, jangan menentang, jangan pula mengadu kepada selain Allah. Karena sikap anda bisa menambah bencana. Namun hendaknya anda tenang, diam dan berselubung, dan tetap di sisi-Nya. Pandanglah apa yg anda amalkan, dan disana anda bergembira atas perubahan dan pergantiannya. Bila anda bisa demikian, anda bersama Allah di sana, apalagi bisa merubah ketakutan menjadi kemesraan, dan penyatuan menjadi kegembiraan bersama-Nya.
“Ya Allah, jadikan kami di sisi-Mu dan bersama-Mu. Ya Allah, berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan lindungi kami dari siksa api neraka.”

05. Sebab Cinta Allah Kepada Hamba-Nya

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 5
“Sebab Cinta Allah Kepada Hamba-Nya”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Hari Selasa Sore tanggal 12 Syawal tahun 545 H di Madrasahnya

Beliau berkata:
Anak² muridku semua, manakah sesungguhnya Ubudiyah yg benar kepada Allah Ta’ala? Betapa jauh anda meraih hakikatnya. Raihlah rasa cukup bersama Allah dalam seluruh perkara kehidupan anda.

Anda adalah hamba yg pergi dari Tuan anda, dan kembalilah kepada-Nya. Merasalah sebagai hamba yg hina dan rendah hatilah di hadapan-Nya, mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya. Bersabar dan berselaras terhadap ketentuan-Nya. Bila semua ini sudah anda lakukan dengan sempurna berarti pengabdian anda pada Tuan anda sudah maksimal, dan anda bisa merasa cukup bersama Allah.

“Bukankan Allah telah mencukupi hamba-Nya?”

Jika ubudiyah anda benar, Allah pasti mencintai anda yg anda rasakan dalam hati anda, yg membuat hati anda mesra bersama-Nya. Taqarrub anda pun tanpa disertai susah payah, dan anda tidak merasa kesunyian karena Allah bersama anda, sehingga anda terus menerus Ridlo kepada-Nya dalam segala hal. Bahkan jika saja dunia ini terasa sempit bagi anda dan peluang²nya tertutup, maka Allah Yang Maha luas tetap bersama anda. Bahkan anda tidak ingin makan makanan selain dari-Nya, anda pun akan berselaras dengan Nabi Musa as, ketika Allah berfirman:

“Dan Kami haramkan pada Musa untuk disusui para wanita penyusu sebelumnya.” (QS. Al-Qashash: 12)

Allah Ta’ala senantiasa Melihat dan Menyaksikan segalanya, dalam segala sesuatu senantiasa Hadir, Dekat dengan segala-Nya, tidak butuh pada segala-Nya. Lalu kenapa mesti ada keingkaran setelah mengenal-Nya? Celaka anda ini. Anda sudah mengenal-Nya kenapa harus mengingkari-Nya berkali²? Kalau anda tidak segera kembali kepada-Nya, anda akan terhalang dari semua kebaikan. Karena itu bersabarlah bersama-Nya, dan jangan bersabar untuk jauh dari-Nya.

Ketahuilah, siapa yg sabar akan mendapatkan kemampuan. Mana akal dan kehidupan anda? Allah sampai berfirman:

“Wahai orang² yg beriman, bersabarlah dan jadilah orang yg penyabar, berkaitlah kepada Allah dan bertaqwalah pada Allah agar kalian semua meraih kemenangan.”

Banyak ayat tentang kesabaran yg menunjukkan adanya kebaikan dan kenikmatan, balasan dan pemberian yg besar, ringan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Karenanya bersamalah dengan Allah, dunia akhirat anda akan bahagia dengan kebajikan.

Anda semua harus banyak berziarah kubur dan ziarah pada orang² yg shaleh, berbuat kebaikan, maka perkara kehidupan anda akan beres. Jangan seperti orang² yg mendapat nasehat tetapi tidak dihayati, dan seperti orang yg mendengarkan pengetahuan tetapi tidak diamalkan.

Hilangnya Agama Ini karena Empat Hal:

Pertama, Karena anda tidak mengamalkan apa yg anda ketahui .

Kedua, karena anda mengamalkan perkara² yg anda tidak mengetahuinya.

Ketiga, karena anda tidak mau belajar hal² yg tidak anda mengerti, lalu anda terus menerus bodoh.

Keempat, anda menghalangi orang² yg belajar pengetahuan, dimana mereka tidak tahu.

Wahai kaum Sufi…. Jika anda menghadiri majlis dzikir, ternyata anda menghadirinya agar masalah anda terpecahkan. Anda malah kontra dengan nasehat kebajikan, lalu anda pelihara kesalahan dan ketergelinciran, bahkan anda tertawa dan main². Anda benar² mengkawatirkan, padahal anda bersama Allah Ta’ala. Karena itu bertobatlah kalian dari situasi itu, jangan sampai anda ini seperti para musuh Allah. Raihlah manfaat dari apa yg anda simak disana.

Anak²ku, anda sudah terikat dengan ibadah, dan Allah mengikat dengan Anugerah-Nya. Hendaknya anda berpijak pada Sang Penyebab, bukan pada akibat, dan bertawakallah pada-Nya. Hendaknya anda tidak mengabaikan amaliah, hendaknya pula ikhlas dalam beramal.

Allah Ta’ala berfirman:
“Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah.”

Allah tidak menciptakan mereka untuk berdusta, tidak menciptakan mereka untuk bermain² hampa, menciptakan mereka bukan untuk makan dan minum, tidur dan kawin. Ingatlah! Wahai orang² yg alpa dari kealpaanmu. Ingatlah, anda melangkahkan hatimu satu langkah, Allah menuju kepadamu beberapa langkah, dan Dia paling layak untuk anda rindukan semua dibanding yg lain-Nya.

“Allah memberi rizki pada yg dikehendaki tanpa terhingga.”

Jika Allah menginginkan pada hamba-Nya, Allah menyediakan langsung padanya. Ini sesuatu yg berhubungan dengan makna hakiki bukan rupa fisik. Bila si hamba benar dalam ubudiyahnya ini, maka benarlah zuhudnya di dunia dan akhirat.

Selain Allah Ta’ala, ketika anda datang padanya, anda bisa tetap benar, baik raja, sulthan, pemerintah, maka kedatangan anda, atom anda adalah bukit, tetesannya adalah lautan, bintangnya adalah rembulan, rembulannya adalah matahari, sedikitnya adalah banyak, terhapusnya adalah tetapnya, fana’nya adalah baqa’nya, geraknya adalah tetapnya. Pohonnya menjulang hingga menyentuh Arasy, dan akarnya membumbung sampai ke bintang Tsurayya, dan dahan²nya melindungi dunia dan akhirat.

Pohon apakah ini? Pohon Hikmah dan Pengetahuan. Dunia seperti lingkaran cincin, bukan dunia yg anda miliki, bukan akhirat yg anda kait, yg tidak dimiliki oleh raja maupun budak, tidak bisa dihalangi oleh apa pun atau diambil oleh siapa pun, tidak bisa dikotori. Jika anda bisa memenuhi semua itu, anda akan bagus ketika berada di tengah² khalayak publik.

Manakala Allah menghendaki kebajikan pada hamba-Nya, maka Allah menjadikan hamba itu sebagai dalil bagi mereka, menjadikan dokter bagi mereka, menjadikan pendidik dan pengatur mereka. Sang hamba dijadikan penerjemah untuk mereka, dijadikan riasan bagi mereka, dijadikan lampu dan matahari bagi mereka. Bila Allah menghendaki, segala terwujud. Jika tidak demikian, si hamba ditirai dari segala hal selain Diri-Nya.

Individu² jenis manusia seperti ini memang ditugaskan di tengah² makhluk tetapi dengan perlindungan dan keselamatan menyeluruh pada dirinya. Allah menolong hamba ini untuk sebuah kemashlahatan makhluk dan memberikan jalan menuju hidayah.

Orang yg zuhud dari dunia, diuji dengan akhirat. Orang yg zuhud dari dunia dan akhirat, diuji oleh Pencipta dunia dan akhirat.

Kalau semua telah alpa, seakan² kalian tidak pernah bakal mati, seakan² kalian tidak akan dihamparkan di padang mahsyar, anda tidak di hisab di sana, anda tidak melewati jembatan Shirothol Mustaqim? Ini sifat² anda, padahal anda mengajak Islam dan Iman. Ini Al-Qur’an dan Ilmu sebagai argumentasi bagi kalian. Jika kalian hadir dalam majlis Ulama, dan anda menolak apa yg dikatakan mereka, maka kehadiran anda sebagai hujjah yg membuat anda berdosa. Sebagaimana anda semua bertemu Rasulullah Saw., di hari kiamat nanti, sementara anda tidak menerima Beliau, ketika seluruh makhluk dalam ketakutan atas kebesaran, keagungan dan keadilan serta kesombongan-Nya, maka ketika itu seluruh kerajaan dunia musnah, dan hanya kerajaan Ilahi yg abadi, semuanya di hari kiamat kembali kepada-Nya.

Sementara itu para pemuka kaum Sufi juga tampak di sana dengan kemuliaan dan kelengkapannya, dan bagaimana Allah memuliakan mereka di hari itu.

Para paku bumi, adalah penegak bumi, yaitu mereka sebagai penguasa makhluk dan pemukanya sekaligus sebagai wakil Allah Ta’ala. Mereka hari ini tidak tampak dalam rupa, tapi dalam makna, tetapi esok mereka tampak dalam rupa.

Para pemberani dalam argumentasi dan perang adalah mereka yg melawan orang kafir. Sedangkan sang pemberani dari kalangan orang² sholeh adalah yg melawan hawa nafsunya, watak manusiawinya, syetan dan para kolaborator kejahatan. Mereka ini adalah syetan² manusia.

Sedangkan sang pemberani dari kalangan Khowash adalah keberaniannya dalam zuhud dunia dan akhirat dan zuhud dari segala hal selain Allah secara total.

Anak² muridku sekalian…. Ingatlah, sebelum di ingatkan, tanpa anda harus diperintah mendekat kepada Allah. Bergaullah dengan kalangan ahli agama, karena mereka adalah manusia paling berakal dan mengerti siapa yg paling taat kepada Allah dan siapa paling maksiat pada-Nya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Beruntunglah anda…” Artinya anda sangat butuh kepada-Nya dan anda cukup bersama-Nya. Bila anda bersama Ahlud Din, dan anda mencintainya anda akan merasa cukup, dan hati anda akan lari dari kemunafikan. Karena kaum munafik sesungguhnya hanya suka pamer, tidak ada yg diterima amalnya. Allah tidak menerima bentuk amal anda, rupa amal anda, tetapi Allah menerima apa yg ada dibalik amal anda, hati anda. Jika anda melawan hawa nafsu anda, syetan anda, duniawi anda dalam amaliyah anda, Allah akan menerima anda. Berbuatlah kebaikan, Allah akan menerima dari sisi jiwanya. Dan jangan melihat amaliyah anda sedikit pun, karena Allah tidak akan menerimanya kecuali amaliyah itu hanya untuk-Nya, demi Wajah-Nya, bukan untuk wajah makhluk.

Celaka anda ini! Anda berbuat baik demi makhluk, tetapi ingin diterima oleh Allah Ta’ala. Ini sebuah penipuan dari diri sendiri. Tinggalkan kerakusan anda, kesombongan anda, kesenang²an anda. Anda harus prihatin, jangan bersenang², sebab anda berada di alam keprihatinan dalam penjara dunia.

Rasulullah Saw. senanatiasa bertafakkur, tidak banyak gembiranya, banyak prihatinnya, tidak banyak tertawanya kecuali hanya tersenyum, hanya untuk menyenangkan lainnya. Hati Rasulullah Saw. penuh kerpihatinan dan kesibukan bersama Allah. Jika saja bukan karena para sahabat dan perkara dunia ini, Rasulullah Saw. tak akan pernah keluar dari rumahnya dan tak pernah duduk dengan siapapun.

Wahai anak muridku.. Jika Khalwat anda benar bersama Allah Ta’ala, sirr-mu akan cemerlang dan hatimu akan jernih. Pandangan anda akan penuh pelajaran. Hati anda akan penuh dengan tafakkur, ruh anda akan membumbung menuju Allah Ta’ala, wushul kepada-Nya.

Memikirkan dunia justru menyiksa dan menghijab. Sedangkan tafakkur tehadap akhirat membuahkan pengetahuan dan menghidupkan hati.

Allah tidak memberikan anugerah bagi orang yg tafakkur kecuali pengetahuan mengenai dunia akhirat.

Wah! Anda telah menelantarkan hati anda di dunia, sedangkan Allah Ta’ala telah memberikan segalanya untuk anda. Allah telah menentukan waktu setiap hari bagi anda, dan Allah telah terus menerus melimpahkan rizki pada anda, baik anda mencarinya atau tidak. Ambisi dan kerakusan anda telah membuat anda hina di depan Allah maupun di depan makhluk. Dengan iman yg kurang anda lalu mencari rizki, padahal ketika iman anda bertambah anda tidak perlu mencarinya. Bahkan dengan keparipurnaan dan kesempurnaan iman, anda cukup istirahat dari dunia.

Anak muridku, anda jangan mencampur adukkan hal yg serius dengan guyonan. Jika hati anda belum mampu teguh, bagaimana anda bersama khalayak untuk anda baurkan bersama Khaliq, sedang anda berhati ganda dengan dunia? Bagaimana anda bersama Allah? Bagaimana anda bisa mencampuradukkan yg lahir dan yg batin? Yg tak masuk akal dan yg masuk akal, hal² yg ada di sisi makhluk dan Khaliq? Betapa bodohnya orang yg melalaikan Khaliq dan sibuk dengan makhluk, berteguh dengan yg duniawi dan alpa pada Allah? Melupakan yg abadi dan bergembira dengan yg fana?

Anak muridku, Anda bersahabat dengan orang² bodoh lalu mereka menularkan kebodohannya pada anda. Sebab, bergaul dengan orang tolol berarti meraih kesia-siaan. Bergaullah dengan orang mukmin yg yakin, yg mengamalkan ilmunya. Karena orang beriman seperti ini, betapa baiknya mereka, betapa kuatnya perjuangan mereka dalam melawan hawa nafsunya. Dalam konteks inilah Rasulullah Saw. bersabda:

“Kegembiraan orang beriman pada wajahnya, prihatinnya ada dalam qalbunya.”

Itulah kekuatan si mukmin ini, hingga mampu mengekspresikan kegembiraan di hadapan para makhluk, sementara ia mampu menyembunyikan keprihatinannya, antara dirinya dengan Allah Ta’ala. Sepanjang hidupnya ada keprihatinan, banyak merenungnya, banyak menangisnya pada Allah, sedikit tertawanya, dan itulah Rasulullah Saw. bersabda:

“Tak ada kegembiraan bagi orang mu’min kecuali bertemu Allah Ta’ala.”

Orang beriman menutupi keprihatinannya dengan kegembiraannya. Fisiknya bekerja di dunia, batinnya bersama Allah Ta’ala. Fisiknya untuk keluarganya, batinnya untuk Allah Ta’ala. Ia tak pernah mengumbar keprihatinan jiwanya kepada keluarganya, istri dan anaknya, tetangga²nya, bahkan kepada siapa saja dari khalayak makhluk-Nya, karena ia mendengarkan ucapan Rasulullah Saw.:

“Raihlah pertolongan atas persoalan kalian semua melalui cara merahasiakan (masalah)”.

Ia senantiasa menyembunyikan apa yg ada di dalam batinnya. Seandainya saja ada yg keceplosan, itu pun tetap ia ungkapkan dengan metafor, lalu ia tutupi, dan ia mohon maaf atas apa yg terungkap.

Anak² muridku…. Jadikan diriku sebagai cerminmu. Jadikan diriku sebagai cermin hati dan rahasia batinmu, sebagai cermin amaliahmu. Kemarilah mendekat kepadaku, anda akan melihat apa yg ada di dalam dirimu, sesuatu yg tidak bisa anda lihat ketika kalian jauh dariku. Jika anda punya hajat seputar agamamu, anda harus dekat denganku, karena aku tidak akan pernah menyembunyikan agama Allah Ta’ala. Tak ada yg harus malu menyangkut agama Allah Ta’ala. Karena anda selama ini berada dalam pelukan kemunafikan.

Tinggalkan duniamu yg ada di rumahmu, mendekatlah kepadaku. Karena saya berdiri di pintu gerbang akhirat. Bersamalah denganku dan dengarkan kata²ku, dan amalkanlah sebelum maut menjemputmu. Masalahnya bagaimana membangun rasa takut kepada Allah. Bila kalian tidak punya rasa takut pada-Nya, kalian tidak aman di dunia dan di akhirat. Sedangkan rasa Cinta dan Takut itu datang dari Allah juga untuk anda yaitu mengenal-Nya dengan sesungguhnya. Karena itu Dia berfirman:

“Sesungguhnya yg takut kepada Allah di antara hamba²Nya adalah para Ulama’ ”

Tak ada yg takut penuh cinta kecuali para Ulama yg mengamalkan ilmunya, yg mengamalkannya dan memang mengetahuinya. Bahkan mereka tidak meminta balasan dari Tuhannya, kecuali hanya ingin Wajah-Nya dan mendekati-Nya, hanya ingin Cinta-Nya, bersih dari hijab dan rentangan jarak. Mereka tidak ingin pintu-Nya tertutup bagi mereka, dunia hingga akhirat, bahkan tidak ingin tertutup ketika ada pada selain-Nya.

Dunia bagi suatu kaum, dan akhirat juga bagi suatu kaum. Allah Ta’ala juga bagi suatu kaum, yaitu kaum yg meyakini imannya, yg ma’rifat dan mencintai-Nya, yg bertaqwa dan khusyuk kepada-Nya, yg senantiasa prihatin hanya demi Dia. Suatu kaum yg takut penuh cinta kepada-Nya, walau mata fisiknya tak memandang-Nya, tetapi hatinya selalu memandang-Nya. Bagaimana tidak takut setiap saat Allah mengurus semuanya, merubah dan mengganti, menolong dan menghinakan ini dan itu, menghidupkan ini dan mematikan itu.

“Allah tidak ditanya apa yg Dia lakukan, tetapi merekalah yang akan ditanya (apa yg mereka lakukan)”.

Ya Tuhan, dekatkan diri kami pada-Mu, dan janganlah Engkau jauhkan diri kami dari-Mu. Dan berikanlah kami kebajikan dunia dan kebajikan Akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka.

06. Nasehat Seorang Mukmin Kepada Saudaranya

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 6
“Nasehat Seorang Mukmin Kepada Saudaranya”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Hari Jum’at Pertengahan Syawal Tahun 545 H, di Madrasahnya

Beliau berkata:
Qalbu orang² beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk, terus menerus mengingat Allah Ta’ala, melupakan dunia, mengingat akhirat, melupakan apa yg ada padamu, dan mengingat apa yg ada di sisi Allah Ta’ala.

Kalian bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yg ada pada para makhluk itu, disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di hadapan Allah Ta’ala, sehingga kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat kawan anda yg mukmin dan anda jangan kontra. Karena dia yg tahu apa yg ada pada dirimu, hal² yg anda tidak tahu tentang dirimu. Karena itu Rasulullah Saw. bersabda:

“Orang mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.”

Mukmin yg benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa yg tersembunyi pada saudaranya, yg bisa membedakan mana yg baik dan mana yg buruk. Ia mengenalkan mana yg menjadi kebaikan dan mana yg berdampak keburukan. Maha Suci Allah yg telah memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.

Saya menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku. Aku tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah Ta’ala.

Aku tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur celaka. Jika aku melihat murid yg benar dan benar² telah meraih kemenangan melalui diriku, aku merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi melalui diriku?

Anak² muridku….
Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yg membuat aku senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.

Wahai para kaum Sufi,
Tinggalkan takabbur di hadapan Allah Ta’ala dan takabbur di hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri anda, dan rendah hatilah dirimu.

Awalmu hanya setetes air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yg terbuang. Karena itu kamu semua jangan tergolong orang yg tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yg mendorong anda untuk memasuki pintu² penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka, untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yg diberikan itu begitu hinadina.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Siksa paling dahsyat dari Allah Ta’ala pada hamba-Nya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yg tidak dibagikan padanya.”

Betapa celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian, hal² yg bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa was² (godaan) syetan yg terus menggoda ke dalam hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Ta’ala, dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.

Diantara para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yg tidak mengenal tempat kebahagiaan hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda mengetahui tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki.

Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya bukan mata yg buta, tetapi yg buta adalah matahati yg ada di dalam dada.”

Si tamak yg memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu, menjual apa yg abadi dengan yg fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya. Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka.

Namun sepanjang iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada Allah Ta’ala dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati pada budak dunia menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh makhluk.

Disinilah hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari popularitasmu.

Lalu anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan menenggelamkan anda di sana. Siapa yg mampu di tahap ini, segala penderitaan dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yg lain bukan untuk hatinya.

Wahai para kaum Sufi,
Jika anda semua mampu melakukan apa yg saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling tidak sebagian ajaran itu anda dapatkan.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Kosongkan dirimu dari problema duniawi semampu (semaksimalmu).”

Anak² muridku…
Jika kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Ta’ala. Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada Kuasa-Nya lah segalanya tergenggam. Kokohlah di pintu-Nya, mohonlah agar hatimu disucikan dari selain Diri-Nya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat pada-Nya, mengenal-Nya dan cukup dengan-Nya, jauh bergantung pada makhluk-Nya. Mohonlah agar di anugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersama-Nya, kesibukan fisik untuk taat pada-Nya. Mohonlah semuanya dari-Nya bukan dari selain Dia. Jangan sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan pada-Nya, bukan lain-Nya. Engkau bermuamalah dengan-Nya dan bagi-Nya, bukan bagi yg lain.

Anak muridku….
Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa melangkah kepada Allah Ta’ala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu. Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki disertai disiplin pada aturan syar’i dalam gerak fisik badan kita, dan Tawaddlu’ (rendah hati) kepada Allah Ta’ala dan kepada para hamba-Nya.

Siapa yg mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan mendapatkan ukuran benar. Siapa yg memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal² yg fardlu, yg harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan roboh.

Fondasi amal adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yg tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya Allah Ta’ala, bukan dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yg bertauhid adalah yg mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada orang munafik.

Ya Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.

07. Sabar

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 7
“Sabar”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Hari Ahad tanggal 17 Syawal 545 H di Pesantrennya.

Beliau berkata:
Ya Allah limpahilah rahmat bagi Rasulullah Muhammad Saw. dan keluarganya.

“Berikanlah kami kesabaran dan berikanlah keteguhan langkah kami.” Limpahilah anugerah-Mu yg banyak, limpahilah rizki syukur atas anugerah-Mu…”

Wahai para kaum….
Bersabarlah kalian semua, sesungguhnya seluruh isi dunia ini hakikatnya adalah bencana dan musibah. Sedikit sekali yg bukan musibah. Setiap rasa nikmat melainkan di iringi oleh derita. Dan setiap kesenangan, melainkan ada kesedihan. Tak ada keleluasaan yg muncul melainkan disana ada kesempitan. Berikanlah dunia dan kehidupanmu, raihlah bagianmu dari dunia dengan aturan syar’i. Karena aturan Ilahi itu merupakan terapi bagi penyakit dari duniamu.

Anak muridku….
Berjalanlan di alur syariat jika anda menghendaki. Dan raihlah melalui tangan “Amr Ilahi” manakala anda tergolong kaum sufi. Dan melalui tangan Kinerja Allah Ta’ala anda meraihnya, manakala anda tergolong orang yg patuh, orang yg sudah sampai kepada-Nya. Dengan langkah kepadamu, dan Perintah yg memerintahmu serta mencegahmu, sedangkan Kinerja-Nya menggerakkan apa yg ada dalam dirimu.

Manusia itu terbagi tiga kelompok. Kelompok awam, kelompok khowash dan kelompok khowashul khowash (sangat khusus).

Manusia awam adalah muslim yg taqwa, yg memegang teguh aturan syariah dalam ibadahnya, dan mereka ini masuk dalam kategori firman Allah Ta’ala:

“Apa yg datang dari Rasul ambillah, dan apa yg dilarang bagimu, hindarilah.”

Jika hal ini bisa sempurna lahir maupun batin, hati hamba akan cemerlang, lalu hatinya merasa cukup karena berpegang pada syara’, lalu ia meraih Ilham dari Allah Ta’ala, karena Ilham-Nya ada dalam segalanya,

sebagaimana firman-Nya:

“Maka Allah mengilhaminya, baik sikap menyimpangnya dan ketaqwaannya.”

Hamba ini begitu bertaqwa hatinya dan terus memandang Ilham Ilahi. Tandanya ia meraih dzahirnya perintah, bahwa dalam kehidupan ini ada yg merajai dimana kekuasaan ada di Tangan-Nya.

Lalu cahaya hatinya memancar karena itu, setelah menjalankan ibadah syariatnya dengan kekuatan imannya dan tauhidnya, setelah hatinya keluar dari dunia dan jagad makhluk ini dengan segala keruwetan dan busa²nya. Lalu datanglah subuh hari, datanglah cahaya iman, cahaya taqarrub dari Tuhannya. Cahaya amal dan cahaya kesabaran, cahaya kasih dan ketentraman. Semua ini buah dari ibadah menurut aturan syariah, dan berkah dibalik semua itu.

Sedangkan para Abdal (Wali Abdal) adalah kaum Khowashul khowash justru yg memberikan fatwa syara’, lantas mereka ini memandang perintah Ilahi, Kinerja, Gerak dan Ilham-Nya. Selain itu semua berarti kehancuran dalam kehancuran, sakit dalam kesakitan, haram dalam keharaman. Kepusingan dalam pokok agama, rumit dalam hati dan runyam dalam jasadnya.

Wahai kaum Sufi,
Apa yg diberlakukan oleh Allah Ta’ala bagi dirimu, sesungguhnya agar kamu memandang bagaimana kamu memberlakukannya? Apakah kamu bisa kokoh atau sebaliknya malah lari? Apakah kamu jujur atau mendustai? Sebab siapa yg tidak selaras dengan kepastian-Nya, tidak meraih kasih sayang dan tidak meraih keselarasan. Siapa yg tidak rela pada ketentuan-Nya, maka tidak akan meraih ridlo-Nya. Siapa yg tidak memberi tidak diberi.

Wahai si bodoh, kamu ingin berubah dan berganti sesuai dengan seleramu. Kamu jadi tuhan kedua dengan menginginkan agar Allah Ta’ala berselaras dengan dirimu. Kamu harus membalik pandanganmu, agar kamu benar. Kalau bukan karena takdir² itu, kamu tidak akan tahu mana klaim² kebohongan, dan ketika tertarik, maka jelaslah disana, mutiara². Ingkarilah nafsumu yg senantiasa kontra kepada Allah Ta’ala. Kalau kamu bisa kontra pada nafsumu, kamu pasti bisa kontra pada selain dirimu. Atas kekuatan imanmu, kamu bisa menghapuskan seluruh kemungkaran jiwamu. Tapi karena kelemahan imanmu pula, kamu hanya duduk di rumah dan enggan menghilangkan kemungkaran hatimu.

Langkah² iman itu adalah kekuatan yg bisa jadi bekal untuk mengapai syetan² manusia dan jin, yg bisa membuat kokoh ketika kamu menghilangkan cobaan dan bencana. Pijakan² iman yg ada, jika tidak memiliki langkah kuat, jangan disebut iman. Singkirkan semuanya, dan Cintailah Khaliq secara total. Bila Dia menghendaki, Allah akan memberikan limpahan cinta-Nya padamu hal² yg kau benci, tetapi engkau tetap terjaga di sana. Karena Dialah Yang Membuat Cinta, bukan dirimu, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

“Ada tiga hal dari duniamu yg membuat aku mencinta: Wewangian, wanita, dan kesejukan jiwa dijadikan padaku dalam shalat.”

Beliau dilimpahi cinta itu setelah menyingkir, meninggalkan, zuhud dan berpaling. Karena itu kosongkan hatimu dari selain, sehingga jika muncul kecintaan semata karena kehendak-Nya.

08. Jangan Hanya Lahirnya Yang Diperbaiki

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke  8
“Jangan Hanya Lahirnya Yang Diperbaiki”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Selasa sore 19 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al-Namurah

Beliau berkata:
Bajunya nampak elok dan bersih hatinya kotor, berzuhudlah dalam kebolehan dan malas bekerja untuk makan guna mengisi agama, dan tidak mengenal wara’ (memelihara diri dari perkara haram dan subhat) terhadap makanan yg jelas haram. Bagi orang umum permasalahan itu tidak jelas tetapi bagi al khawash (abdal) sama sekali tidak – tetap jelas — . Setiap zuhud dan kebaktiannya hanya dari lahirnya saja. Lahiriahnya memerintah, tetapi batiniahnya menentang.

Celaka kamu tunduk kepada Allah hanya dengan hati bukan meliputi acuan. Segala hal ini bergantung pada hati dan dimensi ketiga (sirr). Telanjangkan dirimu terhadap apa pun yg jiwamu bertempat di sana, hingga punya mu dicabut Allah tiada terasa sakit. Kosongkan dirimu hingga Dia bersamamu. Tinggalkan baju kelemahan dalam hak Allah. Lepaskanlah baju keberhentianmu bersama makhluk dan persekutuanmu bersama mereka, lepaskan baju syahwat, baju dungu, baju ujub dan baju nifaq, juga baju cintamu menerima makhluk dan penerimaan mereka atasmu, dan pemberian mereka untukmu, lepaskan pakaian dunia dan pakaian² akhirat. Tanggalkan pengitarmu, kekuatan dan kemarahanmu, campakkan dirimu di hadapan Al-Haq tanpa daya kekuatan dan tanpa mengenal henti dalam pertautan sebab (kausalitas), tanpa menyekutukan makhluk. Bila engkau laksanakan ini engkau akan melihat kelembutan Dia datang mengitarimu. Rahmat-Nya terkumpul untukmu, nikmat dan pemberian-Nya menutupimu. Tujulah Dia, putuskan dunia dengan telanjang. Jalanlah kepada-Nya dengan terputus dan terpusat dari selain Dia. Tujulah Dia dalam pencarianmu; yaitu pencarian yg bisa menyatukan dirimu dan mempagutkan jiwamu dengan kekuatan lahir dan batin. Sehingga kalaupun keberadaan ini terkunci untukmu dan yg berat di bebankan atasmu engkau tidak merasa berat, bahkan di sana ia menjagamu dari kelenyapan makhluk melalui tauhid yg engkau genggam, mengosongkan dunia dengan tangan zuhud dan mengosongkan segala selain Allah dengan genggaman cinta, sungguh sempurnalah; baik dan selamat, dan beruntung mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Jagalah dirimu dari perbudakan nafsu, hawa dan setan² penunggumu sebelum mati. Jagalah kematianmu secara tertentu sebelum datang kematian sesungguhnya.

Wahai manusia, sambutlah seruku ini, karena aku berdoa kepada Allah untukmu agar dirimu tersampai ke pintu-Nya serta mentaati perintah-Nya. Aku tidak mendoakanmu agar dirimu sampai ke pintu-Nya serta mentaati perintah-Nya. Aku tidak mendoakanmu untuk diriku pribadi. Orang munafik itu tidak mau berdoa kepada Allah untuk manusia umum, tetapi ia berdoa untuk diri sendiri, pencari untung dan penerima untung. Wahai orang dungu, mengapa engkau enggan mendengar suara ini dan bermalas-malasan dalam biara bersama nafsumu. Pertama kali yg engkau butuhkan adalah persahabatan dengan orang² alim, membunuh nafsu dan segala sesuatu selain Allah, baru memungkinkan kamu memasuki tempat mereka. Maksudku adalah; orang berilmu, setelah itu menyendiri bersama mereka dan bertempat dalam kediaman sendiri bersama Al-Haq. Kalau demikian sudah jelas sempurna atasmu niscaya engkau akan berubah menjadi pengobat manusia lain, menjadi penjembatan memperoleh petunjuk atas konsesi Allah. Lisanmu terpelihara tapi hatimu maksiat. Lisanmu penuh memuji Allah tapi hatimu lari dari-Nya. Lahirmu Muslim tapi hatimu kafir. Rupanya hatimu seperti gamping yg runtuh dari rumah mandi. Bila hal ini terjadi terus menerus padamu, berarti setan berrhasil membangun pos² dalam hatimu dan menjadi permukimannya yg paling strategis.

Orang beriman tentu menjunjung penghidupan batiniahnya untuk menghidupkan lahiriah. Mereka laksana pekerja rumah yg memberi harta kepada setiap orang yg memasukinya, padahal pintunya runtuh. Setelah penghidupannya sempurna lalu mereka memperbaiki pintunya. Demikian Bidayah Allah dan Ridha-Nya, baru mereka berpaling menuju makhluk (manusia) dengan izin-Nya. Bidayah akan menghasilkan akhirat lalu akan mendapatkan bagian dari dunia.

09. Ujian Bagi Orang Beriman

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke  9
“Ujian Bagi Orang Beriman”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Jum’at pagi 12 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Namurah

Beliau berkata, dari Rasulullah Saw.:

“Sesungguhnya Allah tidak menyiksa kekasihnya tetapi hanyalah mencobainya.”

Orang beriman tetap bertahan dari cobaan Allah, kecuali malah menghantarkan dirinya ke puncak kebaikan, baik di dunia atau di akhirat. Di antara cobaan itu adalah menerima bala’ dan sabar dalam menghadapinya tanpa mengadu kepada orang lain atau meminta bantuan kepada mereka – selain Allah – bahkan saat itu ia lebih giat sibuk bersama Dia.

Wahai orang yg disibukkan urusan dunia, sambutlah suara ini dalam tempat ini. Engkau bicara dengan mulutmu tanpa engkau ikuti dengan hati. Engkau berpaling dari Allah, juga firman²-Nya, dari Nabi-Nya dan para pengikut mereka, juga terhadap kebenaran orang² yg menjadi penerus mereka (‘ulama). Kamu pencabut kepastian dan ketentuan. Sungguh engkau terima pemberian makhluk – lebih kau utamakan – daripada pemberian Al-Haq. Rupanya tiada kalam dari Allah yg kau dengar, tidak juga dari suaraw hamba yg shaleh yg bisa membawamu taubat, ikhlas bertaubat dan konsisten di sana. Terimalah ketentuan atau kepastian yg tersurat atas dirimu. Jagalah apa yg membawa kemuliaan dan merendahkan dalam fakir dan kaya, dalam sehat dan sakit, dan terhadap apa pun yg engkau sukai atau bahkan yg engkau benci.

Wahai manusia ikutilah ini, sehingga praktis engkau menjadi pengikutnya, layanilah sehingga praktis engkau menjadi pelayannya, ikutilah yg lebih utama dan layanilah Dia sehingga ia menyertai dan melayanimu.

Wahai hamba jika kamu sedia melayani kau pun dilayani, jika kamu berhenti Dia pun berhenti. Layanilah Al-Haq, jangan sibuk lalu meninggalkan-Nya karena melayani para pemimpin yg tidak membawa mudharat atau manfaat. Mana saja mereka memberimu? Apakah mereka mampu memberimu apa yg tidak dibagi untukmu, atau menentukan pembagian sesuatu yg tidak dibagikan oleh Allah. Tidak ada yg perlu di istimewakan untuk mereka. Pabila engkau berkata bahwa, pemberian mereka itu mendahului, maka kafirlah kamu. Bukankah engkau tahu sesungguhnya tiada pemberi, tiada penolak, tiada pencelaka, tiada yg qadim, tiada yg akhir kecuali Allah. Jika engkau berkata sesungguhnya aku tahu hal itu; maka ku katakan padamu: “Bagaimana engkau tahu? Dan mendahulukan selain Dia?”

Celaka, mengapa engkau rusak akhiratmu dengan duniamu, bagaimana engkau rusak ketaatanmu kepada-Nya dengan mengganti tunduk pada nafsu, setan dan makhluk? Bagaimana engkau rusak taqwa dengan pengaduanmu kepada selain Dia? Tahukah engkau bahwa Allah pemelihara orang taqwa dan menjadi penolong mereka, pembenteng mereka dan sumber pengetahuan mereka, dan penyelamat mereka dari kebenciannya? Penglihatan hati mereka dan pelimpah rizki untuk mereka tanpa batas? Dia berfirman (dalam Hadits Qudsi?):

“Wahai anak Adam malulah kepada-Ku seperti engkau malu kepada tetanggamu yg shaleh.”

Sabda Rasulullah Saw.:

“Apabila pintu seorang hamba terkunci, dan turun tirainya, dan tidak jelas dalam memandang makhluk, dalam kesunyian bermaksiat kepada Allah; atas dirinya Allah berfirman: “Wahai anak Adam, engkau jadikan untuk-Ku pandangan yg mudah bagimu?”

10. Tidak Ada Beban

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke  10
“Tidak Ada Beban”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Ahad pagi 14 Syawal tahun 545 Hijriyah

Beliau berkata, Rasulullah Saw. bersabda:

“Aku dan golongan umatku yg taqwa memperoleh kelepasan dari beban.”

Taqwa tidak menjadi beban bagi penghambaan Allah, karena taqwa itu jelmaan dari tabiat kemanusiaannya. Ia menyembah Allah dengan lahir dan batinnya tanpa ada rasa pembebanan untuk diri. Sedang untuk orang munafik dalam setiap situasinya – apa pun – menjadi beban, apalagi untuk menyembah Allah. Pembebanannya terrletak di bagian lahir jiwa dan menempatkan di bagian batiniahnya. Ia tidak mampu memasuki jalan yg dimasuki orang bertaqwa. Setiap tempat jadi panorama, setiap amal milik manusia dan perang dicipta juga milik manusia.

Wahai orang munafik, bertaubatlah dari nifaqmu dan kembalilah dari pelarian munafiq. Bagaimana, engkau ditinggalkan-Nya, setan menertawakanmu. Jika kamu puasa, shalat, semua itu engkau lakukan demi makhluk bukan untuk Allah. Demikian pula jika engkau bersedekah, mengeluarkan zakat dan haji. Perbuatan itu hanya kerja keras lagi memayahkan. Dalam waktu dekat engkau akan dicampakkan ke neraka Hawiyah bila engkau tidak segera bertaubat dan mengadukan diri atas kesalahanmu. Jagalah dirimu untuk mengikuti sunnah – bukan bid’ah – jagalah madzab yg benar.

Celaka, engkau hafal Al-Qur’an tetapi tidak beramal darinya. Engkau pelihara sunnah Rasul tapi tidk beramal darinya. Maka, manakah pekerjaanmu yg berdasar sunnah? Engkau suruh manusia berbaik sedang kamu tidak melaksanakan baik. Engkau tahan mereka (dari berbuat buruk) tapi engkau tidak menahan dirimu dari perbuatan itu.

Firman Allah Ta’ala:

“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yg kamu tidak kerjakan.”

Mengapa engkau berkata tetapi tidak menepati, engkau tidak malu. Bagaimana engkau mengaku iman tapi tidak beriman? Iman adalah manifestasi dari kelurusan (tahan) uji. Ia sabar membawa beban berat, ia pemberani (pelawan) ia pembunuh, iman adalah suatu hal termulia di atas segala dunia. Iman dimuliakan karena Allah semata dan bahwa nafsu dihinakan karena setan. Barangsiapa meninggalkan pintu Al Haq tentu menuju pintu manusia. Barangsiapa menyia-nyiakan jalan Al Haq dan penaungan-Nya tentu duduk di jalan makhluk dan berlindung di sana. Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikannya, tentu pintu² yg tembus makhluk ditutup baginya. Pemberi mereka diputus untuknya. Sehingga semua itu tidak berguna bagi dirinya.

Celaka, engkau riang dalam tempatmu di pagi hari, di musim dingin. Dalam waktu dekat akan datang musim panas dan menyedot air yg kamu simpan sampai kering, lingkunganmu mati karena musim panas itu pemutus (penghisap) air, sedang musim dingin menambah air melimpah. Jadi dirimu bersama Allah niscaya kamu beruntung, mulia, jadi pemimpin dalam menegakkan hukum.

Wahai pemuda! Jadikanlah kebisuan sebagai kebiasaanmu, merenung sebagai pakaianmu, dan lari menghindari manusia sebagai segala tujuanmu. Jika kau mampu melubangi bumi dan bersembunyi di sana, maka lakukanlah. Itu akan menjadi habibatmu hingga imanmu berkembang besar, kaki² keyakinanmu menguat, sayap² kejujuranmu berbulu, dan kedua mata hatimu terbuka, kemudian hamparan rumahmu meninggi dan kau terbang ke angkasa pengetahuan Allah, mengelilingi jagad timur dan barat, daratan dan lautan, padang dan gunung, juga kau kitari langit dan bumi berpandukan seorang pembimbing yg awas melihat, dan seorang sahabat yg ramah. Dalam keadaan demikian, bebaskanlah mulutmu untuk bicara, tanggalkanlah baju lamunan, tinggalkanlah lari menghindari manusia, dan keluarlah dari tempat persembunyianmu menuju mereka, karena sesungguhnya kau adalah obat penawar bagi mereka yg tidak membahayakan dirimu sendiri. Jangan perdulikan banyak atau sedikitnya jumlah mereka, juga penerimaan dan keingkaran mereka, serta pujian dan cacian mereka. Jangan perdulikan di mana kau berada dan tinggal, selagi kau senantiasa bersama Tuhanmu.

Wahai manusia! Kenalilah Sang Maha Pencipta ini dan bersikap sopanlah di hadapan-Nya. Jika hati kalian masih jauh dari-Nya, maka kalian kurang beradab dengan-Nya dan jika dekat, maka ia telah beradab baik. Sebelum Raja naik kendaraan, para pengawal memberi hormat di pintu, dan jika ia telah naik, mereka hening dan bersikap santun karena mereka dekat dengannya, lalu masing² akan berlari ke pojokan.

Ambisi mendapatkan sambutan penerimaan manusia merupakan inti keingkaran dari Allah Ta’ala. Tidak akan ada kebahagiaan bagimu kecuali jika kau tanggalkan kepemilikan (asbab), kau putuskan (keterikatan pada) sarana dan kau abaikan pandangan manusia tentang manfaat dan mudharat. Kalian adalah orang sehat yg sakit, orang kaya yg fakir dan orang hidup yg mati, serta berada tetapi tiada. Sampai kapan kalian mau mungkir dan menolak dari Allah Ta’ala? Sampai kapan kalian makmurkan dunia dan menghancurkan Akhirat? Sesungguhnya setiap kamu sekalian memiliki satu hati, tetapi bagaimana bisa ia menyukai dunia sekaligus akhirat? Bagaimana bisa di dalam dirinya ada kecintaan pada Sang Pencipta dan makhluk? Bagaimana hal ini bisa terjadi dalam satu kondisi, dalam satu hati? Ini merupakan sebuah kebohongan. Rasulullah Saw. bersabda:

“Kebohongan bersanding dengan keimanan.”

Setiap wadah mematangkan apa saja yg ada di dalamnya. Amalan²mu adalah bukti² keyakinanmu: Lahirmu merupakan bukti petunjuk atas batinmu. Karena itu beberapa kalangan mengatakan: “Lahir adalah judul batin,” namun, batinmu tampak sebagai lahir di hadapan Allah Ta’ala dan di hadapan hamba²Nya yg termasuk kalangan khawwas. Jika ada salah seorang di antara mereka lewat di hadapanmu, maka bersikaplah santun di hadapannya dan bertaubatlah dari dosa²mu sebelum menjumpainya. Berkecil dirilah di hadapannya dan merendahlah. Jika engkau bersikap tawadhu’ pada kaum shaleh, maka kau telah bersikap tawadhu’ pada Allah Ta’ala. Bersikap rendah hatilah, sebab orang yg merendah akan diangkat oleh Allah Ta’ala. Santunlah di hadapan orang yg lebih tua darimu. Rasulullah Saw. bersabda:

“Barakah terdapat pada orang² yg lebih tua (dari)mu.”

Perlu di ingat, Rasulullah Saw. di sini tidak bermaksud menyebutkan usia semata (sebagai parameter barakah), akan tetapi ketuaan usia ini harus juga di iringi dengan ketakwaan dalam mengimplementasikan perintah dan larangan serta berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah. Jika tidak demikian, betapa banyak kakek² yg tidak boleh dihormati dan disalami, sebab melihatnya tidak mengimplikasikan barakah apa². Yang tua (al-akabir) adalah orang² yg bertakwa, saleh, wara’, mengaktualisasikan ilmu dan ikhlas dalam beramal. Yang tua adalah hati yg murni dan menentang apa saja selain Allah Ta’ala. Yg tua adalah hati yg makrifat dengan Allah, serta mengetahui dan dekat dengan-Nya. Semakin bertambah pengetahuan hati, maka semakin dekat pula ia dengan al-Mawla Allah Ta’ala. Setiap hati yg memiliki kecintaan pada dunia, di dalamnya terhalang hijab dari Allah, dan setiap hati yg menyimpan kecintaan pada akhirat, terhalang hijab dari kedekatan Allah. Besarnya kecintaanmu pada dunia, akan mengurangi kecintaanmu pada akhirat, dan besarnya kecintaanmu pada akhirat, akan mengurangi kecintaanmu pada Allah Ta’ala.

Ketahuilah takdirmu dan jangan turunkan dirimu di tempat yg tidak dituruni oleh Allah Ta’ala. Karena itu beberapa kalangan mengatakan: “Barangsiapa yg tidak mengetahui takdirnya, maka takdir akan memberitahukan takdirnya.” Jangan duduk di tempat berdirimu! Jika engkau masuk sebuah rumah, maka jangan duduk di tempat yg tidak diduduki tuan rumah, sebab engkau melakukan hal yg tidak sesuai dengan keinginanmu. Jika engkau menolak, maka engkau boleh berdiri dan keluar.

Wahai pemuda! Engkau hanya menyia-nyiakan waktumu untuk mengkaji dan menghafal kitab tanpa pernah mengamalkannya. Lalu apa manfaatnya untukmu? Rasulullah Saw. bersabda:

“Pada Hari Kiamat Allah Ta’ala berfirman pada para Nabi dan Ulama, ‘Kamu sekalian adalah penggembala² manusia, lalu apa yg telah kalian perbuat untuk gembala²mu sekalian? Dan pada para raja serta orang² kaya, Dia berfirman, ‘Kamu sekalian adalah pundi² kekayaan-Ku, lalu apakah telah kalian bantu orang² fakir, kalian asuh anak² yatim, dan kalian keluarkan hak-Ku daripadanya yg telah Aku wajibkan atas kalian?'”

Wahai manusia! Turutilah tutur nasihat Rasulullah Saw. dan terimalah penuturannya. Betapa keras hati kalian! Mahasuci Zat yg telah memberiku kemampuan untuk mengukur manusia. Setiap kali ku hendak terbang, selalu saja datang gunting takdir menggunting sayapku, namun aku tetap bahagia. Bagaimana (tidak harus bahagia), sementara aku bermukim di tanah lapang Sang Raja. Celaka kau orang munafik Engkau menginginkan diriku terusir dari negara ini. Jikalau aku bergerak, maka segalanya akan berubah dan anggota² (tubuhku) akan tercerai berai. Zaman memang telah berubah namun aku takut akan siksa Allah Ta’ala hanya karena keterburu-buruan. Aku bukan orang yg suka terburu-buru, bukan pula orang yg sedang bermain anggar dengan takdir. Akan tetapi aku tunduk dan pasrah menerimanya.

“Ya Allah, berikanlah keselamatan dan penyelamatan.”

Celakalah dirimu! Engkau mengolok-olokku selagi aku berdiri di pintu Allah Ta’ala, menyeru manusia kepada-Nya. Engkau akan melihat sendiri balasanmu. Bangunlah satu dzira’ ke atas dan ribuan ke bawah. Kalian akan lihat, wahai orang² munafik, siksa Allah Ta’ala di dunia dan akhirat. Zaman adalah kandungan dan kalian akan melihat apa yg keluar darinya. Aku berada di tangan pembalikan Allah Ta’ala, yg kadang mengubahku menjadi sebuah gubuk, terkadang lagi mengubahku menjadi sebuah atom, atau menjadi samudra dan buliran air, dan dalam kesempatan lain mengubahku menjadi matahari, juga nyala lampu dan kilatan. Ia membolak-balikkanku sebagaimana Dia membolak-balik siang dan malam.

“Setiap waktu Dia dalam kesibukan” (QS. Ar-Rahman (55): 29).

Bahkan setiap saat. Sehari untuk kalian dan sesaat untuk yg selain kalian.

Wahai pemuda! Jika engkau menginginkan kelapangan dada dan kebaikan hati, maka jangan dengarkan apa kata manusia dan jangan perdulikan omongan mereka. Tidakkah kau tahu bahwa mereka tidak suka (ridha) pada Tuhan mereka, lalu bagaimana mereka akan ridha padamu? Tidakkah kau tahu bahwa kebanyakan dari mereka tidak berakal, tidak melihat dan beriman, bahkan suka berdusta dan tidak jujur? Ikutilah kaum yg tidak memikirkan apa² selain hanya Allah Ta’ala semata, tidak mendengar dari selain-Nya dan tidak melihat selain-Nya. Bersabarlah menghadapi siksa cemoohan manusia demi meraih ridha Allah Ta’ala. Bersabarlah menghadapi berbagai cobaan yg ditimpakan kepadamu. Ini adalah ketentuan Allah pada hamba²Nya yg terpilih dan tercinta. Dia memutuskan mereka dari segala hal; menguji mereka dengan beragam cobaan, petaka, dan ujian, menutup rapat dunia, akhirat dan segala yg di bawah langit dan di perut bumi, sehingga ‘wujud’ mereka dengan demikian lebur binasa. Ketika wujud mereka telah dibinasakan-Nya, maka Dia akan mengadakan mereka kembali hanya untuk-Nya, bukan untuk selain-Nya, membangkitkan mereka di sisi-Nya, bukan di sisi selain-Nya, dan menjelmakan mereka menjadi makhluk baru (yg berbentuk lain), sebagaimana firman Allah:

“Kemudian Kami jadikan dia makhluk yg (berbentuk) lain.” (QS. Al-Mu’minun (23): 14).

Penciptaan pertama adalah common creature (penciptaan massal/ bersama-sama), sementara penciptaan kali ini hanya bersifat spesial. Allah mengistimewakannya dari saudara² dan anak² sejenisnya dari keturunan Adam. Dia mengganti substansi (dirinya) yg pertama (di kehidupan dunia) dan mengubahnya. Jadilah ia seorang Rabbani-Spiritualis. Hatinya resah jika melihat makhluk (manusia). Ia pun menutup pintu hatinya bagi manusia. Allah telah membentuk dunia, akhirat, Surga, Neraka, serta segenap makhluk dan kosmos sebagai sesuatu yang tunggal (syay’an wahidan) di hadapannya, untuk kemudian ia serahkan sesuatu ke tangan nuraninya yg langsung menelannya, hingga tidak tampak lagi di dalamnya. Allah menampakkan di dalam dirinya kemampuan (qudrah) sebagaimana Dia menampakkannya pada tongkat Musa as. Maha Suci Zat yg telah memunculkan kekuasaan-Nya di dalam apa² yg Dia kehendaki pada tangan orang yg dikehendaki-Nya. Tongkat Musa as. telah menghancurkan banyak sekali beban muatan di atas gunung dan benda² lain tanpa ada kerusakan sedikit pun pada tongkat tersebut. Allah Ta’ala ingin mengajarkan pada mereka bahwa hal itu adalah qudrah kekuasaan, bukan hikmah rekayasa, sebab apa yg dilakukan tukang² sihir dewasa ini hanyalah hikmah rekayasa dan handasah (seni keterampilan), sedangkan apa yang muncul di tongkat Musa as. adalah qudrah kekuasaan dari Allah Ta’ala yg luar biasa dan adikodrati. Karena itu, pemimpin tukang sihir berkata pada salah seorang temannya (bawahannya), “Perhatikan Musa, bagaimana kondisinya?” Teman itu menjawab, “Warnanya telah berubah dan tongkat itu pun bekerja.” Si ketua berkata, “Ini adalah aksi Allah Ta’ala, bukan aksinya. Si tukang sihir tidak takut pada sihirnya sebagaimana pencipta yg jelas tidak takut pada ciptaannya. Maka ia pun kemudian beriman pada Musa dan mengikuti sahabat²nya.

Wahai pemuda! Kapan engkau beranjak dari hikmah menuju qudrah. Kapan amalan yg kau lakukan dengan hikmah mengantarkanmu pada qudrah kekuasaan Allah Ta’ala. Kapan keikhlasanmu dalam beramal mengantarkanmu ke pintu kedekatan dengan Allah Ta’ala. Kapan wajah² hati orang awam dan orang khash memperlihatkan mentari pengetahuan (syams al-ma’rifah) kepadamu. Janganlah engkau lari dari Allah Ta’ala hanya karena bala cobaan-Nya, karena sesungguhnya Dia memberimu cobaan untuk mengetahui apakah engkau kembali pada kausalitas (sebab alamiah) dan meninggalkan pintu-Nya ataukah tidak? Apakah engkau kembali pada lahiriah lahir ataukah pada batin? Pada yang terjangkau ataukah pada yg tidak terjangkau, dan pada yg terlihat ataukah pada yg tak terlihat? Ya Allah, janganlah Engkau uji kami. Ya Allah, anugrahilah kami kedekatan dengan-Mu tanpa cobaan. Ya Allah, anugrahilah kami kedekatan sekaligus kelembutan kasih. Ya Allah, karuniakanlah kami kedekatan tanpa kejauhan. Kami tak kuasa jauh dari-Mu, juga tak kuasa menerima kekerasan cobaan. Maka anugrahilah kami kedekatan dengan-Mu tanpa harus mengarungi api petaka, namun jika memang kami harus mengarungi api petaka itu, maka jadikanlah kami di dalamnya bagai salamander (sejenis kadal) yg bertelur dam menetas di dalam api tanpa menyakitkan dan membakarnya. Jadikanlah api itu pada kami seperti api Ibrahim, kekasih-Mu. Tumbuhkanlah rerumputan di sekeliling kami sebagaimana Engkau tumbuhkan di sekelilingnya (Ibrahim). Kayakanlah kami dari segala sesuatu sebagaimana Kau kayakan ia. Temani dan peliharalah kami sebagaimana Engkau memeliharanya, dan jagalah kami sebagaimana Engkau menjaganya. Aamiin.

Ibrahim as. memperoleh teman penyanding (rafiq) sebelum (menempuh) jalan, mendapat tetangga sebelum rumah, memperoleh kelembutan sebelum kebuasan, menerima perlindungan sebelum sakit, memiliki kesabaran sebelum ditimpa bala, dan berbuat ridha sebelum datang qadha-Nya. Belajarlah dari Bapakmu sekalian, Ibrahim as. Ikutilah segala ucapan dan tindakannya. Maha Suci Zat yg telah mengasihinya di samudra bala-Nya, membebaninya berenang di samudra bala sambil mendukungnya, membebaninya berperang melawan musuh sambil Dia bersama panglima pasukan berkuda, membebaninya naik ke tempat yg tinggi, sementara tangan-Nya mendorong punggungnya, dan membebaninya mengundang makan manusia, sementara seluruh biaya ditanggung-Nya. Ini adalah Kasih kelembutan yg tersembunyi.

Wahai pemuda! Bersikap diamlah (menerima) bersama Allah tatkala datang takdir dan fiY-Nya, sehingga engkau akan dapat melihat beragam kasih kelembutan darinya. Tidak pernahkah kau dengar cerita tentang si bijak Galen? Bagaimana ia bersikap membisu, bodoh, dan diam, hingga ia mampu menghafal setiap ilmu dari sisiNya. Hikmah Allah ‘Azza wa ]alla tidak akan datang menghampiri hatimu karena kau kebanyakan bicara mengigau, membantah, dan menginterupsi-Nya.

“Ya Allah, anugrahilah kami kemampuan menyetujui apa pun keputusan-Mu dan meninggalkan sikap takabbur dan menentang. Aamiin”

11. Ma’rifatullah

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 11
“Ma’rifatullah”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Jum’at pagi 19 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Namurah

Beliau berkata:
Wahai Kaum Sufi, kenalilah Allah, engkau jangan masa bodoh dengan-Nya, taatilah jangan menentang-Nya, tepatilah jangan menyelisihi-Nya, relakan atas ketentuan Dia jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui ciptaan-Nya. Dia adalah Dzat Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia Maha Qadim.” Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat yg bertindak menurut kehendak-Nya:

لَا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ

“Dia tidak ditanya tentang apa yg diperbuat-Nya dan merekalah yg akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’ (21): 23)

Takutlah pada-Nya jangan takut yg lain, berharaplah pada-Nya jangan berharap kepada yg lain, berputarlah bersama qudrah dan hikmah-Nya hingga qudrah dan hikmah itu mendominasi. Beradablah bersama hitam di atas putih (Al-Qur’an) sampai datang apa yg mengitarimu dan Dia. Jadilah orang² yg terjaga dari pelanggaran batas² syara’ yg telah ditunjukkan secara substansi, bukan bentuk formal. Tiada yg bisa sampai ke kondisi itu kecuali orang² shalih. Tidak ada gunanya bagi kita keluar dari lingkaran syara’. Kondisi ini tidak mengenal siapapun selain orang yg masuk ke dalamnya. Adapun jika hanya sekedar sifat, maka sifat itu tidak akan mengenali-Nya.

Senantiasalah bersama Rasulullah Saw. dalam segala hal dengan ikatan perintah, larangan, dan pengikut²nya hingga Yang Maha Memiliki datang menjemputmu. Dan, jika sudah tiba saat demikian, maka minta restulah pada Rasulullah Saw. dan menghadaplah. Sesungguhnya kaum abdal (tingkatan hierarkis seorang Sufi) disebut abdal karena mereka tidak menginginkan apa² pada Allah Ta’ala, juga tidak memilih apa². Mereka memberlakukan hukum lahir dan melaksanakan amalan² lahir, untuk kemudian menyendiri dengan amalan² yg khusus bagi mereka. Semakin tinggi tingkatan dan kondisinya, semakin pula mereka menambah mujahadah mereka mengikuti perintah dan menjauhi larangan, hingga mencapai batas yg tak diperintahkan dan tak dilarang, bahkan perintah² syara’ justru bereaksi dan ditambahkan pada mereka selagi mereka dalam kesendirian. Mereka pun akhirnya selalu digunjingkan bersama Allah, padahal mereka selalu menjaga perintah dan larangan-Nya tepat waktu hingga tak satu pun batasan² syara’ yg mereka langgar, sebab meninggalkan ibadah wajib adalah zindiq dan melakukan hal² yg dilarang adalah maksiat. Dalam kondisi bagaimana pun, tidak ada seseorang yg boleh menggugurkan kewajiban² fardhu (fara’idh) atas dirinya.

Wahai pemuda! Bertindaklah dengan landasan hukum dan ilmu-Nya. Janganlah keluar dari penerangan dan jangan lupakan ikrar/janji setia/bai’at. Lawanlah hawa nafsu, setan, tabiat, dan duniamu. Janganlah menyerah dan berputus asa untuk mendapatkan kemenangan Allah Ta’ala, sebab Dia akan menghampirimu jika engkau konsisten dan tegar. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصّٰبِرِينَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang² yg sabar. (QS. Al-Baqarah (2):153)

فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغٰلِبُونَ

“Maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yg pasti menang. (QS. Al-Ma’idah (5): 56)

وَالَّذِينَ جٰهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ

“Dan orang² yg berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar² akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan² Kami.” (QS. Al-‘Ankabut (29): 69)

Kekanglah lisan nafsumu untuk mengadu pada makhluk (manusia). Jadilah musuh nafsu dan semua makhluk (manusia) demi Allah. Serulah mereka untuk mentaati-Nya dan laranglah dari memaksiati-Nya. Cegahlah mereka dari kesesatan, bid’ah dan menuruti hawa nafsu. Serulah mereka untuk mengikuti Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasulullah Saw.

Wahai pemuda! Hormatilah Kitab Allah dan berlaku sopanlah dengannya. Ia adalah penghubung antara kalian dan Allah Ta’ala. Jangan jadikan Dia makhluk. Allah Ta’ala saja mengatakan, “Ini adalah Kalam-Ku,” bagaimana kalian bisa bilang tidak. Barangsiapa yg membantah Allah dan menjadikan Al-Qur’an sebagai makhluk, maka ia telah kafir dengan Allah Ta’ala dan Al-Qur’an lepas tangan darinya. Al-Qur’an yg di dendangkan (matluw), dibaca (maqru’), disimak, dilihat, dan ditulis di dalam mushaf² ini adalah Kalam Allah Ta’ala. Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad – semoga Allah meridhai keduanya – mengatakan, “Pena adalah makhluk, namun yg ditulis dengan media pena ini bukanlah makhluk. Hati juga adalah makhluk, tetapi yg terhapal di dalamnya bukanlah makhluk.”

Wahai manusia! Peringatilah Al-Qur’an dengan mengamalkannya, dan bukan dengan mendebat pesan di dalamnya. Berakidah adalah kalimat yg simpel, dan yg banyak adalah realisasi pengamalan. Kalian harus mengimaninya (Al-Qur’an). Teguhkan dengan hati kalian dan amalkan dengan anggota badan kalian. Bersibuklah dengan apa yg bermanfaat bagimu dan jangan menoleh pada akal yg tidak sempurna dan hina.

Wahai manusia! Ketentuan manqul tidak bisa disimpulkan dengan rasio, begitu juga nash tidak bisa ditinggalkan dengan analogi qiyas. Jangan tinggalkan bayyinah (bukti yg sudah jelas) dan bertindak hanya menurut klaim dakwaan. Harta benda manusia tidak bisa diambil sembarangan dengan landasan klaim semata tanpa bukti yg jelas. Rasulullah Saw. bersabda:

“Seandainya manusia boleh dihukum berdasarkan klaim² dakwaan semata, niscaya suatu kaum suatu kaum akan mengklaim darah dan harta benda kaum lain. Akan tetapi bukti diharuskan pada pendakwa dan sumpah bagi yg mengingkari.”

Kealiman lisan tidak bermanfaat, jika dibarengi dengan kebodohan hati. Rasulullah Saw. bersabda:

“Hal paling menakutkan yg aku takutkan pada umatku adalah eorang munafik yg berlisan alim.”

Wahai para ulama, wahai orang² bodoh, wahai yg absen dan wahai yg hadir! Malulah kepada Allah. Pandanglah Dia dengan hatimu dan hinakanlah dirimu di hadapan-Nya. Posisikanlah dirimu di bawah godam² takdir-Nya. Lekatlah terus bersama-Nya dengan mensyukuri nikmat²Nya. Teruslah mentaati-Nya dalam terang dan gelap. Jika hal itu sudah kau realisasikan, maka karamah Allah Ta’ala dan Surga-Nya di dunia dan akhirat akan datang menghampirimu.

Wahai pemuda! Berusahalah agar tidak tersisa lagi satu pun hal di dunia ini yg kaucintai. Jika kau telah melaksanakannya secara sempurna, maka sejenak pun tidak akan dibiarkan diri bersama nafsumu. Jika lupa, maka engkau akan di ingatkan dan jika lalai, engkau akan di sadarkan. Dia tidak akan membiarkanmu menengok pada selain-Nya. Barangsiapa yg telah merasakan hal ini, maka ia telah mengenal-Nya, dan ia termasuk kalangan sosok² manusia pilihan yg tidak menerima ketenangan bersama makhluk (manusia).

Hai orang² munafik, semoga petaka dan bala menimpa lubuk hati kalian. Jika suatu kaum menatap selain Allah Ta’ala dengan mata hati mereka, maka mereka segera menyerahkan urusan keselamatan dalam ketenangan pada-Nya, melemparkan diri di hadapan-Nya, dan membutakan diri dari makhluk-Nya. Allah Ta’ala telah memotong lisan mereka untuk menentang-Nya. Siang berganti malam, beralih bulan berubah tahun, namun mereka tetap begitu² saja dan tidak pernah berubah bersama Allah Ta’ala. Mereka adalah makhluk Allah Ta’ala yg paling berakal. Jikalau kalian lihat mereka, niscaya kalian akan menyebut mereka sebagai orang² gila, dan jika mereka melihat kalian, niscaya mereka akan mengatakan, “’Orang² ini tidak beriman pada Hari Kiamat.”

Hati mereka patah berkeping² di hadapan Allah Ta’ala sambil terus ketakutan, apalagi ketika tabir kebesaran dan keagungan-Nya disingkap di hati mereka, mereka akan semakin ketakutan, hingga hati mereka nyaris terpotong² dan persendian mereka nyaris lepas dan terpisah. Jikalau Allah melihat mereka dalam kondisi demikian, maka Dia segera membuka pintu² kasih, keindahan, dan kelembutan-Nya serta pintu harapan bagi mereka, sehingga diri mereka menjadi tenang.

Oh! Betapa ingin aku melihat para pencari akhirat dan pencari Allah Ta’ala. Sementara terhadap pencari dunia, (pujian) makhluk, dan hawa nafsu, tidak ada lagi yg bisa kuperbuat pada mereka, selain sebuah hasrat untuk mengobati mereka, sebab mereka hakikatnya sedang sakit, dan hanya dokterlah yg sanggup bersabar menghadapi orang sakit.

Celakalah! Kau coba sembunyikan urusanmu di depanku, padahal ia tidak tersembunyi. Kau berlagak di depanku seolah sebagai pencari akhirat, padahal sebenarnya kau adalah pencari dunia. Kegilaan yg ada di hatimu telah tertulis di keningmu, begitu juga rahasiamu telah tersingkap di keterbukaanmu.

Satu dinar (uang emas) yg ada di (genggaman) tanganmu adalah campuran acak seperenam bahan emas, dan sisanya hanyalah perak. Makanya, jangan berlagak di depanku, karena aku telah banyak melihat kasus demikian. Serahkan dinar itu padaku. Aku akan menggosok dan memurnikan emas yg ada dan membuang sisanya. Sedikit barang yg bermutu tinggi lebih baik daripada banyak tetapi bermutu rendah. Percayakan dinarmu padaku, sebab aku adalah tukang sepuh dan aku memiliki alatnya.

Bertaubatlah dari riya’ dan krmunafikan (beramal). Janganlah malu untuk mengakuinya atas dirimu. Kebanyakan orang² ikhlas, dulu adalah orang² munafik. Karena itu, muncul sebuah aforisma dari beberapa kalangan mukhlis yg berbunyi, Tidak ada yg mengetahui keikhlasan kecuali orang riya’. Orang yg ikhlas dari permulaan hingga akhir sangat jarang sekali. Anak² pada mulanya suka berdusta dan bermain dengan debu dan benda² najis (kotor), menceburkan diri mereka ke dalam hal² yg berbahaya, mencuri (uang) dari bapak dan ibu mereka, serta berjalan dengan jampi², namun ketika (fungsi) akal mulai bekerja di dalam diri mereka (saat masa baligh), satu demi satu kelakuan itu mereka tinggalkan dan mereka menjadi sopan dengan orang tua serta guru mereka. Barangsiapa yg dikehendaki baik oleh Allah, maka ia akan berubah sopan dan meninggalkan perilaku² sebelumnya, dan barangsiapa yg dikehendaki jelek oleh-Nya, maka ia akan hidup dalam kubangan perilaku² sebelumnya serta akan binasa, dunia dan akhirat.

Allah telah menciptakan penyakit, sekaligus obat penawarnya. Maksiat adalah penyakit dan ketaatanlah obatnya. Zalim penyakit dan adillah obatnya. Salah adalah penyakit dan benar-lah obatnya. Mendurhakai Allah Ta’ala adalah penyakit dan bertaubat dari mabuk dosa adalah obatnya, namun obat itu akan bekerja sempurna jika kau lepaskan dirimu dari manusia dengan segenap hati, lalu menyambung hatimu dengan Tuhanmu dan mengangkatnya menuju hadirat-Nya, sehingga ia (hatimu) akan bersemayam di langit, sementara nyawa dan rumahmu masih di bumi. Sunyikanlah hatimu bersama Allah Ta’ala dengan ilmu, namun tetaplah beramal bersama manusia dengan hukum. Jangan berbeda dengan mereka dalam laku apa pun dari amal (syariat), sehingga tidak akan ada hujatan mencelamu.

Menyendirilah bersama Allah dengan batinmu dan tetaplah berinteraksi terhadap manusia dengan lahir wadakmu. Jangan biarkan kepalamu kosong untuk nafsumu saat kau mengendarainya, jika tidak, maka ialah yg akan mengendaraimu. Demikian pula saat kau menanduknya, jika tidak, maka dialah yg akan menandukmu. Jika nafsumu tidak mau tunduk pada keinginanmu untuk mentaati Allah Ta’ala, maka hukumlah ia dengan cambuk lapar, dahaga, hina, telanjang, dan kesepian (sendiri) di tempat yg tidak terdapat teman manusia di sana.

Jangan berhenti mencambuknya hingga ia tenang dan mentaati Allah Ta’ala dalam segala kondisi. Jika pun ia telah tenang (menurut), jangan renggangkan siksaan antara kau dan ia, hingga ia hancur berkeping². Bukankah kau telah melakukan ini dan itu demi menuruti nafsumu. Kau hanya bisa tertolong dari semua ini dengan memohon Kehendak (Murad) Allah Ta’ala, mengikuti-Nya dan meninggalkan maksiat kepada-Nya. Lalu engkau satu-langkahkan lahir dan batinmu, hingga menjadi sosok utuh, penurut tanpa penentangan, taat tanpa maksiat, syukur tanpa pemungkiran, dzikir tanpa melupakan, dan kebaikan tanpa keburukan.

Tidak akan ada kebahagiaan (falah) di hatimu jikalau masih ada sesuatu/seseorang selain Allah Ta’ala di dalamnya. Jika kau bersujud pada-Nya seribu tahun di atas bebatuan koral, akan tetapi hatimu masih tetap menerima (kehadiran) selain-Nya, maka semua itu tidak akan bermanfaat apa² bagimu. Tidak ada ganjaran baginya, sebab ia mencintai selain Allah Ta’ala. Jangan berbahagia dengan cinta-Nya hingga kau nihilkan semua. Apa manfaatnya kau menampakkan kezuhudan pada sesuatu jika hatimu tetap menerimanya? Tidakkah kau tahu sesungguhnya Allah Ta’ala mengetahui apa yg ada di dalam hati semesta alam? Tidakkah kau malu mengatakan, “Saya tawakal pada Allah” dengan mulutmu, namun masih ada selain-Nya di hatimu?

Wahai pemuda! Janganlah terperdaya dengan kesabaran (hilm) Allah Ta’ala, sesungguhnya siksa pukulan-Nya sungguh dahsyat. Jangan pula terperdaya dengan para ulama yg bodoh dan tidak mengenal Allah Ta’ala, sebab seluruh ilmunya hanya akan menjadi senjata makan tuan bagi mereka, bukan menolong mereka. Mereka hanya tahu dengan hukum Allah Ta’ala, namun bodoh dan tidak mengenal Allah Ta’ala. Mereka memerintahkan manusia melakukan sesuatu, namun mereka sendiri tidak melaksanakannya. Mereka melarang manusia dari sesuatu, namun mereka sendiri malah tidak melarang diri mereka. Mereka menyeru pada Allah Ta’ala, namun mereka sendiri malah lari dari-Nya. Mereka membawa² Nama-Nya dalam maksiat² dan dosa² mereka terhadap-Nya. Nama² mereka ada padaku, tertulis lengkap dengan sejarahnya.

Ya Allah, taubatkanlah aku dan mereka. Anugrahilah kami bersama Nabi-Mu, Muhammad Saw. dan Bapak kami Ibrahim as. Ya Allah, jangan kuasakan sebagian kami di atas sebagian kami yg lain, dan berikanlah manfaat di antara kami, dan masukkanlah kami ke dalam rahmat kasih-Mu. Aamiin

12. Jangan Mencari Selain Allah

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke  12
“Jangan Mencari Selain Allah”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Ahad pagi tanggal 2 Dzulqa’idah tahun 545 Hijriyah

Wahai pemuda! Keinginanmu akan Allah Ta’ala belum benar dan engkau tidak menginginkan-Nya, sebab setiap orang yg mengklaim menginginkan Allah Ta’ala, namun juga mengejar² selain-Nya, maka batallah klaimnya. Pengingin dunia sangatlah banyak di antara manusia, sementara pengingin akhirat adalah minoritas, dan lebih sedikit lagi adalah para pengingin Allah Ta’ala yg bersungguh² dengan keinginannya. Kalangan yg disebut terakhir ini seperti permata merah (al-kibrit al-ahmar), antara sangat sedikit dan tidak ada. Mereka adalah sosok² pilihan yg sangat jarang. Mereka adalah pencabut ritual². Mereka adalah bahan tambang di dalam bumi yg terdapat raja di dalamnya, serta bahan bakar negara dan manusia. Berkat mereka, bala cobaan tertolak dari makhluk. Berkat mereka juga, manusia dihujani, dan karena mereka, Allah menghujani langit dan menumbuhkan bumi.

Pada permulaan perilaku, mereka lari dari satu bukit ke bukit lain, dari satu negeri ke negeri lain, dan dari satu kharrah (pepuingan rumah) ke kharrah lain. Manakala identitas mereka diketahui, maka mereka akan pindah tempat. Mereka tidak memperdulikan semua yg selain Allah, dan menyerahkan kunci² dunia (kekayaan mereka) pada penginginnya (ahl ad-dunya). Mereka terus bersikap demikian hingga terbangun benteng di sekeliling mereka, sungai² mengalir ke hati mereka, dan tentara² Allah Ta’ala mengelilingi mereka. Masing² tentara itu mendapat tugas mengawal, sehingga mereka pun termuliakan dan terjaga. Merekalah yg mengendalikan makhluk, dan semua itu mereka lakukan dari belakang akal mereka. Saat itulah, keterbukaan mereka atas makhluk (manusia) menjadi sebuah kewajiban (faridlah). Mereka menjadi layaknya dokter, sementara para manusia adalah pasien mereka.

Celakalah! Kau mengaku sebagai salah satu dari mereka. Lalu apa tanda² mereka yg ada padamu? Mana tanda kedekatan Allah Ta’ala dan kelembutan-Nya? Pada posisi (manzilah) mana kedudukanmu di sisi Allah, juga pada maqam mana? Siapa nama dan laqab (julukan)mu di (alam) al-Malakut al-A’la? Mengapa pintumu selalu tertutup setiap malam? Makanan dan minumanmu yg mubah adalah halal mutlak? Kau iringi dunia, akhirat, atau kedekatan Allah Ta’ala? Siapa teman penyandingmu dalam kesendirian? Siapa teman dudukmu dalam kesepian? Hai pendusta! Temanmu dalam kesendirianmu adalah nafsumu, setan, hawa kesenangan, dan angan keduniaanmu, sedang temanmu dalarn keramaian adalah setan² manusia yg merupakan penyanding² bejat dan sahabat² penyebar isu.

Maqam ini tidak hadir (pada diri manusia) dengan halusinasi dan semata klaim. Penuturanmu dalam hal ini adalah igauan yg tidak bermanfaat apa² bagimu. Engkau harus diam dan berlaku bodoh di hadapan Allah Ta’ala, serta meninggalkan kekurangajaran. Jika memang mendesak harus bicara dalam masalah ini, maka usahakan penuturanmu dilandasi orientasi tabarruk dengan maqam ini dan dengan mengingat Pemiliknya. Jangan hanya mengklaimnya dengan laku lahirmu, akan tetapi hatimu kosong melompong darinya. Setiap gerak lahir yg tidak di ikuti gerak batin adalah igau kesia-siaan. Tidakkah pernah kau dengar sabda Rasulullah Saw:

“Tidaklah puasa bagi orang yg masih tetap memakan daging² manusia (menggunjing).”

Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa puasa bukanlah sekadar meninggalkan makan, minum, dan hal² yg bisa membatalkannya saja, akan tetapi juga ditambah keharusan meninggalkan dosa.

Hindari menggunjing orang (ghibah), sebab ia memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. Hanya orang beruntung saja yg tidak membiasakannya (ghibah), dan barangsiapa yg dikenal luas melakukan hal tersebut, maka akan kukatakan di hadapan khalayak manusia bahwa, “Aku mengharamkannya!”

Hindari juga memandang dengan syahwat, sebab ia akan menanamkan benih maksiat di dalam hati kalian, dan akhirnya juga tidak baik di dunia dan akhirat. Hindari pula bersumpah palsu, sebab ia bisa menyulap rumah² menjadi padang pasir, dan menghilangkan barakah harta benda dan agama.

Celakalah! Engkau mendermakan hartamu dengan sumpah palsu dan kau pailitkan agamamu. Jika masih memiliki akal, mestinya engkau mengetahui bahwa sumpah palsu adalah kerugian itu sendiri. Kaukatakan, “Demi Allah Ta’ala! Tidak ada di seluruh negeri ini ladang yg seperti ini, juga milik siapa pun juga!” “Demi Allah! Ia menyamakan ini dan ini!” “Demi Allah! Aku harus begini dan begini!” Padahal kau berdusta dengan semua sumpah ini, lalu kau bersaksi palsu dan bersumpah demi Allah bahwa kau berkata benar, maka dalam waktu dekat akan datang kepadamu kebutaan dan penyakit kronis.

Bersikap sopanlah, niscaya Allah akan mengasihimu di pelukan tangan-Nya. Barangsiapa yg tidak bertindak menurut tata krama syara’, maka ia akan dihukum oleh api Neraka kelak di Hari Kiamat.

Seseorang bertanya, “Jadi, orang yg melakukan kelima tindakan ini, atau sebagiannya, kita hukumi telah batal puasa dan wudhunya?” Beliau menjawab, “Puasa dan wudhunya tidak batal. Ini hanya sekadar nasihat, peringatan, dan penakut-nakutan saja!”

Wahai pemuda! Bisa jadi besok datang dan kalian telah hilang dari permukaan bumi, atau bisa juga pada jam lain. Lalu apa yg kau buat dengan kelalaian ini. Betapa keras hati kalian? Batu cadaskah kalian? Aku dan juga orang lain telah berulang kali menuturi kalian, namun kalian tetap saja berbuat demikian. Al-Qur’an telah dibaca, begitu juga kbabar² Nabi dan sejarah² kaum terdahulu, namun dirimu tetap tidak berubah. Kau tidak berusaha menjauhi dan lakumu pun tidak berubah. Setiap orang yg menetap di sebuah kawasan, namun tidak mengambil nasihat di dalamnya, maka ia adalah penduduk yg paling buruk.

13. Mendahulukan Akhirat Atas Dunia

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke  13
“Mendahulukan Akhirat Atas Dunia”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Selasa sore tanggal 4 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah.

Beliau berkata:
Anak² muridku, dahulukan akhirat atas dunia, tentu engkau akan memperoleh laba dari keduanya. Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya engkau rugi secara menyeluruh, bahkan siksa menantimu.

Mengapa engkau sibuk berurusan dengan sesuatu yg tidak diperintahkan melakukannya. Bila engkau tidak berambisi atas dunia niscaya Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan melimpahkan taufiq saat pencabutan kembali dunia itu. Jika engkau mengambil sesuatu dari dunia, sama artinya engkau sia²kan barakah yg ada di sana. Orang mukmin itu, siaga beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut kehendak yg dibutuhkan di sana. Terimalah dunia seperti bekal penumpang, kamu jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang dungu itu, setiap cita²nya tertuju dunia, sedang orang arif setiap cita²nya adalah untuk akhirat lalu menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia sampai membumbung mencapai taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar siapa penguasa pencerai berai. Karena hal itu, tidak menguntungkanmu, maka lawanlah nafsumu dan ajarlah dia di sisi Al-Haq. Shiddiq (orang yg benar) itu mengetahui ikatan di antara sesama mereka. Setiap individu di antara mereka mencium bau menerima dan kebenaran akhir.

Wahai pemaling dari Allah dan orang² dari hamba-Nya, justru menghadap makhluk dan berserikat bersama mereka, sampai kapan engkau menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat bagimu. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat juga tidak ada pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya satu, penyampai manfaat ada satu, penggerak dan pendiam cuma satu, pemberi dan pencegah juga satu. Dia Maha Pencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Ta’ala – Dia qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenek moyangmu atau orang² kaya di antaramu. Dia Maha Pencipta langit dan bumi dan segala keberadaan di dalamnya:

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatupun yg serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Ash-Syura (42): 11)

Sayang seribu sayang engkau, hai makhluk Allah! Engkau tidak benar² mengenal Penciptamu. Jika saja aku memiliki sesuatu di sisi Allah pada Hari Kiamat kelak, niscaya akan kupikul beban kalian dari orang pertama hingga orang terakhir kalian.

Wahai muqri’ (pelantun Al-Qur’an)! Bacakanlah untukku saja, tanpa diperdengarkan kepada penghuni langit dan bumi. Setiap orang yg beramal dengan amalannya, maka akan tercipta sebuah pintu antara dia dan Allah Ta’ala, di mana dengan pintu tersebut, hatinya bisa leluasa masuk dan melewatinya menuju-Nya. Sementara engkau, hai orang alim! Kau lebih sibuk mengurusi isu dan mengumpulkan harta benda daripada mengamalkan ilmumu. Maka tidak ragu lagi, yg kau peroleh hanya bentuk semata, bukan substansi. Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, maka Dia akan mengajarinya, lalu mengilhaminya untuk beramal dan ikhlas. Dari sana, Dia mendekatinya, dan mendekatkan hamba kepada-Nya. Dia mengajarinya kearifan dan ilmu hati. Rahasia² dipilihkan-Nya hanya untuknya, tanpa selainnya. Dia memilihnya sebagaimana Dia memilih Musa as. dan berfirman kepadanya:

وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِى

“Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.” (QS. Ta ha (20): 41)

Bukan untuk selain-Ku, juga bukan untuk syahwat kesenangan, kelezatan, dan kepalsuan. Bukan pula untuk bumi ataupun langit. Bukan juga untuk kepemilikan dan kebinasaan. Tidak ada sesuatu pun yg membatasimu dari-Ku. Tidak ada penyibuk selain-Ku yg menyibukkanmu. Bentuk (shurah) tidak lagi membatasimu dari-Ku, juga tidak ada ciptaan yg menghalangimu dari-Ku, serta tidak ada syahwat kesenangan yg membuatmu tak membutuhkan-Ku.

Wahai pemuda! Janganlah berputus asa meraih rahmat Allah Ta’ala hanya karena maksiat yg pernah kau lakukan, akan tetapi basuhlah kotoran baju agamamu dengan air taubat di iringi konsistensi dan ketulusan menjalaninya, maka keharuman dan kewangiannya akan mengharumkan makrifat.

Hati² dengan dunia yg kau diami sekarang, sebab ke mana pun engkau menoleh, binatang² buas ada di sekelilingmu dan tangan² jahat (yg ingin menyakitimu) sedang mengincarmu. Berpalinglah dari sana dan kembalilah pada Tuhanmu dengan segenap hatimu. Jangan makan dengan tabiat hewani, syahwat dan hawa kesenanganmu. Jangan makan kecuali dengan dua saksi yg adil, yaitu Alkitab dan Sunnah. Kemudian carilah juga dua saksi lagi, yaitu hatimu dan Perbuatan (fi’il) Allah Ta’ala. Jika Alkitab, Sunnah, dan hatimu telah membolehkannya, maka tunggulah yg keempat, perbuatan Allah Ta’ala. Jangan seperti pengumpul kayu bakar di malam hari yg terus mengumpulkan kayu bakar tanpa mengetahui apa² saja yg ada di tangannya, apakah ia pencipta atau makhluk. Semua ini bukanlah sesuatu yg datang begitu saja dengan berhias, berangan, dan berpura², akan tetapi ia adalah sesuatu yg telah menetap di dada dan di apresiasikan melalui amalan yg benar, artinya melaksanakan amalan yang hanya di dedikasikan untuk Wajah Allah Ta’ala semata.

Wahai pemuda! ‘Afiyah (vitalitas) diraih dengan meninggalkan pencarian ‘afiyah. Kekayaan diraih dengan meninggalkan pencarian kekayaan, dan obat diraih dengan meninggalkan pencarian obat. Semua obat ada dalam penyerahan diri (taslim) sepenuhnya pada Allah Ta’ala, memutuskan sarana² (keduniaan), dan menanggalkan tuhan² dari dalam hatimu. Obat bisa ditemukan dalam pengesaan Allah Ta’ala dengan sepenuh hati, bukan sekadar lisan belaka. Tauhid dan kezuhudan tidak terkait dengan tubuh dan lisan, akan tetapi tauhid adalah urusan hati, begitu juga kezuhudan, takwa, makrifat, pengetahuan akan Allah Ta’ala, kecintaan pada Allah Ta’ala, dan kedekatan dengan-Nya.

14. Larangan Bersikap Munafik

Majelis ke  14
“Larangan Bersikap Munafik”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs., Jum’at pagi tanggal 7 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah, di Madrasah.

Hai orang munafik! Semoga Allah melenyapkanmu dari muka bumi. Belum cukupkah kemunafikanmu sampai² engkau menggunjing para ulama, wali, dan kaum shaleh dengan memakan daging mereka? Engkau dan teman²mu sama munafiknya. Sebentar lagi belatung² akan memakan lisan dan daging (tubuh) kalian, mencabik² dan merobek² kalian. Bumi akan menjepit kalian, memanggang dan menggoreng kalian.

Tidak ada keberuntungan bagi orang yg berprasangka buruk pada Allah Ta’ala dan hamba²Nya yg saleh serta tawadhu’ menghormati mereka. Mengapa engkau tidak tawadhu’ pada mereka, sementara mereka adalah para pemimpin dan penguasa. Siapa dirimu dibandingkan dengan mereka. Allah Ta’ala menyerahkan penguraian dan pengikatan pada mereka. Berkat mereka langit mencurahkan hujan dan bumi menumbuhkan tumbuhan. Semua makhluk adalah gembala mereka. Masing² seperti gunung yg tidak tergoyahkan dan tergoncangkan oleh badai petaka dan musibah. Mereka tidak goyah dari posisi² pengesaan dan ridha mereka atas Junjungan Allah Ta’ala seraya mencari diri mereka dan selain mereka.

Bertaubatlah pada Allah dan mohonlah ampunan pada-Nya. Akuilah dosa² kalian pada-Nya. Bersimpuhlah di hadapan-Nya. Apa yg kalian miliki? Jikalau kalian mau mengaku, niscaya kalian tidak akan seperti kondisi kalian sekarang ini. Bersikap sopanlah di hadapan Allah Ta’ala sebagaimana engkau berlaku sopan pada senior² kalian. Kalian hanyalah banci dan perempuan jika dibandingkan dengan mereka. Keberanian kalian hanya pada hal² yg diperintahkan nafsu, hawa kesenangan, dan tabiat (hewani) kalian. Padahal keberanian terletak pada agama, atau dengan kata lain dalam memenuhi hak² Allah Ta’ala.

Janganlah meremehkan penuturan kaum bijak dan alim-ulama, sebab penuturan mereka adalah obat dan kata² mereka adalah buah wahyu Allah Ta’ala. Memang sudah tidak ada lagi sosok Nabi yg mewujud di tengah² kalian yg bisa kalian ikuti, namun jika kalian mengikuti para pengikut Nabi Saw. yg bersungguh² dalam mengikutinya, maka kalian seolah² sudah mengikutinya (Nabi). Jika kalian melihat mereka, maka kalian seolah² sudah melihatnya. Temanilah para ulama yg bertakwa, karena pertemanan kalian dengan mereka adalah barakah bagi kalian. Jangan temani ulama yg tidak mengamalkan ilmu mereka, sebab pertemanan kalian dengan mereka malah akan menjadi kesialan bagi kalian.

Jika engkau berteman dengan orang yg lebih besar ketakwaan dan keilmuannya daripadamu, maka pertemananmu dengannya adalah barakah bagi kalian, dan jika engkau, berteman dengan orang yg hanya lebih tua darimu, tanpa ketakwaan dan keilmuan, maka pertemananmu dengannya hanya akan menjadi kesialan bagimu. Beramallah demi Allah Ta’ala dan jangan beramal demi selain-Nya. Tinggalkanlah (suatu larangan) karena-Nya dan bukan karena selain-Nya. Amalan ng didedikasikan untuk selain-Nya adalah kekafiran dan meninggalkan (suatu larangan) karena selain-Nya adalah riya’. Barangsiapa yg tidak mengetahui hal ini dan malah melakukan selain ini, maka ia dalam kegilaan, dan sebentar lagi maut pun akan menjemput dan memotong kegilaan mereka.

Celakalah engkau! Sambunglah komunikasi hatimu dengan Tuhanmu dan putuskan interaksi dengan selain-Nya. Rasulullah Saw. bersabda:

“Sambunglah (hubungan yg terjalin) antara kalian dan Tuhan kalian, niscaya kalian akan bahagia.”

Bersihkanlah hubungan yg terjalin antara kalian dan Allah Ta’ala dengan menjaga hati kaum Shaleh.

Wahai pemuda! Jika engkau berlaku diskriminatif antara orang kaya dan miskin, maka tidak ada keberuntungan bagimu. Santunilah kaum fakir yg penyabar dan mintalah berkah (tabarruk) dengan mereka lewat menemui dan duduk berbincang bersama mereka. Rasulullah Saw. bersabda:

“Orang² fakir yg sabar adalah teman duduk Sang Maha Pengasih di Hari Kiamat.”

Sekarang (di dunia), mereka adalah teman² duduk-Nya dalam tataran hati mereka, dan kelak (di Hari Kiamat) mereka akan duduk bersama-Nya dengan jasad mereka. Merekalah orang² yg hatinya berzuhud meninggalkan keduniaan dan berpaling dari indah perhiasannya. Mereka lebih memilih kefakiran daripada kekayaan dan mereka bersabar dalam menghadapinya. Jika hal ini sempurna telah mereka jalankan, maka Akhirat akan meminang mereka, bahkan menawarkan dirinya pada mereka. Lalu mereka pun berhubungan dengannya (Akhirat), namun ketika mereka telah mendapatkan Akhirat, kemudian menyadari bahwa ia bukan Tuhan, maka mereka pun langsung mundur, membalikkan hati mereka, dan lari terbirit² meninggalkannya karena rasa malunya kepada Allah Ta’ala, bagaimana mereka bisa berdiri dengan selain-Nya dan merasa nikmat serta tenang dengan hal yg baru (al-muhdats). Maka mereka pun segera menyerahkan amal kebaikan dan segala ketaatan yg telah mereka lakukan padanya (Akhirat), untuk kemudian terbang menuju-Nya dengan sayap² kesungguhan dalam mencari Junjungan mereka Allah Ta’ala. Mereka tinggalkan sangkar padanya (Akhirat) dan keluar dari sangkar wujud mereka, lalu terbang menuju Pencipta mereka, mencari Sang Rafiq al-A’la (Teman Tertinggi), mencari Yang Maha Awal dan Akhir, Yang Maha Lahir dan Batin. Sampailah mereka ke menara kedekatan-Nya, menjadi orang² yg disebut Allah sebagai:

وَإِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ

“Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar² termasuk orang² pilihan yg paling baik.” (QS. Sad (38): 47)

(Artinya) hati, cita angan dan esensi diri mereka berada di sisi Kami. Hati dan pikiran (albab) mereka ada di sisi Kami, baik di dunia dan Akhirat.

Jika hal ini telah sempuma dijalankan oleh suatu kaum, maka Allah tidak serta merta menghilangkan dunia, juga Akhirat dari sisi mereka, termasuk langit, bumi, dan apa yg di antara keduanya, di samping hati dan nurani mereka. Dia hanya membinasakan mereka dari selain-Nya, untuk kemudian mewujudkan mereka kembali hanya dengan-Nya. Ketika mereka memiliki ketentuan bagian di dunia, maka Dia mengembalikan pada kemanusiaan mereka demi menepati ketentuan bagian mereka agar tidak ada perubahan pada ilmu, preseden (ketetapan terdahulu), dan qadha (Allah). Mereka bersikap santun pada ‘Ilm Allah, qadha dan qadar-Nya. Mereka mengambil apa yg diberikan pada mereka dengan kaki kezuhudan dan keengganan, bukan dengan hawa nafsu dan keinginan.

Ketentuan hukum lahir tetap mereka jaga dalam segala kondisi. Mereka tidak kikir keduniaan pada manusia. Jika mampu, mereka akan mendekatkan diri mereka semua pada Allah Ta’ala. Tidak tersisa sesuatu pun berupa makhluk dan benda² baru (al-muhdatsat) di dalam hati mereka, sekalipun seberat biji sawi. Selama engkau melekat dengan dunia, maka engkau tidak akan pernah terhubung dengan Akhirat, dan selama engkau melekat dengan Akhirat, maka engkau tidak akan terhubung dengan al-Mawla.

Jadilah pengamal (ilmu) dan jangan bersikap masa bodoh, jika engkau tidak ingin termasuk orang yg disesatkan oleh Allah dengan ilmunya sendiri.

Menjalin solidaritas terhadap kaum fakir dengan apa yg engkau miliki adalah termasuk rangkaian membangun komunikasi dengan Allah Ta’ala. Tidakkah engkau tahu bahwa hakikat sedekah adalah transaksi dengan Allah Ta’ala Yang Maha Kaya lagi Mulia. Apakah seorang yg kaya dan mulia mau bertransaksi dengan orang yg pailit? Jika engkau dermakan harta sebiji sawi hanya karena meraih Wajah Allah, maka Allah akan memberimu segunung (pahala). Jika engkau dermakan setetes, maka Allah akan memberimu sesamudra di dunia dan Akhirat. Dia menepati pemberian pahala dan ganjaranmu.

Wahai manusia! Jika kalian berinteraksi dengan Allah Ta’ala, maka ladang kalian akan bersih, sungai² kalian akan mengalir, dan pohon² akan berdaun, berdahan, dan berbuah.

Serukanlah kebaikan, cegahlah kemungkaran, menangkanlah agama Allah Ta’ala, dan jalinlah pertemanan dengan-Nya. Barangsiapa yg menjalin pertemanan dengan-Nya dalam kebaikan, maka persahabatannya akan kekal dalam kesendirian dan keramaian, dalam suka dan duka, serta dalam penderitaan maupun kebahagiaan.

Mintalah kebutuhan²mu pada Allah Ta’ala, jangan pada makhluk-Nya. Jika memang mendesak harus meminta pada makhluk (manusia), maka menghadaplah pada Allah Ta’ala dengan hatimu. Niscaya Dia akan mengilhamimu untuk meminta dari pihak tertentu. Jika engkau diberi ataupun tak diberi, maka semua itu berasal dari-Nya, bukan dari mereka.

Hamba² shaleh pilihan mengeluarkan pikiran tentang rezeki dari hati mereka. Mereka mengetahui bahwa rezeki telah ditentukan pada waktu² yg telah ditentukan. Maka mereka pun tidak mencari-carinya dan malah berdiam di depan pintu Sang Penguasa mereka. Mereka tidak membutuhkan apa pun berkat kemurahan Allah Ta’ala, kedekatan dan ilmu-Nya. Ketika mereka telah melakukan hal ini dengan sempurna, maka mereka pun menjelma menjadi kiblat makhluk dan para khatib yg menyerunya untuk masuk menghadap Sang Penguasa mereka. Mereka memapah hati manusia untuk menuju-Nya dan bekerja keras melepas sikap menerima dan ridha (dengan manusia) dari diri mereka.

Diriwayatkan dari sebagian kalangan mereka – semoga Allah mengasihi mereka – bahwasanya mereka menuturkan, “Hamba² Allah Ta’ala adalah orang² yg penghambaannya pada Allah telah benar² terealisasi. Mereka tidak memohon dunia dan Akhirat pada-Nya, melainkan hanya menginginkan Dia semata, tanpa selain-Nya.” Ya Allah! Bimbinglah semua manusia menuju pintu-Mu. Ini permintaanku selamanya dan keputusannya ada pada-Mu. Ini adalah doa umum yg berpahala. Allah Ta’ala bertindak pada makhluk-Nya menurut Kehendak-Nya. Jika memang hati telah sehat, maka ia akan dipenuhi rahmat dan cinta kasih pada makhluk.

15. Mencari Bekal Untuk Akhirat

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke  15
“Mencari Bekal Untuk Akhirat”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs., Ahad tanggal 9 Dzulqoidah tahun 545 H di Madrasah.

Seorang Mukmin mengumpulkan bekal, sementara orang kafir bersenang² menikmati. Seorang Mukmin mengumpulkan bekal karena (sadar) bahwa ia tengah menempuh perjalanan. Ia merasa puas membawa sedikit saja harta (duniawi)nya dan mempersembahkan sebagian besarnya untuk Akhirat. Ia sisakan untuk dirinya sekadar bekal yg bisa dibawa seorang musafir. Seluruh kekayaannya ada di Akhirat. Segenap hati dan pikirannya tertuju ke sana dan hatinya terputus dengan dunia. Ia kirimkan seluruh ketaatannya untuk Akhirat, bukan untuk dunia dan penghuninya. Jika ia memiliki makanan enak, ia malah menyerahkannya pada kaum fakir. Ia tahu bahwa ia bisa makan yg lebih baik dari itu di Akhirat kelak. Puncak orientasi seorang Mukmin yg ‘arif dan alim adalah pintu kedekatan dengan Allah Ta’ala, serta agar hatinya terhubung dengan-Nya di dunia, sebelum akhirat. Kedekatan dengan Allah Ta’ala adalah destinasi langkah hati dan perjalanan nurani (sirr).

Kulihat engkau berdiri, duduk, rukuk, sujud, begadang (menghidupkan) malam, dan berlelah², namun hatimu tidak beranjak dari tempatnya, tidak keluar dari rumah eksistensi wujudnya, dan tidak pula berubah dari kebiasaannya. Bersungguh²lah dalam mencari Junjunganmu Allah Ta’ala. Ketulusanmu akan mencukupkanmu dari keletihan. Lubangilah telur wujudmu dengan paruh ketulusanmu. Runtuhkanlah dinding² perhatianmu pada manusia serta keterikatanmu terhadap mereka dengan pangkur keikhlasan dan tauhidmu. Pecahkanlah sangkar hasratmu pada benda² dengan tangan zuhudmu, dan terbanglah dengan hatimu hingga engkau sampai di pesisir samudra kedekatanmu dengan Allah Ta’ala. Ketika itulah nakhoda preseden (ketetapan terdahulu) akan datang kepadamu seraya membawa kapal ‘inayah (pemeliharaan), lalu ia akan membawa dan menyeberangkanmu menuju Allah Ta’ala. Dunia ini adalah lautan dan imanmu adalah kapalnya. Karena itu, Luqman al-Hakim _- semoga Allah mengasihinya – _ mengatakan: “Hai anakku, dunia adalah lautan, iman adalah kapal, pelaut adalah ketaatan, dan pantai adalah Akhirat.”

16. Beramal dengan Al-Qur’an

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 16
“Beramal dengan Al-Qur’an”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Selasa sore tanggal 11 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah.

Hasan al-Bashri -Semoga Allah mengasihinya- menuturkan, “Nistakanlah dunia, sebab demi Allah, ia tidak akan menjadi baik kecuali setelah dinistakan.”

Wahai pemuda! Mengamalkan Al-Qur’an akan menuntunmu menuju tempat-Nya. Mengamalkan Sunnah akan menuntunmu pada Rasulullah Muhammad Saw., yg tidak akan pernah pergi dengan hati dan himmah-nya dari sekeliling hati kaum (shaleh). Ia adalah pengharum dan dupa bagi hati² mereka. Pemurni nurani² mereka dan penghiasnya. Ia adalah pembuka pintu kedekatan bagi hati mereka. Ia adalah sanggul hati, duta antara hati dan nurani dengan Allah Ta’ala. Setiap langkah hati yg bergerak menuju-Nya, maka ia bertambah gembira lantaran anugrah ini, dan memang sudah menjadi keharusan baginya untuk bersyukur dan bertambah ketaatannya. Adapun kegembiraan yg bukan berasal dari perolehan kondisi ini adalah kegilaan. Orang yg bodoh bersuka cita mendapatkan dunia, sementara orang alim mencelanya. Orang bodoh mempermasalahkan takdir dan menentangnya, sementara orang alim menyetujui dan menerimanya. Sungguh kasihan dirimu! Jangan permasalahkan takdir, apalagi menentangnya, niscaya engkau akan binasa. Lingkaran kesalehan mengharuskan engkau menerima bulat² segala tindakan (Af’al) Allah Ta’ala, dan mengeluarkan hatimu dari makhluk, untuk kemudian melemparkannya pada Tuhan makhluk. Terimalah takdir dengam Segenap hati, nurani, dan esensimu.

Jika engkau ikuti Allah Ta’ala, Rasul, dan hamba²Nya yg shaleh, dan engkau mampu berkhidmat melayani kaum shaleh, maka lakukanlah, sebab hal itu lebih baik bagimu di dunia dan Akhirat. Jika engkau merajai dunia seluruhnya, tetapi hatimu tidak seperti hati mereka (kaum shaleh), maka engkau sebenamya tak menguasainya, meski sebiji sawi pun. Setiap orang yg shaleh hatinya karena Allah Ta’ala dan memiliki dunia dan Akhirat, maka ia akan memerintah di antara orang awam dan khawwash dengan hukum Allah Ta’ala.

Celakalah engkau! Ketahuilah takdirmu. Apalah arti dirimu jika dibandingkan dengan mereka. Intensitas pikiranmu hanya tertuju soal makan, minum, pakaian, nikah, mengumpulkan harta dan bersemangat meraihnya. Engkau adalah buruh dalam soal² keduniaan, namun pengangguran dalam masalah keakhiratan. Engkau hanya meletihkan badanmu dan menyuguhkannya pada belatung serta serangga² bumi. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw. bahwasanya Beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki seorang malaikat yg setiap hari, siang dan malam, (bertugas) menyeru: ”Hai anak Adam! Lahirlah untuk mati, bangunlah untuk roboh, dan berkumpullah untuk para musuh.”

Seorang Mukmin memiliki niat yg lurus dalam segala tindakannya. Ia tidak bekerja di dunia untuk dunia, akan tetapi ia membangun di dunia untuk Akhirat. Ia bangun masjid, jembatan, sekolah, dan ribath (tempat peribadatan dan pengajian kaum Sufi) – pengertian ribath sama dengan zawiyah/holaqoh/alkah/surau. Ia juga menata jalan² kaum Muslimin. Selain itu, ia juga membangun untuk keluarga, janda², kaum fakir, dan fasilitas² pokok lain yg mau tidak mau harus dibangun. Ia melakukan semua itu (dengan tujuan) agar Allah membangun bangunan untuknya di Akhirat sebagai gantinya. Jadi ia membangun bukan atas keinginan hawa nafsunya sendiri. Jika seorang anak Adam sudah benar, maka ia akan selalu bersama Allah Ta’ala dalam segala kondisi, di mana ia menghilang bersama Allah dan ada bersama Allah. Hatinya menyusul para Nabi dan Rasul, menerima apa yg datang dari mereka, berupa perkataan, perbuatan, keimanan, dan keyakinan, sehingga tidak syak lagi jika dunia dan Akhirat pun mengikuti mereka.

Orang yg senantiasa berdzikir mengingat Allah akan selalu hidup, berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan lain, hingga tidak ada kematian baginya selain hanya sejenak saja. Jika dzikir sudah menancap dalam hati, maka dzikir hamba pada Allah akan berlangsung terus, meski ia tidak berdzikir tanpa lisannya, dan ketika seorang hamba terus-menerus berdzikir, maka ia akan selalu menyetujui dan menerima-Nya bulat² atas segala tindakan-Nya.

Jika kita tidak setuju dengan Allah soal datangnya musim panas, maka panas akan membakar kita, dan jika kita tidak setuju dengan-Nya soal datangnya musim dingin, maka dingin akan membekukan kita. Setuju dan menerima keduanya akan melenyapkan sakit dan derita yg di akibatkannya. Begitu juga setuju dalam menerima bala dan petaka, akan menghilangkan kesusahan, penderitaan, kegundahan, kegelisahan, dan kekagetan saat turunnya bala dan petaka tersebut.

Betapa mengagumkan tindakan kaum shaleh! Betapa elok ahwal mereka! Bagi mereka, apa saja yg didatangkan oleh Allah pada mereka adalah baik semata. Allah telah memurnikan mereka dalam samudra makrifat-Nya, menina-bobokkan mereka dalam bilik kelembutan-Nya, dan menjamu mereka dengan makanan-Nya, maka tidak aneh lagi, jika mereka memandang bagus berdiri bersama-Nya, meski harus menyendiri dari segala selain-Nya. Mereka mati di hadapan-Nya dan mereka telah dikuasai oleh kewibawaan-Nya, namun jika Dia berkehendak, kapan saja pun Dia bisa membangunkan, membangkitkan, dan menghidupkan mereka kembali. Di hadapan-Nya, mereka bagaikan Ashab al-Kahfi di dalam gua mereka. Merekalah yg disebutkan dalam firman-Nya:

وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖ

“Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.” (QS. Al-Kahfi (18): 18)

Mereka adalah manusia paling berakal yg mengangankan ampunan dan keselamatan dari Allah dalam segala kondisi. Ini semua adalah angan cita (himmah) mereka. Celakalah! Kau kerjakan amalan penghuni Neraka, tetapi engkau berharap Surga. Engkau hanya mengangankan sesuatu yg bukan tempatnya. Jangan tertipu dengan ketelanjangan (‘ariyah) dan mengklaimnya milikmu, karena sebentar lagi engkau akan disiksa. Allah hanya meminjamimu kehidupan agar engkau mentaati-Nya selama menjalaninya, tetapi engkau malah mengira ia adalah milikmu, lalu berbuat seenaknya. Sama halnya dengan kehidupan, kesehatan juga merupakan pinjaman bagimu. Begitu pula kekayaan, keamanan, kedudukan, dan segala kenikmatan yg engkau miliki hanyalah pinjaman semata. Maka jangan sembarangan menggunakannya, karena engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya, juga segala hal yg berasal darinya. Segala kenikmatan yg kau miliki adalah dari Allah Ta’ala, maka jadikanlah nikmat² tersebut sebagai sarana pendukung ketaatan. Bagi kaum shaleh, segala yg kau senangi adalah kesibukan yg melenakan. Mereka tidak menginginkan apa² selain hanya keselamatan bersama Allah Ta’ala di dunia dan Akhirat.

Diriwayatkan, sebagian kaum shaleh menuturkan: “Setujulah menerima Allah Ta’ala dalam hal penciptaan, dan jangan setuju menerima makhluk dalam hal kebenaran al-Haqq. (Jika tidak), maka celakalah orang yg celaka dan baiklah orang yg baik.” Belajarlah mengikuti Allah Ta’ala dari hamba²Nya yg shaleh dan patuh!

17. Jangan Mempermasalahkan Rezeki

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 17
“Jangan Mempermasalahkan Rezeki”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Jum’at tanggal 14 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah.

Jangan perdulikan rezekimu, karena pencariannya padamu lebih berat daripada pencarianmu padanya. Jika engkau mendapatkan rezeki hari ini, maka buang jauh² pikiran tentang rezeki hari esok sebagaimana engkau tinggalkan hari kemarin yg telah berlalu dan tanpa kau tahu esok hari, apakah rezeki akan sampai kepadamu atau tidak. Bersibuklah dengan harimu. Jika engkau mengenal Allah Ta’ala, niscaya engkau hanya akan bersibuk dengan-Nya, dan melupakan pencarian rezeki. Kewibawaan-Nya akan menghalaumu dari mencarinya, sebab lidah orang yg mengenal Allah Ta’ala telah kelu dan kaku (terbelenggu).

Seorang yg arif akan senantiasa membisu di hadapan Al-Haqq, hingga Dia (berkenan) mengembalikannya untuk kemaslahatan manusia, dan ketika Dia sudah berkenan, maka Dia akan melenyapkan belenggu dan kekeluan dari lidahnya. Musa as. misalnya, selama ia menggembala domba, lidahnya kelu terbelanggu, lalu tatkala Al-Haqq berkehendak mengembalikannya, maka Dia kemudian mengilhaminya untuk mengucap:

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِى يَفْقَهُوا قَوْلِى

“Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Ta ha (20): 27-28)

Scolah-olah ia ingin mengatakan, “Tatkala menggembala domba di padang daratan, aku memang tidak membutuhkan ini, tetapi sekarang telah tiba waktuku untuk bersibuk mengurusi manusia dan berbicara dengan mereka, maka aku memohon hilangkanlah belenggu kekeluan dari lidahku.” Benar, Allah pun lalu mengangkat belenggu dari lidahnya kemudian ia bisa fasih menuturkan 70 kalimat yg mudah dipahami, padahal pada waktu kecilnya ia tidak bisa berbicara beberapa kalimat yg mudah sekalipun, karena (pada waktu itu) Allah mengkhawatirkan ia akan berbicara tidak sesuai dengan kondisinya di hadapan Fir’aun dan Asiyah, maka Allah Ta’ala pun lantas menyuapinya batu arang.

Wahai pemuda! Kulihat engkau kurang mengetahui makrifat tentang Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, juga kurang mengetahui tentang para Wali-Nya, abdal (pengganti) Nabi²Nya, dan khalifah (wakil)-Nya dalam mengurusi manusia. Engkau kosong dari substansi, sangkar tanpa burung, rumah kosong yg rusak, pohon yg telah mengering dan berjatuhan daun²nya. Keramaian hati seorang hamba hanya bisa diraih dengan Islam, untuk kemudian merealisasikan hakikatnya, yaitu istislam (kepasrahan). Maka, pasrahkanlah dirimu pada Allah sepenuhnya, niscaya nafsu dan orang selainmu akan tunduk kepadamu. Keluarlah dari dirimu dan juga mereka dengan segenap hatimu. Berdirilah di hadapan Allah dengan telanjang, tanpa dirimu dan tanpa mereka. Jika Allah berkenan, Dia sendiri yg akan memakaikanmu busana dan mengembalikanmu pada manusia, hingga ‘Amr-Nya terimplementasi di dalam dirimu dan mereka atas ridha Rasulullah Saw. Kemudian berdirilah menanti apa yg Dia perintahkan sambil menyetujui segala yg Dia tentukan atasmu. Setiap orang yg melepaskan diri dari segala selain Allah Ta’ala dan berdiri di hadapan-Nya di atas jejak kaki² hati dan nuraninya, maka ia berbicara dengan lisan al-hal (menurut kondisi) sebagaimana ucapan Musa:

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضٰى

“Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).” (QS. Ta ha (20): 84)

Aku tinggalkan dunia dan Akhiratku, juga seluruh makhluk. Aku putuskan segala sarana. Aku tanggalkan segala kepemilikan, dan aku bersegera datang menuju-Mu agar Engkau ridha menerimaku dan mengampuniku atas kebersamaanku dengan mereka sebelum ini.

Hai bodoh! Di mana engkau berada dalam hal ini? Engkau hanyalah budak penyembah nafsu, dunia, dan hawa kesenanganmu. Engkau budak penyembah manusia dan musyrik (menyandingkan) mereka (dengan Allah), sebab engkau memperhitungkan mereka dalam masalah bahaya dan manfaat. Engkau adalah budak Penyembah Surga, karena engkau hanya berharap memasukinya. Engkau budak penyembah Neraka, karena engkau ketakutan memasukinya. Di mana kalian semua dari Sang Maha Pembolak-balik hati dan dari al-Abshar yg berfirman pada sesuatu “Jadilah,” maka ia pun langsung mewujud jadi?

Wahai pemuda! Janganlah tertipu dengan ketaatanmu dan berbangga hati dengannya. Mintalah selalu pada Allah Ta’ala agar berkenan menerimanya. Hati² dan takutlah, jika Dia memindahkanmu pada selainnya. Apa jadinya dirimu jikalau dititahkan pada ketaatanmu, “Jadilah maksiat!” dan pada kemurnianmu, “Jadilah kotoran!” Barangsiapa yg mengenal Allah, maka ia tidak akan terpaku pada sesuatu, apalagi tertipu dengan sesuatu. Ia tidak pernah merasa tentram sebelum ia keluar dari dunia dalam keadaan selamat agamanya serta terpelihara segala sesuatu yg terjalin antara ia dan Allah Ta’ala.

Wahai manusia! Beramallah dengan amalan hati dan ikhlaslah. Keikhlasan yg sempurna adalah kekosongan orientasi dari selain Allah Ta’ala dan hanya makrifat Allah Ta’ala sajalah yg pokok. Kuperhatikan kalian hanyalah para pembual kata dan perbuatan dalarn keramaian dan kesepian. Kalian tidak memiliki konsistensi (Tsabat). Kalian hanya berbicara tanpa bertindak, dan kalau pun beramal, amalan kalian tidak disertai keikhlasan dan tauhid. Jika di hadapanku saja tanganmu sudah kelihatan berlumuran kotoran, apalah guna engkau mengharap amalanmu akan diterima dan diridhai oleh Allah Ta’ala. Sebentar lagi akan terbongkar tiraimu di depan jendela dan nyala api Neraka. Maka akan dikatakanlah, “Ini putih,” “Ini hitam,” dan “Ini rancu.” Semuanya akan tampak tertata pada Hari Kiamat. Begitulah yg akan dikatakan pada setiap amalan yg kau infakkan.

Setiap amalan yg di dedikasikan pada selain Allah adalah kebatilan. Maka beramallah, cintai, temani, dan memohonlah pada Dzat Yang:

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ

“Tidak ada sesuatu pun yg serupa dengan Dia.” (QS. Ash-Syura (42): 11)

18. Jihad Terhadap Hawa Nafsu dan Setan

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 18
“Jihad Terhadap Hawa Nafsu dan Setan”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Ahad pagi tanggal 16 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Ribath.

Allah Ta’ala telah memaklumkan kepadamu dua jihad; jihad lahir dan jihad batin. Jihad batin adalah jihad melawan hawa nafsu, tabiat, dan setan, bertaubat dari berbuat maksiat dan kotoran serta konsisten menjalaninya, dan meninggalkan syahwat kesenangan yg terlarang. Sementara jihad lahir adalah jihad melawan orang² kafir yg menentang-Nya dan menentang Rasul-Nya, menghadapi pedang, panah, dan anak panah mereka dengan resiko membunuh dan terbunuh. Jihad batin lebih berat daripada jihad lahir, karena ia merupakan sesuatu yg melekat dan terus berulang. Bagaimana bisa tidak lebih sulit, jika harus menghilangkan hal² yg disukai nafsu dan menjauhinya, sekaligus menjalankan perintah² syara‘ dan menjauhi larangan-Nya.

Barangsiapa yg menjalankan perintah Allah Ta’ala mengenai kedua jihad ini, maka ia akan mendapatkan balasan pahala di dunia dan Akhirat. Luka² di tubuh orang yg gugur syahid hanyalah seperti sayatan di tangan kalian yg tidak menimbulkan rasa sakit apa². Kematian bagi orang yg berjihad melawan nafsu dan bertaubat dari dosa bagaikan tegukan air dingin bagi orang yg kehausan.

Wahai manusia! Kami tidak membebankan sesuatu pada kalian, kecuali kami berikan balasan yg lebih baik daripadanya. Artinya, setiap detik waktu bagi seorang Mukmin merupakan apresiasi perintah dan larangan yg ditujukan padanya, dari bilik hatinya, berbeda dengan sekalian manusia dan orang² munafik. Musuh² Allah dan Rasul-Nya masuk Neraka, karena keengganan mereka akan Allah Ta’ala dan permusuhan mereka terhadap-Nya. Bagaimana tidak masuk Neraka, jika selama di dunia, mereka menentang Allah Ta’ala dan malah menuruti hawa nafsu, tabiat, adat-kebiasaan, dan setan. Mereka juga lebih memprioritaskan dunia daripada Akhirat. Bagaimana pula mereka tidak masuk Neraka, sementara mereka telah mendengar Al-Qur’an, namun mereka tidak mengimani, apalagi menjalankan perintah²Nya dan menjauhi larangan²Nya.

Wahai manusia! Berimanlah pada Al-Qur’an, lalu amalkan (kandungannya) dan ikhlaslah dalam beramal. Jangan bersikap riya’ dan sum’ah dalam beramal. Janganlah kalian beramal demi mencari pujian dan kompensasi manusia. Hanya sosok² manusia pilihan yg mengimani Al-Qur’an dan mengamalkan (kandungannya) hanya demi meraih Wajah Allah Ta’ala. Karena itu, sedikit sekali orang yg ikhlas dan banyak orang² yg munafik. Betapa malasnya kalian menaati Allah Ta’ala dan betapa giatnya kalian mentaati musuh-Nya serta musuh kalian semua, setan yg terkutuk.

Kaum (shaleh) selalu berharap agar tidak pernah lepas dari (menanggung) kewajiban yg dibebankan oleh Allah Ta’ala. Mereka tahu bahwa bersabar menerima beban kewajiban, dan ke tentuan qadha dan qadar akan memberikan banyak kebaikan bagi mereka, di dunia dan Akhirat. Karena itu, mereka pun patuh saja pada-Nya dalam segala tindak laku dan tindak tanduknya. Kadang bersabar, dan terkadang bersyukur. Kadang dekat, dan terkadang jauh. Kadang lelah, dan terkadang santai. Kadang kaya, dan terkadang miskin. Kadang sehat, dan terkadang sakit. Keinginan mereka hanya satu; menjaga hati mereka (tetap) bersama Allah Ta’ala. Inilah hal terpenting bagi mereka, bahkan di samping mencita-citakan keselamatan diri, mereka juga mencita-citakan keselamatan manusia bersama Allah Ta’ala dan mereka pun senantiasa memohon pada Allah Ta’ala demi kemaslahatan manusia.

Wahai pemuda! Jadilah orang yg shahih, niscaya engkau akan menjadi orang fasih. Jadilah orang yg shahih berhukum, niscaya engkau akan menjadi orang yg fasih berilmu. Jadilah orang yg shahih dalam kesepian, niscaya engkau akan menjadi orang yg fasih dalam keramaian. Keselamatan hanya bisa diraih dengan mentaati Allah Ta’ala, yaitu dengan menjalankan segala yg diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yg dilarang-Nya, serta bersabar menghadapi segala putusan-Nya. Barangsiapa yg memohon kepada Allah Ta’ala, niscaya Dia akan mengabulkannya, dan barangsiapa yg mentaati-Nya, niscaya Dia akan mentaatkan dan menundukkan seluruh makhluk padanya.

Wahai manusia! Terimalah nasihatku ini, sesungguhnya aku hanya memberi nasihat semata. Aku meratapi diriku dan diri kalian di mana pun aku berada, dan aku meratapi dari-Nya, ridha menyikapi perbuatan Allah Ta’ala pada diriku dan diri kalian. Janganlah kalian menuduhku. Sesungguhnya aku menginginkan bagi kalian apa yg aku inginkan bagi diriku. Rasulullah Saw. bersabda:

“Seorang Mukmin tidak menyempurnakan keimanannya hingga ia menginginkan bagi seorang Muslim apa yg ia inginkan bagi dirinya.”

Ini adalah sabda pemimpin, ketua, pemuka, panglima, duta, dan penolong kita, garda depan para Nabi, Rasul, dan kaum Shiddiqin dari zaman Nabi Adam as. hingga Hari Kiamat. Beliau memungkiri kesempurnaan keimanan sesorang yg tidak mencintai saudaranya yg Muslim sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Jika engkau menyukai makanan² yg lezat, pakaian yg bagus, rumah yg elok, wajah yg tampan, kekayaan yg melimpah, lalu engkau lebih suka jika saudaramu Muslim mendapat yg sebaliknya, maka klaim kesempurnaan imanmu hanyalah bohong belaka.

Hai orang yg kurang persiapan! Engkau memiliki tetangga yg miskin. Engkau juga memiliki keluarga yg fakir. Engkau memiliki harta yg harus di zakati dan engkau juga memiliki laba harian yg setiap saat bertambah dan bertambah. Engkau memiliki kekayaan yg melebihi kadar kebutuhanmu. Jika engkau menolak berbagi dengan mereka, maka ini berarti engkau senang melihat kondisi kemiskinan mereka. Memang, jika hawa nafsu dan setan yg ada di belakangmu, maka tidak mudah bagimu melakukan kebajikan. Engkau sudah terjerat ambisi yg kuat, obsesi yg menggunung, dan kegilaan terhadap duniawi, sementara iman dan takwamu begitu minim. Engkau telah musyrik menyekutukan Allah dengan dirimu, hartamu, manusia, dan dengan segala kebaikan yg kaumiliki. Barangsiapa yg besar rasa cintanya terhadap duniawi dan berambisi besar atasnya, juga ia lupakan kematian dan perjumpaan dengan Allah Ta’ala, serta tidak memilah-milah antara yg halal dan yg haram, maka ia sudah menyerupai orang² kafir yg mengatakan:

وَقَالُوا مَا هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yg akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jasiya (45): 24)

19. Takut Kepada Allah

Majelis ke 19
“Takut Kepada Allah”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Selasa sore, 18 Dzulqaidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah.

Allah Ta’ala adalah yg berkompeten untuk ditakuti dan diharap. Andaipun Dia tidak menciptakan Surga dan Neraka, maka, taatilah Dia demi meraih Wajah-Nya, bukan karena anugrah atau siksaan-Nya. Mentaati-Nya berarti menjalankan perintah²Nya, mencegah larangan²Nya, dan bersabar menghadapi ketentuan² takdir-Nya. Bertaubatlah kembali pada-Nya. Menangislah di hadapan-Nya. Hinakanlah diri pada-Nya dengan tetesan air mata dan hatimu. Tangisan adalah ibadah. Tangisan termasuk implementasi tertinggi penistaan diri. Jika engkau meninggal dengan bertaubat, niat shaleh, dan amalan yg suci, maka Allah Ta’ala akan memberimu manfaat (tidak akan menyia-siakanmu) dan Dia akan menangani sendiri ganjaran bagi orang² yg terzalimi, sebab tidak ada lagi selain-Nya di Akhirat, yg memberikan kasih sayang bagi orang² yg patuh mentaati-Nya. Cintailah Dia di dunia dan Akhirat. Jadikanlah cinta kepada-Nya sebagai hal terpenting bagi dirimu yg mau tidak mau harus engkau jalani, karena hanya itulah yg akan bermanfaat bagimu. Semua orang menggaetmu demi kepentingannya sendiri, sementara Allah Ta’ala menggaetmu demi kepentinganmu sendiri.

Wahai manusia! Nafsu kalian mengaku-aku ketuhanan dan kalian tidak memiliki manfaat kebaikan pun daripadanya, sebab ia hanya bermain-main mengecoh Allah Ta’ala dan menginginkan hal² yg tidak di ingini-Nya, bahkan malah mencintai musuh-Nya, setan yg terkutuk, dan tidak mencintai-Nya. Jika datang keputusan qadha-Nya, ia tidak menerima dan menurutinya, juga tidak sabar, bahkan menentang dan menolak untuk pasrah atas substansi keputusan tersebut, dengan dalih bahwa ia telah puas dengan nama Islam. Ini tidak akan memberimu manfaat apa².

Wahai pemuda! Engkau harus selalu takut (khauf) dan jangan berangan-angan hingga engkau bertemu Tuhanmu Allah Ta’ala dan kedua kaki hati serta struktur tubuhmu berdiri tegak di hadapan-Nya, lalu engkau dapatkan jaminan keamanan di tanganmu. Baru setelah itu, engkau boleh merasa aman. Jika Dia telah menjamin keamanan bagimu, maka engkau akan melihat kebaikan yg melimpah di sisi-Nya. Jika Dia telah menjamin keamanan bagimu, maka tenanglah engkau. Sebab, jika Dia sudah memberi sesuatu, Dia tidak akan meninjaunya ulang. Ketika Allah Ta’ala telah menjatuhkan pilihan pada seorang hamba, maka Dia akan mendekatkan hamba tersebut pada-Nya, sehingga manakala ia terserang ketakutan, maka Allah akan memberinya sesuatu yg bisa menghilangkan rasa takut tersebut dan menenangkan hati serta nuraninya, dan itu hanya antara hamba tersebut dan Allah.

Celakalah! Engkau bukanlah laki², sebab laki² yg sempurna kejantanannya tidak akan berbuat untuk seorang pun selain Allah Ta’ala. Kedua mata hatimu telah buta dan kebeningan nuranimu telah terkotori. Engkau telah terhalang dari Allah Ta’ala, namun engkau tidak mengerti. Mengenai hal ini, sebagian kalangan shaleh menuturkan, “Celakalah bagi orang² yg terhalang hijab dan tidak menyadari bahwa diri mereka terhijab!”

Celakalah! Dalam potongan roti ada pecahan kaca, namun engkau justru terus menelannya. Engkau tidak menyadari, karena kuatnya nafsu makanmu, besarnya desakan syahwat dan hawa kesenanganmu, juga karena kerasnya ambisimu. Selang sejam, perutmu akan terkoyak dan rusak. Semua petaka yg menimpamu ini disebabkan oleh kejauhanmu dari al-Mawla Junjunganmu Allah Ta’ala dan pilihanmu pada selain-Nya. Andai engkau ketahui hakikat makhluk, pastilah engkau akan membenci mereka dan mencintai Sang Pencipta mereka. Rasulullah Saw. bersabda:

“Kenalilah, niscaya engkau akan membenci!”

Artinya, engkau membenci. Engkau mencintai dan membenci tanpa kesadaran akal (ikhtiyar al-‘aql). Akal memberi indikasi, namun engkau tidak memiliki akal. Hati memberi indikasi, namun engkau tidak memiliki hati. Padahal hati itu memiliki fungsi pikir, mengingat, dan mengapresiasi nasihat. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِمَنْ كَانَ لَهُۥ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“Sesungguhnya pada yg demikian itu benar² terdapat peringatan bagi orang² yg mempunyai akal atau yg menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf (50): 37)

Akal berubah menjadi hati, hati berubah menjadi nurani, nurani berubah menjadi fana’ (binasa), dan fana’ berubah menjadi wujud. Adam as. dan para Nabi lainnya (layaknya manusia juga). mereka memiliki syahwat dan keinginan (raghbat), hanya saja mereka berontak melawan nafsu mereka dan mencari ridha Allah Ta’ala. Adam as. hanya melampiaskan satu syahwat saja di Surga dan berbuat satu kesalahan saja di Surga, untuk kemudian ia bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Syahwatnya pun termasuk syahwat yg terpuji, sebab ia tidak ingin terpisahkan dari sisi Allah Ta’ala. Begitu juga para Nabi as. Mereka terus berontak melawan nafsu, tabiat, dan syahwatnya, hingga mereka berjumpa dengan malaikat secara hakiki (nyata) karena kuatnya mujahadah (perlawanan) dan mukabadah (penekanan) yg mereka lancarkan terhadap nafsu mereka. Para Nabi, Rasul dan para Wali senantiasa bersabar. Begitu juga kalian seharusnya. Teladanilah sikap kesabaran mereka.

Wahai pemuda! Bersabarlah atas serangan musuhmu, sebab sebentar lagi engkau yg akan menyerang dan membunuh mereka, kemudian merampas dan menguasai kerajaan dan ladang perkebunan mereka.

Wahai pemuda! Berusahalah untuk tidak menyakiti siapa pun dan berniat baiklah pada setiap orang kecuali terhadap orang yg memang diperintahkan oleh syara’ untuk disakiti, maka penyiksaanmu atasnya dalam hal ini merupakan ibadah. Kalangan berakal, cendekia, dan shiddiqin telah diperdengarkan tiupan terompet tanda kebangkitan Kiamat. Jauh sebelum tiba Kiamat, mereka telah menciptakan kiamat bagi nafsu mereka. Mereka memalingkan diri dari dunia dengan himmah cita mereka dan (berhasil) melewati jembatan Shirath berkat pembenaran (tashdiq) mereka.

Mereka berjalan dengan segenap hati, hingga akhirnya berhenti di depan pintu Surga. Mereka berhenti di jalan dan mengatakan, “Kami tidak akan makan dan minum sendirian saja, sebab seorang yg pemurah (karim) tidak makan sendirian. Maka mereka pun kemudian mundur kembali ke dunia, menyeru manusia untuk mentaati Allah Ta’ala dan memberitahu mereka apa² yg telah Allah informasikan, dan mereka pun memberikan kemudahan pada mereka.

20. Bicara Tanpa Disertai Perbuatan

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 20
“Bicara Tanpa Disertai Perbuatan”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Jum’at pagi 21 Dzulqoidah 545 Hijriyah di Madrasah.

Wahai penduduk kampung! Kemunafikan telah merajalela dalam komunitas kalian. Sedikit sekali dijumpai keikhlasan, dan banyak kata tanpa amal nyata. Kata tanpa amal nyata tidak sejajar dengan apa pun, bahkan ia lebih merupakan argumentasi tanpa bukti. Ucapan tanpa tindakan bagaikan rumah tanpa pintu dan perabotan, kekayaan yg tidak bisa diapa-apakan, melainkan hanya klaim semata tanpa bukti. Rupa tanpa ruh adalah patung yg tidak memiliki tangan dan kaki, juga kepalan tinju. Sebagian besar amalan kalian bagaikan jasad tanpa ruh. Ruh (amal) adalah keikhlasan, tauhid, dan konsistensi memegang Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. janganlah kalian lalai. Lawanlah arus, niscaya kalian benar. Jalankanlah perintah, cegahlah larangan, dan pasrahlah menerima takdir.

(Teladanilah) sosok² manusia pilihan! Hati mereka senantiasa menenggak ganja kasih (al-uns), hingga mereka tak merasakan derita takdir dan petakanya, sampai masa² petaka tersebut berakhir tanpa mereka sadari. Mereka pun selanjutnya bertahmid memuji Allah Ta’ala dan bersyukur pada-Nya akan keadaan tersebut, bagaimana mereka tidak berwujud, hingga mereka tidak menentang Allah Ta’ala. Petaka yg menimpa manusia sama seperti petaka yg menimpa kalian. Ada yg lebur dalam kefana’an, dan ada pula yg menghilang dari petaka dan dari kesabaran menghadapinya. Perasaan derita (menghadapi petaka) memang muncul karena kelemahan iman, saat ia masih bayi kecil, lalu kesabaran (menghadapinya) akan muncul saat ia remaja, lantas kepasrahan menerimanya muncul saat ia baligh, dan keridhaan menerimanya muncul saat ia dekat dan mampu melihat Allah Ta’ala dengan amal mereka. Ketiadaan (ghaybah) dan keleburan (fana’) terjadi saat hati dan nurani berada di sisi Allah Ta’ala, dan ini merupakan kondisi musyahadah dan muhadatsah (penyaksikan dan percakapan). Batinnya melebur, sementara wujud (eksistensi)nya juga ikut lebur dan hilang di hadapan makhluk, namun eksis di hadapan Allah Ta’ala. Ia hilang dan meleleh di sana, kemudian jika Allah Ta’ala berkehendak, maka Dia akan membangkitkannya kembali.

Jika Dia ingin mengembalikannya, maka Dia akan mengembalikannya dan mengumpulkan kembali bagian²nya yg meleleh dan bercerai berai, sebagaimana Dia menggabungkan kembali jasad² manusia pada Hari Kiamat setelah tercerai-berai dan terputus-putus. Dia gabungkan kembali tulang, daging, dan rambut mereka, lalu menitahkan pada Malaikat Israfil as. untuk meniupkan nyawa di dalamnya. Proses ini berlaku bagi manusia umum. Sementara bagi sosok² pilihan ini, Dia menghidupkan mereka kembali tanpa perantara (malaikat). Dengan sekali pandangan, Dia meleburkan mereka, maka dengan sekali pandang pula, Dia menghidupkan mereka kembali.

Syarat mahabbah adalah engkau harus menafikan kehendak atas orang yg kau cintai (Allah). Engkau juga tidak boleh bersibuk dengan dunia, Akhirat, ataupun makhluk hingga melalaikan-Nya. Mencintai Allah Ta’ala tidaklah mudah hingga setiap orang bisa mengklaimnya. Berapa banyak orang yg mengklaim mencintai-Nya, sementara rasa kecintaan itu jauh sekali darinya, dan berapa banyak pula orang yg tidak mengklaimnya, meski kecintaan itu ia miliki.

Janganlah engkau menghina dan merendahkan seorang Muslim pun, sebab rahasia² Allah Ta’ala tertanam dalam diri mereka. Bersikap rendah dirilah dan jangan takabbur di hadapan hamba² Allah. Sadarlah dari kelalaian kalian. Kalian ini berada dalam kelalaian yg dahsyat, hingga kalian merasa seolah-olah telah dihisab, menyeberang jembatan shirath, dan melihat rumah² kaiian di Surga. Ini adalah ketertipuan yg maha dahsyat.

Engkau telah banyak bermaksiat dan mendurhakai Allah, akan tetapi (mengapa) engkau tidak pernah memikirkannya dan bertaubat, bahkan malah berpretensi bahwa kemaksiatan tersebut telah dilupakan. (Ingatlah bahwa segala kemaksiatan) telah tercatat dalam buku catatan amal kalian masing², lengkap dengan waktu kejadiannya. Kalian akan tetap dihisab dan diganjar atas kemaksiatanmu, sekecil dan sebesar apa pun. Sadarlah, hai orang² yg lalai! Bangunlah, hai orang² yg terlelap tidur! Kalian telah menolak rahmat Allah Ta’ala. Barangsiapa yg banyak berbuat kemaksiatan dan dosa, namun tetap bersikeras melakukannya dan tidak bertaubat ataupun menyesal, maka tanpa disadarinya, ia telah benar² menginginkan kekafiran.

Wahai (pencinta) dunia tanpa Akhirat, juga (pencinta) makhluk tanpa Sang Pencipta! Kalian hanya takut pada kefakiran, dan hanya berharap pada kekayaan. Celakalah kau! Rezeki itu telah dibagi (ditentukan). Ia tidak bisa berlebih atau berkurang (dari ketentuan). Juga tidak diserahkan dahulu atau kemudian. Engkau meragukan jaminan Allah Ta’ala. Jika engkau berambisi mencari bagian rezeki yg tidak di peruntukkan bagimu, maka ambisimu ini telah menghalangimu untuk hadir bertemu para ulama dan penyaksi kebajikan, hanya karena takut laba keuntunganmu dan pelangganmu akan berkurang.

Celakalah engkau! Siapa gerangan yg telah memberimu makan saat engkau masih berwujud janin di dalam perut ibumu, (tetapi mengapa) engkau malah bersandar pada dirimu, manusia, dinar dan dirhammu, juga pada niaga dan penguasa kerajaanmu. (Ingat!) setiap yg kau sandari adalah iIah-mu. Setiap yg kau takuti dan harap adalah ilah-mu. Setiap yg kau pandang bisa mendatangkan manfaat dan mudarat padamu, tanpa memandang kenyataan bahwa Allah-lah yg telah menjalankan semua itu dengan kuasa-Nya adalah juga ilah-mu. Sebentar lagi, engkau akan melihat nasibmu. Allah akan mengambil pendengaran, penglihatan, kepalan tinju, kekayaanmu, dan segala yg kau jadikan sandaran hidup selain-Nya, serta memutuskanmu dari khalayak manusia, bahkan Dia akan mengeraskan hati mereka (mencela)mu, dan menggenggamkan tangan mereka (tak memberi)mu. Dia akan melaknatmu dan menutup pintu² kasih di hadapanmu. Dia akan membolak-balikkamnu dari pintu ke pintu dan tidak akan memberimu sesuap makan atau bebijian. Jika engkau berdoa memohon pada-Nya, maka Dia tidak akan pernah mengabulkan doamu. Semua itu karena engkau telah syirik menyekutukan-Nya dengan bersandar pada selain-Nya, engkau mencari nikmat-Nya pada selain-Nya, dan terlebih engkau menggunakan (nikmat tersebut) untuk bermaksiat mendurhakai-Nya.

Kuperhatikan fenomena ini telah merajalela dan menghinggapi kebanyakan anak manusia. Mayoritas mereka adalah para pendurhaka. Hanya sedikit saja yg kemudian menyadari hal tersebut dan bertaubat. Allah Ta’ala pun menerima taubatnya untuk kemudian memandangnya dengan kasih dan memperlakukannya dengan kemurahan dan kelembutan. Bertaubatlah, wahai makhluk Allah!

Wahai para ulama, fuqaha’, kaum zuhud, dan ahli Ibadah! Kalian tidak lain hanyalah orang yg menghajatkan pertaubatan nasib (akhbar), hidup atau mati. Jika kalian tutup-tutupi persoalan kalian, maka pada akhirnya aku akan mengetahuinya juga setelah kalian meninggal dunia. Jika asal harta salah seorang dari kalian tersembunyi, maka tunggulah saat keluarnya. Jika engkau keluarkan nafkah untuk anak², keluarga, kaum fakir yg membutuhkan Allah Ta’ala, dan untuk kemaslahatan makhluk, maka engkau tahu bahwa asalnya datang dari kehalalan. Lalu jika ia dikeluarkan untuk kaum shiddiqin yg merupakan khawwash (orang² khusus) Allah Ta’ala, engkau mengetahui bahwa asal dan perolehannya adalah dengan tawakkal, berserah diri pada Allah Ta’ala dan karena itu mutlak kehalalannya. Aku memang tidak bersama kalian di pasar, akan tetapi Allah Ta’ala menjelaskan kepadaku harta kekayaan kalian dengan jalan seperti ini atau cara² lain.

Wahai pemuda! Berhati-hatilah agar jangan sampai Allah memergoki ada selain-Nya di hatimu, lalu Dia membuatmu malu (di depan umum). Hati-hatilah juga agar jangan sampai terlihat ada selain-Nya dalam sebab² ketakutan dan pengharapan, atau kecintaanmu. Bersihkanlah hatimu dari selain-Nya. Jangan pandang kemanfaatan dan kemudharatan kecuali berasal dari-Nya, karena kalian sedang berada di dalam rumah-Nya dan menjadi tamu-Nya.

Wahai pemuda! Semua yg engkau lihat dari wajah² elok, lalu engkau mencintainya, maka cintamu adalah cinta yg cacat (hubb naqish) dan engkau akan dihukum atas kesalahan ini. Cinta suci yg tidak akan merubah kecintaan Allah Ta’ala adalah cinta yg termanifestasi dari pandangan kedua mata hatimu. Ini adalah cinta kaum ash-shiddiqin ar-ruhaniyyin. Mereka tidak mencintai dengan iman, melainkan dengan keyakinan (iqan) dan mata. Maka tersingkaplah satir yg menutupi mata hati mereka, hingga mereka bisa melihat hal² ghaib yg tidak mungkin dijelaskan dengan kata². Ya Allah, karuniailah kami cinta-Mu, beserta pintu maaf dan kesehatan.

Bagian² (rezeki) kalian telah diserahkan pada dunia hingga waktu yg telah ditentukan oleh Allah Ta’ala, sehingga tidak ada seorang pun yg bisa menolak untuk menyerahkannya padamu saat turunnya izin orang yg memilikinya. Bagian² rezeki menertawakan manusia, melaknat akal mereka dan mengolok-oloknya, serta menertawakan orang yg mencari sesuatu (bagian rezeki) yg tidak di peruntukkan baginya, juga orang yg menuntut bagiannya tanpa mengantongi izin Allah Ta’ala.

Wahai manusia! Jika kalian berpaling dari pintu rezeki, dan menghadapkan diri kalian pada pintu Allah Ta’ala, maka rezeki itu sendiri yg akan keluar dan mengikuti kalian. Mintalah (kejernihan) akal dari Allah Ta’ala! Jika dunia datang kepada para wali, mereka malah berucap padanya, “Lewat dan singgahlah pada selainku! Kami telah mengenalmu dan kami juga telah melihatmu. Jangan coba kami, karena kami telah tahu siapa yg menyuruhmu. Jangan berhias indah di depan kami, karena dinarmu sepuhan. Perhiasanmu berada dalam patung berlubang dari kayu yg tidak memiliki nyawa. Engkau hanyalah bentuk (formula) tanpa makna (substansi), pemandangan semu dan lahan untuk Akhirat.”

Ketika cela dunia telah tampak nyata bagi kaum (shaleh), maka mereka pun lari darinya. Begitu juga ketika cela makhluk (manusia) tampak nyata di depan mereka, maka mereka pun lari dan menganggap rendah mereka. Mereka lebih memilih ketenangan di padang pasir, dataran hampa, rumah² reot, goa, jin, dan malaikat sambil mengembara menyusuri bumi. Malaikat dan jin mendatangi mereka dalam wujud lain yg bukan wujud asli mereka. Dalam beberapa kesempatan misalnya, mereka menampakkan diri dengan wujud seorang ahli zuhud dan pendeta (rahban) lengkap dengan jenggot panjang mereka, atau pada kesempatan lain dalam wujud binatang buas. Mereka memang bisa berubah bentuk dalam wujud apa pun yg mereka inginkan. Wujud bagi malaikat dan jin, layaknya pakaian salah seorang dari kalian yg tergantung di rumahnya dan bisa ia pakai sesuka hatinya.

Seorang murid yg benar² menginginkan Allah Ta’ala, pada awal sikapnya, pastilah akan merasa bersusah hati ketika harus melihat makhluk dan mendengar perbincangan mereka, juga ketika melihat sebiji sawi duniawi. Ia tidak mampu melihat apa pun yg berupa makhluk. Hatinya linglung, akalnya menghilang, dan pandangannya menerawang. Ia terus berlaku demikian sebelum tangan rahmat-Nya membelai kepala hatinya, baru kemudian ia merasa tenang. Ia juga akan terus mabuk sebelum menghirup aroma wangi kedekatan dengan Allah Ta’ala, maka seketika itu ia akan langsung tersadar. Jika memang ia telah benar² kokoh dan mantap dalam bertauhid, ikhlas, makrifat dengan Tuhannya, mengetahui, dan mencintai-Nya, maka akan datanglah padanya sikap konsistensi dan longgar dalam menghadapi makhluk.

Kekuatan dari Allah juga akan datang padanya, hingga ia mampu memikul beban berat mereka tanpa merasa terbebani. Ia malah akan mendekati mereka (manusia) dan mencarinya. Semua kesibukannya di karyakan demi kemaslahatan mereka tanpa melupakan Tuhannya sekejap mata pun. Pezuhud pemula pada awal zuhudnya juga bersikap menjauhi (dan lari) dari manusia, namun pezuhud sempurna sudah tidak memperdulikan mereka atau lari dari mereka, bahkan mereka malah mencari mereka, sebab ia telah menjadi seorang ‘arif yg mengenal Allah Ta’ala. Barangsiapa yg sudah bermakrifat mengenal Allah, maka ia tidak akan lari dari apa pun, juga tidak takut pada apa pun selain-Nya. Para pemula biasanya menghindar dari kaum fasik dan ahli maksiat, sedangkan orang yg sudah mencapai puncak (kesempurnaan), mereka malah akan mencari mereka. Bagaimana tidak mencari, sementara obat penyembuh manusia ada pada mereka. Karena itu, sebagian kalangan ‘arif – semoga Allah mengasihi mereka – bertutur, “Tidak ada yg tertawa di depan wajah seorang fasik kecuali orang ‘arif.” Barangsiapa yg sudah sempurna makrifatnya tentang Allah Ta’ala, maka Allah akan menjadi Pembimbing baginya. Allah akan menjadi Jaring untuk mengail manusia dari samudra dunia. Dia akan memberinya kekuatan hingga ia mampu mengalahkan iblis dan pasukannya, serta merebut manusia dari genggaman kekuasaan mereka.

Hai orang² yg ber-uzlah dengan kezuhudannya tanpa mengetahui hakikat zuhud! Maju dan simaklah apa yg aku katakan. Hai orang² yg berzuhud di muka bumi! Majulah. Robohkanlah gubuk² peribadatan kalian dan mendekatlah padaku. Kalian duduk dalam kesunyian tanpa dasar. Kalian tidak akan mendapatkan apa². Maju dan petiklah buah² hukum, niscaya Allah akan mengasihi kalian! Aku tidak menginginkan kedatangan kalian padaku, akan tetapi aku hanya menginginkan-Nya bagimu.

Wahai pemuda! Engkau harus berusaha hingga bisa belajar keterampilan. Bangun dan robohkan seribu kali hingga engkau merasa cakap untuk membangun sebuah bangunan yg tak terobohkan. Ketika engkau lebur (fana’) dalam bangunan roboh, maka Allah Ta’ala akan membangunkan sebuah bangunan yg kokoh untukmu.

21. Janganlah Berpaling Kepada Makhluk

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 21

“Janganlah Berpaling Kepada Makhluk”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Selasa sore tanggal 25 Dzulqoidah 545 Hijriyah, di Madrasah.

Dunia adalah penghalang dari Akhirat, dan Akhirat adalah penghalang dari Tuhan pengatur dunia dan Akhirat. Setiap makhluk adalah hijab dari Allah Ta’ala. Sekalipun engkau berdiri bersama-Nya, Dia tetap terhijab (tersekat) denganmu. Jangan menoleh pada manusia, juga pada dunia, dan apa pun selain Allah Ta’ala sebelum engkau sampai ke pintu Allah Ta’ala dengan kaki nuranimu dan keshahihan zuhudmu akan selain-Nya, sambil bertelanjang lepas dari segala hal, bingung di dalamnya, meminta pertolongan dan sokongan pada-Nya, seraya memperhatikan preseden (ketetapan terdahulu) dan ilmu-Nya. Jika memang hati dan nurani telah benar² sampai dan masuk menghadap-Nya, lalu Dia mmghampirimu dan mendekatkanmu pada-Nya sambil memberi ucapan selamat, kemudian memberi kuasa padamu untuk menguasai hati (manusia), memberikan otoritas perintah-Nya padamu atas mereka (hati manusia), dan menjadikanmu sebagai tabib penyembuh mereka, maka di saat itulah engkau boleh menengok pada manusia dan dunia. Perhatianmu pada mereka merupakan nikmat tersendiri bagi mereka.

Dalam posisi sifat seperti ini, memungut harta dunia dari tangan mereka, lalu menyerahkannya pada orang² fakir serta mengambil penuh bagian (rezeki)mu merupakan ibadah, ketaatan, dan keselamatan. Barangsiapa yg memungut dunia dengan posisi sifat seperti ini, maka hal itu tidak memberinya mudharat, bahkan sebaliknya malah menyelamatkan dan membersihkannya dari daki kotoran²nya.

Kewalian memiliki pertanda di wajah para wali yg (hanya) bisa diketahui oleh ahli firasat. Isyarat² berbicara dengan kewalian, bukan dengan lisan. Barangsiapa yg menginginkan kebahagiaan, maka ia harus mencurahkan diri dan hartanya untuk Allah Ta’ala dan harus keluar (lepas) dari (ikatan) manusia dan dunia dengan segenap hatinya, sebagaimana keluarnya rambut dan adonan dan susu. Begitu pula (ia harus lepas) dari Akhirat, dan apa saja selain Allah Ta’ala. Ketika itulah, di hadapan-Nya setiap hak akan diberikan pada yg berhak. Engkau boleh makan bagian (rezeki)mu dari dunia dan Akhirat sambil duduk di pintu-Nya, sementara keduanya berdiri melayani. Jangan makan bagian (rezeki) duniamu sementara ia duduk dan engkau berdiri, akan tetapi makanlah bagian itu di pintu al-Malik (Sang Maha Memiliki) sambil duduk, sementara ia berdiri dengan panci di atas kepalanya, melayani setiap orang yg berdiri di pintu Allah Ta’ala dan menistakan orang yg berdiri di pintu dunia. Semua itu diperoleh di atas jejak² kaki kekayaan dan kehormatan bersama Allah Ta’ala.

Kaum wali ridha menerima Allah Ta’ala dengan segala kepailitan di dunia dan ridha pula menerima-Nya di Akhirat dengan visi agar Dia mendekatkan mereka pada-Nya. Mereka tidak menuntut apa² dari Allah Ta’ala selain Allah (itu sendiri). Mereka tahu bahwa dunia telah ditentukan bagiannya, sehingga mereka pun enggan mencarinya. Mereka juga tahu bahwa derajat Akhirat dan kenikmatan Surga telah ditentukan bagiannya, maka mereka pun tidak mau menuntutnya atau beramal demi meraihnya. Mereka tidak menginginkan apa² selain Wajah Allah Ta’ala. Jika masuk Surga, mereka tidak akan membuka matanya, hingga mereka melihat cahaya Wajah Allah Ta’ala.

Gemarilah menyepi (tajrid) dan menyendiri (tafrid). Barangsiapa yg hatinya sepi (kosong-melompong) dari (kaitan) manusia dan sarana duniawi (asbab), maka ia tetap tidak akan bisa menempuh kesungguhan para Nabi, kaum shiddiqin, dan kaum shaleh, hingga ia puas hati menerima sedikit dunia dan menyerahkan sebagian besar ada pada tangan takdir. Jangan menuntut bagian yg melimpah, niscaya engkau akan binasa. Jika memang datang harta yg melimpah dari Allah Ta’ala tanpa engkau berikhtiar mencarinya, maka engkau benar² beruntung.

Hasan al-Bashri berkata, “Wahai pemberi petuah! Nasihatilah manusia dengan ilmu dan ujaranmu! Nasihatilah manusia dengan kebeningan nurani dan ketakwaan hatimu, dan jangan menasihati mereka dengan membaik-baikkan lahirmu, sementara batinmu buruk. Allah Ta’ala telah menulis keimanan di hati orang² beriman sebelum Dia menciptakan mereka. Ini merupakan preseden (ketetapan terdahulu), namun tidak boleh begitu saja terpaku pada preseden dan berpangku tangan. Seorang Mukmin harus giat berusaha dan mencurahkan segala upaya untuk memperoleh keimanan dan keyakinan, mengajukan diri untuk mendapatkan karunia Allah Ta’ala, serta rajin berdiri di pintu-Nya. Hati kita harus berusaha memperoleh keimanan. Mudah²an Allah berkenan menganugrahkannya pada kita tanpa harus berusaha dan berlelah-lelah.

Apakah kalian tidak malu, Allah telah menyifati diri-Nya dengan sifat² yg diridhai-Nya, lalu engkau menakwilkannya dengan seenaknya? Usaha yg kalian lakukan belum sekeras usaha orang² sebelum kalian, yaitu para Sahabat dan Tabi’in. Allah Ta’ala berada di atas ‘Arsy sebagaimana Dia firmankan sendiri, maka tidak boleh ada tasybih, ta’thil, atau tajsim.

Ya Allah, berilah kami rezeki, tegakkanlah kami, dan jauhkanlah kami dari mengada-ada (ibtida)!

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah (2): 201).[]

 

22. Usir Rasa Cinta Dunia dari Hati

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 22
“Usir Rasa Cinta Dunia dari Hati”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Pagi akhir Dzulqoidah 545 Hijriyah di Madrasah.

Ada seseorang yg bertanya, “Bagaimana cara mengeluarkan kecintaan pada dunia dari dalam hatiku?” Perhatikan pergantian dunia dengan para pemilik dan anak²nya, bagaimana ia membujuk, memikat, dan mengolah mereka di belakangnya, kemudian menaikkan mereka dari satu tingkatan ke tingkatan lain (yg lebih tinggi) hingga ia meninggikan (derajat) mereka di atas manusia dan memantapkannya, lalu menampakkan pundi kekayaan dan keajaiban²nya. Selama mereka bergembira dengan ketinggian (derajat) mereka, kemantapan dan kesejahteraan hidup mereka, serta khidmat pelayanannya pada mereka, maka sekonyong² dunia akan menangkap mereka, memborgol, dan mempecundangi mereka, lalu mencampakkan mereka dari ketinggian (derajat) tersebut. Mereka pun hancur berkeping² dan binasa, sementara dunia berdiri menertawakan mereka dan iblis di sampingnya pun ikut tertawa bersamanya. Inilah yg dilakukan dunia terhadap para sultan, raja, dan kalangan hartawan bani Adam as. sampai Hari Kiamat.

Dengan cara demikianlah, dunia mengangkat dan merendahkan, menyegerakan dan melambatkan, mengkayakan dan memiskinkan, mendekat dan kemudian menyembelih. Jarang sekali di antara manusia yg selamat dari dunia, yg bisa mengalahkannya tanpa berkutik, serta selamat dari kejahatannya. Hanya orang² yg mengetahui seluk-beluk dunia dan bersikap ekstra hati² dalam menghadapi jebakannya saja yg bisa lolos darinya. Mereka adalah sosok² pilihan.

Wahai penanya! Jika engkau melihat dunia dengan mata hatimu, maka engkau akan melihat cela²nya, hingga engkau bisa mengeluarkannya dari hatimu, namun jika engkau tatap dunia dengan mata kepalamu, maka keindahannya akan melenakanmu dari (memperhatikan) cela²nya. Dengan demikian, engkau tidak akan bisa mengeluarkannya dari hatimu, juga berzuhud menjauhinya, bahkan dunia justru akan membunuhmu sebagaimana ia membunuh selainmu. Lawanlah nafsu dirimu hingga engkau merasa tenang. Jika sudah tenang, maka engkau akan mengetahui cela² dunia, sehingga engkau bisa berzuhud menjauhinya. Diri yg tenang adalah diri yg menerima hati dan mengikuti nurani (sirr), dengan mentaati apa yg diperintahkan keduanya dan menjauhi apa yg dilarangnya, puas menerima pemberiannya dan bersabar atas penolakannya. Jika nafsumu tenang, maka ia akan bersandar ke hati dan diam bersamanya. Engkau akan melihat mahkota takwa di atas kepalanya (hati) serta jubah kebesaran melekat padanya.

Kalian harus percaya dan membenarkan kaum (shaleh). Jangan mendustakan dan mendebat mereka, juga jangan berselisih dengan mereka. Sesungguhnya mereka adalah maharaja² di dunia dan Akhirat yg memiliki kedekatan Allah Ta’ala, hingga mereka pun memiliki (menguasai) apa saja selain-Nya. Allah Ta’ala telah mengkayakan hati mereka dan memenuhinya dengan kedekatan dan keintiman kasih-Nya, serta dengan cahaya² dan kemuliaan-Nya. Mereka pun tidak memperdulikan, di tangan siapa dunia dan siapa yg memakannya. Mereka tidak memperhatikan awal dunia, tetapi lebih melihat pada akibat dan fana’ kebinasaannya. Mereka telah menempatkan Allah Ta’ala sebagai pusat pandang nurani mereka. Mereka tidak beribadah karena takut akan kebinasaan, juga bukan karena mengharap sebuah kepemilikan. (Mereka sadar) bahwa Dia menciptakan mereka hanya untuk-Nya dan untuk terus bersama-Nya, di samping Dia menciptakan apa² yg tidak mereka ketahui, karena itu Dia memang Maha Berbuat segala yg Dia kehendaki.

Ketika seorang munafik berbicara, maka pastilah kebohongan yg keluar darinya. Jika berjanji, ia mengingkari, dan jika diberi amanat, ia pun berkhianat. Barangsiapa yg bebas dari infeksi perilaku² yg telah disebutkan oleh Rasulullah Saw. ini, maka ia telah bebas dari kemunafikan. Perilaku² ini merupakan parameter dan pembeda antara seorang Mukmin dengan seorang munafik. Ambillah parameter dan cermin ini, lalu amatilah wajah hatimu di cermin tersebut; Apakah engkau seorang Mukmin atau munafik, pentauhid ataukah penyekutu?

Dunia seisinya adalah fitnah dan melenakan, kecuali yg diambil dengan niat shaleh demi Akhirat. Jika niat bekerja di dunia sudah betul, maka Akhirat seisinya akan menjadi kenikmatan yg tak lepas dari syukur pada Allah Ta’ala. Ikatlah nikmat² Allah Ta’ala, karena mensyukuri-Nya. Bersyukur bagi Allah Ta’ala adalah dengan mensyukuri-Nya. Syukur pada Allah Ta’ala ada dua macam:

Pertama, menggunakan nikmat² tersebut sebagai sarana pendukung ketaatan dan penyantunan kaum fakir.

Kedua, mengakuinya sebagai anugrah Sang Pemberi nikmat (Mun‘im) dan berterima kasih pada Sang Penurunnya, yaitu Allah Ta’ala.

Sebagian kaum (shaleh), dalam sebuah riwayat, menuturkan: “Semua yg melenakanmu dari Allah Ta’ala adalah pertanda kesialan (masy’um) bagimu. Jika dzikir mengingat-Nya melenakanmu dari-Nya, maka ia juga merupakan kemalangan bagimu. Shalat, puasa, haji, dan setiap amal kebajikan, semua itu adalah kemalangan bagimu. Demikian pula jika nikmat²Nya, melenakanmu dari-Nya, maka itu adalah pertanda kesialan bagimu.

Engkau menerima nikmat-Nya dengan bermaksiat pada-Nya, bahkan malah mengembalikan (mendedikasikan) tugas² (al-muhimmat) pada selain-Nya. Kebohongan dan kemunafikan telah bercokol kuat dalam segala gerakan dan diammu, dalam bentuk dan substansimu, juga dalam malam dan siangmu. Setan telah membujukmu seraya membagus²kan kebohongan dan amal² keburukan, hingga engkau berbohong dalam shalatmu, sebab engkau ucapkan, “Allah Maha Besar” (Allahu Akbar), namun di hatimu ada ilah selain-Nya. Semua yg kau jadikan sandaran (hidup) adalah ilah-mu. Semua yg kau takuti dan harap adalah ilah-mu. Hatimu tidak sejalan dengan lisanmu. Perbuatanmu tidak seirama dengan ucapanmu. Katakanlah, “Allahu Akbar” seribu kali dengan hatimu, dan katakan sekali saja dengan lisanmu. Tidakkah engkau malu mengucapkan “Tiada tuhan selain Allah (Laa ilaaha illa Allah) ,” namun di hatimu ada seribu ilah sesembahan selain-Nya. Bertaubatlah pada Allah Ta’ala dari segala perilaku yg engkau jalani ini. Engkau, hai orang yg mengetahui ilmu dan hanya puas menerimanya secara simbolistik tanpa amal nyata! Apa guna ilmu itu bagimu: Jika engkau berkata, “Aku ini orang alim,” maka engkau telah berbohong besar. Bagaimana engkau izinkan dirimu memerintahkan sesuatu pada orang lain yg engkau sendiri saja tidak mengamalkannya. Allah Ta’ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang² yg beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yg tidak kamu kerjakan?” (QS. As-Saff (61): 2)

Celakalah! Engkau himbau masyarakat untuk bersikap jujur (ash-shidq), akan tetapi engkau sendiri berbohong. Engkau perintahkan tauhid pada mereka, akan tetapi engkau sendiri berbuat musyrik. Engkau ajak mereka untuk ikhlas, akan tetapi engkau sendiri berbuat riya’ dan munafik. Engkau perintahkan mereka untuk meninggalkan maksiat, akan tetapi engkau sendiri melakukannya. Sungguh telah hilang rasa malu dari kedua matamu. Jika engkau memang benar² memiliki keimanan, semestinya engkau malu. Rasulullah Saw. bersabda:

“Malu sebagian dari iman.”

Engkau tidak memiliki iman, keyakinan, juga amanah (kejujuran). Engkau khianati ilmu, hingga sifat amanahmu hilang dan engkau ditulis di sisi Allah sebagai “pengkhianat.” Aku tidak tahu obat penyembuh lain bagimu selain hanya taubat dan konsistensi menjalaninya. Barangsiapa yg benar (shahih) keimanannya pada Allah Ta’ala dan dengan takdir-Nya, maka ia harus memasrahkan segala urusannya pada-Nya dan tidak menjadikan sekutu bagi-Nya. Jangan sandingkan Allah dengan manusia dan sarana² (duniawi). Kekanglah diri darinya. Jika hal ini telah benar² dilaksanakan, maka Dia akan menyelamatkannya dari segala petaka dalam segala kondisi, lalu memindahkannya dari keimanan menuju keyakinan, untuk selanjutnya memberinya kewalian badaliyyah kemudian ghaybiyyah, bahkan mungkin di akhir keadaannya, Dia akan menganugrahinya kewalian quthbiyyah, di mana Allah Ta’ala akan membangga-banggakannya di hadapan makhluk, jin, manusia, malaikat, dan arwah. Dia akan memprioritaskannya, mendekatkan dan mengurusinya (secara istimewa) di atas semua makhluk ciptaan-Nya, memberinya segala kepemilikan, mengokohkannya, mencintai dan mencintakannya pada makhluk-Nya.

Semua ini tentu memiliki pondasi dasar dan permulaan. Iman pada-Nya dan Rasul-Nya, lalu membenarkan keduanya merupakan pondasi dasar keistimewaan ini, atau dengan bahasa lain Islam, lalu iman, kemudian mengamalkan Kitab Allah dan syariat Rasul-Nya, lantas ikhlas dalam beramal dengan disertai pengesaan hati pada tataran kesempurnaan iman. Seorang Mukmin lebur dari dirinya, amalnya, dan dari segala hal selain Allah Ta’ala. Maka, ia pun kemudian beramal dalam keterasingan dari hal² tersebut, sambil terus berusaha melawan nafsu diri dan seluruh makhluk di sisi Allah Ta’ala sampai Dia menunjukkannya menuju jalan-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جٰهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang² yg berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar² akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan² Kami. Dan sesungguhnya Allah benar² beserta orang² yg berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut (29): 69)

Jadilah kalian orang yg berzuhud (menjauhi) segala sesuatu jika kalian memang ridha menerima pengaturan-Nya. Dia membolakbalikkan mereka dalam kuasa takdir-Nya. Jika memang mereka patuh menuruti takdir, maka Dia akan menaikkan mereka pada jenjang qudrah kekuasaan-Nya. Sungguh bahagia orang yg pasrah menuruti takdir, menunggu perbuatan Sang Penentu takdir, bertindak dengan takdir, berjalan bersama takdir, dan tidak kufur mengingkari nikmat takdir. Tanda² nikmat dan rahmat Sang Penentu takdir adalah kedekatan dengan-Nya dan perasaan kaya bersama-Nya hingga tidak membutuhkan apa² lagi dari segenap makhluk-Nya. Jikalau hati seorang hamba telah sampai pada Allah Ta’ala, maka Dia akan menjadikannya merasa kaya, hingga tak membutuhkan makhluk-Nya. Dia juga akan mendekatkannya, mengokohkannya, memberinya kuasa, dan bertitah padanya:

إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ

“Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yg berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.” (QS. Yusuf (12): 54)

23. Menjernihkan Hati

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 23
“Menjernihkan Hati”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Jum’at pagi tanggal 12 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di madrasah.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya hati ini benar² berkarat, dan sesungguhnya (cara) menjernihkannya adalah (dengan) membaca Al-Qur’an, mengingat mati, dan menghadiri majelis² dzikir.”

Hati itu berkarat, jika memang si pemiliknya menyadari apa yg telah di gambarkan oleh Rasulullah Saw. di atas. Jika tidak, maka ia akan berubah hitam kelam. Ia menghitam karena jauh dari (pancaran) cahaya. Ia menghitam karena kecintaannya pada dunia dan kepemilikannya tanpa sikap wara’. Memang, barangsiapa yg di dalam hatinya sudah bercokol kuat kecintaan pada dunia, maka hilanglah rasa wara’-nya. Ia menjadi sembarangan mengumpulkan duniawi dari yg halal dan haram. Kesadaran untuk memilah dalam mengumpulkan harta telah hilang, dan rasa malunya pada Tuhan-Nya dan pengawasan-Nya telah lenyap.

Wahai manusia! Terimalah resep Nabi kalian dan segeralah menjernihkan hati kalian dengan obat yg telah Beliau deskripsikan pada kalian. Jikalau salah seorang di antara kalian terserang sakit, lalu dokter memberinya resep obat padanya, tentu saja hidupnya akan berubah ceria dan akan langsung menggunakannya.

Awasilah selalu Allah dalam kesendirian dan keramaianmu! Jadikanlah ia pusat pandangmu hingga kalian seolah-olah melihat-Nya, dan jika kalian tidak bisa melihat-Nya, maka (ingatlah selalu) bahwasanya Dia melihatmu. Barangsiapa yg berdzikir menyebut Allah Ta’ala dengan hatinya, maka ia benar² seorang pedzikir, dan tidaklah disebut pedzikir orang yg tidak berdzikir menyebut-Nya dengan hatinya. Lisan (bibir) adalah pemuda hati dan sub ordinatnya. Senantiasalah menyimak petuah, sebab jika hati absen dari petuah, maka ia menjadi buta.

Hakikat taubat adalah mengagungkan perintah Allah Ta’ala dalam segala kondisi. Sebagian kaum (shaleh) menuturkan, “Segala kebaikan (terangkum) dalam dua kata: pengagungan perintah Allah Ta’ala dan cinta kasih pada makhluk-Nya. Setiap orang yg tidak mengagungkan perintah Allah Ta’ala dan tidak menyayangi makhluk Allah, maka ia jauh dari Allah.” Allah mewahyukan pada Musa as., “Sayangilah (makhluk-Ku) hingga Aku menyayangimu, sesungguhnya Aku Maha Penyayang. Barangsiapa menyayangi, maka ia pun akan Ku-sayangi dan akan Ku-masukkan ke dalam Surga-Ku.” Sungguh beruntung orang yg penyayang! (Tetapi kalian, wahai manusia) umur kalian sia² dalam perilaku, “Mereka makan, kami juga makan, mereka minum, kami juga minum, mereka berpakaian, kami juga berpakaian, dan mereka bersenggama, kami juga bersenggama.”

Barangsiapa yg menginginkan kebahagiaan, maka sabarkanlah nafsu dirinya dari (mengkonsumsi) hal² yg haram, syubhat, dan syahwat. Juga hendaklah ia bersabar menjalankan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, serta menyetujui ketentuan takdir-Nya. Kaum (shaleh) senantiasa bersabar bersama Allah Ta’ala dan tidak bersabar dari-Nya. Mereka bersabar demi Dia dan di dalam-Nya. Mereka bersabar agar bisa bersama-Nya. Mereka hanya memohon agar Dia berkenan menganugrahkan pada mereka kedekatan dengan-Nya. Mereka keluar dari rumah² hawa nafsu dan tabiat mereka serta senantiasa membawa syara’ bersamanya. Mereka berjalan menuju Tuhannya. Meskipun menemui petaka, kesusahan, penderitaan, musibah, mendung, masalah, lapar, dahaga, ketelanjangan, kenistaan dan kehinaan, mereka tetap tidak memperdulikannya dan tidak urung kembali (membatalkan) perjalanan mereka, serta tidak berubah sedikit pun dari lintasan yg mereka lalui. Mereka terus maju ke depan tanpa sedikit pun melambatkan perjalanan mereka. Mereka terus berbuat demikian hingga kekekalan hati dan qalib (fisik) bisa dicapainya.

Wahai manusia! Berusahalah bertemu dengan Allah Ta’ala dan malulah dengan-Nya jika belum menemui-Nya. Rasa malu orang mukmin pada Allah Ta’ala, kemudian pada makhluknya hanya terkait dengan masalah agama dan pelanggaran batasan syara’. Ia tidak boleh malu, apalagi minder dalam (menjalankan) agama Allah, menegakkan ketentuan²Nya dan melaksanakan perintah-Nya.

وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِى دِينِ اللَّهِ

“Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah.” (QS. An-Nur (24): 2)

Barangsiapa yg benar² mengikuti Rasulullah Saw., maka Beliau akan memakaikannya baju besi dan topi perang, menyerahkan pedang Beliau padanya, membekalinya kesantunan perilaku, dan akhlak Beliau, serta memakaikannya jubah kebesarannya. Beliau juga sangat senang dengannya sebagai sosok umatnya dan bersyukur pada Allah Ta’ala atas hal tersebut. Beliau kemudian mengangkatnya sebagai wakilnya dalam komunitas umatnya, serta pembimbing dan penyeru mereka menuju Allah Ta’ala. Beliau sendiri adalah seorang pendakwah dan pembimbing jalan menuju Allah Ta’ala. Maka tatkala Allah Ta’ala menjemput ajalnya, maka Dia pun mengangkat salah seorang umatnya untuk menggantikan (tugas)nya. Orang² inilah yg merupakan manusia² pilihan, jumlahnya hanya 1 berbanding 1 juta jiwa. Mereka membimbing manusia dan bersabar menghadapi siksaan sambil terus memberi nasihat pada mereka. Mereka tersenyum di muka kaum munafik dan durjana, serta memikat mereka dengan segala upaya demi membersihkan kotoran yg ada dalam diri mereka untuk kemudian menggandeng mereka menuju pintu Allah Ta’ala.

Diriwayatkan dari beberapa kaum (shaleh), “Tidak tertawa di depan muka orang fasik kecuali seorang yg ‘arif.” Ia tertawa di depan si fasik dan memperlihatkan padanya bahwa ia memang tidak mengenalnya, namun ia mengetahui kebobrokan rumah agamanya, dan kehitaman muka hatinya oleh gumpalan daki dan kotoran. Orang yg fasik dan munafik menyangka bahwa keduanya bisa menyembunyikan perkara mereka dari orang ‘arif dan ia pun tidak mengetahui mereka. Sungguh tidak, sekali lagi tidak ada kemuliaan sedikit pun pada mereka. Mereka tidak dapat bersembunyi dari orang ‘arif, karena ia mengetahui mereka hanya dengan lirikan, tatapan, kata, dan gerakannya. Ia bisa melihat lahir dan batin mereka. Tidak diragukan lagi, celakalah bagi kalian. Kalian pikir, kalian bisa menyembunyikan kebusukan kalian dari kaum shiddiqin yg ‘arif dan ‘alim? Sampai kapan kalian akan menyia-siakan usia dalam kehampaan? Carilah orang yg bisa membimbingmu menuju jalan Akhirat, hai orang yg tersesat!

Allah Maha Besar di atas kalian, hai orang² yg mati hati dan musyrik dengan sarana² duniawi! Kalian juga, hai para penyembah berhala! Kekuatan dan daya mereka, pekerjaan, modal, penguasa negeri, dan arah² yg mereka tuju, sesungguhnya mereka terhijab dari Allah Ta’ala. Setiap orang yg memandang kemudharatan dan kemanfaatan berasal dari selain Allah Ta’ala, maka ia bukanlah hamba-Nya, akan tetapi ia adalah hamba yg memandang hal itu (kemudharatan dan kemanfaatan) sebagai berasal darinya. Hari ini (di dunia), mereka telah berada dalam api kemurkaan dan hijab, dan kelak (di Akhirat), mereka berada dalam Neraka Jahannam. Tidak ada orang yg bisa selamat dari Neraka Allah Ta’ala kecuali orang² yg bertakwa, mengesakan, ikhlas, dan orang² yg bertaubat.

Bertaubatlah dengan hatimu, baru kemudian dengan lisanmu. Taubat merupakan inti perubahan, yg merubah kuasa hawa nafsu, setan, dan kolega²mu yg buruk. Jika engkau bertaubat, maka ubahlah fungsi pendengaran, penglihatan, lisan, hati, dan seluruh anggota badanmu. Murnikanlah makanan dan minumanmu dari kotoran haram dan syubhat. Suburkanlah rasa wara’-mu dalam pekerjaan, dan jual belimu. Jadikanlah citamu hanya tertuju pada Allah Ta’ala. Hapuslah kebiasaanmu dan gantikan tempatnya dengan beribadah. Hapuslah kemaksiatan dan gantikan ia dengan ketaatan. Lalu carilah hakikat dengan tetap memegang keshahihan syariat dan kesaksiannya, sebab setiap hakikat yg tidak dipersaksikan oleh syariat, maka ia adalah ke-zindiq-an.

Jika instruksi ini telah engkau realisasikan, maka akan datang padamu kebinasaan (fana’) dari akhlak yg tercela dan dari memandang seluruh makhluk. Ketika itulah, lahirmu akan terpelihara dan batinmu sibuk dengan Allah Ta’ala. Jika hal ini telah mewujud sempurna dalam dirimu, maka dunia akan datang di hadapanmu dengan sisi²nya, lalu menempatkanmu sebagai bagiannya, dan seluruh makhluk mengikutimu, dari yg pertama hingga yg akhir. Semua itu tidak akan mudharat bagimu serta tidak akan mengubahmu dari pintu Allah Ta’ala, sebab engkau telah berdiri bersama-Nya, menerima-Nya, dan asyik tenggelam dengan-Nya, memandang kebesaran dan keindahan-Nya. Engkau hancur tercerai-berai, ketika memandang kebesaran-Nya, lalu engkau menyatu kembali, ketika memandang keindahan-Nya. Engkau takut ketika menatap kebesaran-Nya, serta berharap ketika menatap keindahan-Nya. Bergetar ketika menyaksikan kebesaran-Nya, dan kokoh ketika menyaksikan keindahan-Nya. Sungguh bahagia orang yg telah mencicipi makanan ini.

Ya Allah, berilah kami makan dari makanan kedekatan-Mu dan minumilah kami dengan minuman kemesraan-Mu.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah (2): 201).[]

24. Tidak Mengintervensi Allah Dalam Pengurusan Hidup

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 24
“Tidak Mengintervensi Allah Dalam Pengurusan Hidup”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Ahad pagi tanggal 14 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Madrasah.

Jangan sekutukan Allah Ta’ala dalam hal pengaturan hidup dan ilmu-Nya dengan hawa nafsu dan tabiat kalian. Bertakwalah selalu pada-Nya dalam diri kalian dan dalam diri selain kalian. Seorang shaleh menuturkan, “Turutilah Allah Ta’ala dalam (berinteraksi dengan) makhluk dan jangan turuti mereka dalam (berinteraksi dengan)-Nya.” Hancurlah orang yg (layak) hancur dan baiklah orang yg (layak) baik. Belajarlah menuruti Allah Ta’ala dengan hamba²Nya yg shaleh lagi penurut.

Ilmu diciptakan untuk diamalkan, bukan sekadar untuk dihafal dan disampaikan pada manusia. Belajarlah, dan amalkan, lalu ajarkan pada orang lain. Jika engkau mengetahui, lalu mengamalkan, maka ilmu akan berbicara (mewakili)mu, meskipun engkau diam. Banyaklah berbicara dengan lisan amal daripada dengan lisan ilmu. Seorang shaleh menuturkan, ““Barangsiapa yg tidak bermanfaat bagimu memarahinya, maka tidak ada manfaat bagimu menasihatinya.” Orang yg mengamalkan ilmunya, maka ilmunya akan bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.

Allah Ta’ala membuatku bicara dengan apa yg dikehendaki-Nya menurut kadar ahwal hudhur (kondisi kehadiran)ku. Jika tidak, tentu akan muncul permusuhan antara aku dan kalian. Kehormatanku bagi kalian telah tertukar, dan aku tak memiliki sesuatu pun. Jika saja aku memiliki sesuatu, pastilah aku tidak akan menghalangi kalian dari (mendapatkannya). Tidak ada apa² di antara aku dan kalian selain nasehat. Aku menasihati kalian hanya karena Allah Ta’ala, bukan demi kepentinganku. Turutilah takdir, jika tidak maka ia yg akan mengoyakmu. Berjalanlah bersama takdir dan turutilah ikhtiamya, jika tidak, maka ia yg akan menggorokmu. Mintalah berkah di hadapan-Nya, hingga Dia berkenan mengasihimu dan menempatkanmu di belakang-Nya.

Pada awalnya, kaum (Sufi) bekerja. Mereka mencari duniawi menurut kadar kebutuhan dengan mengikuti syara’, hingga ketika struktur tubuh mereka mulai melemah, dan tak mampu bekerja lagi, serta sudah tiba waktu untuk tawakkal, maka Allah menutup hati mereka dan membelenggu anggota badan mereka. Bagian² duniawi mereka datang dan tersedia berkecukupan dengan sendirinya pada mereka tanpa harus berlelah² (bekerja), bahkan di Akhirat, setiap muqarrabin (orang yg dekat dengan Allah) akan mendapatkan kerriknman² Surga tanpa keinginan mereka, namun mereka hanya menurut pada Allah Ta’ala dalam hal ini, sebagaimana mereka menuruti-Nya dalam hal mendapatkan bagian² rezeki mereka saat di dunia. Allah memenuhi bagian² (rezeki) mereka di dunia dan Akhirat, karena Dia tidak suka menzalimi hamba²Nya.

Wahai pemuda! Sebesar himmah (cita/semangat) yg engkau miliki, sebesar itu pula engkau diberi. Menjauhlah dari segala hal selain Allah Ta’ala dengan segenap hatimu, hingga engkau dekat dengan-Nya. Matilah dari (diri)mu dan dari makhluk (manusia), sebab ketika hijab antara engkau dan Allah Ta’ala diangkat kelak, Dia akan bertanya, “Bagaimana engkau meninggal?” Matilah dari menuruti hawa nafsu, tabiat, kebiasaan, dan dari menuruti manusia dan sarana² mereka. Pesimislah pada mereka. Tinggalkan syirik (menyekutukan Allah) dengan mereka. Matilah pula dari meminta sesuatu selain Allah Ta’ala. Dedikasikanlah amalan²mu demi meraih Wajah Allah Ta’ala semata, bukan demi mencari nikmat²Nya. Ridhalah menerima pengaturan, qadha dan perbuatan²Nya. Jika engkau lakukan ini, maka engkau telah mati dari dirimu dan engkau akan hidup (kembali) karenanya hatimu menjelma menjadi tempat tinggalmu. Dia membolak-balikkannya sedemikian rupa menurut kehendak-Nya, hingga hati tersebut berada dalam Ka’bah kedekatan-Nya, dan bergantung di satir² Ka’bah seraya mengingat-Nya dan melupakan selain-Nya.

Kunci Surga adalah ikrar, “Laa ilaaha illa Allah Muhammadur Rasulullah,” sekarang (di dunia) dan esok (di Akhirat) yg termanifestasi dalam kefana’an (kebinasaan)mu dari dirimu, dari selain-Mu, dan dari segala selain-Nya dengan tetap menjaga aturan² syara’. Kedekatan dengan Allah Ta’ala adalah Surga bagi kaum (Sufi), sementara kejauhan mereka dari-Nya adalah Neraka mereka. Mereka tidak mengharap apa² selain hanya Surga ini dan tidak takut pula akan apapun selain pada Neraka ini, bahkan Neraka malah meminta tolong pada orang Mukmin dan lari menghindar darinya. Bagaimana juga ia tidak lari menghindar dari para pencinta dan ikhlas.

Betapa indah keadaan seorang mukmin di dunia dan Akhirat. Di dunia, ia tidak memperdulikan kondisi hidupnya setelah ia tahu bahwa Allah Ta’ala sudah ridha menerimanya. Maka di mana pun ia menjejak, di situlah ia memungut bagiannya dan ridha menerimanya. Ke mana pun ia menghadap, dilihatnya cahaya Allah menerang di hadapannya hingga tidak ada kegelapan baginya. Semua isyaratnya hanya mengarah pada-Nya. Semua sandarannya hanya menempel pada-Nya, dan semua tawakkal dan serah dirinya hanya tersimpuh pada-Nya.

Hati²lah, jangan sampai kalian menyakiti seorang Mukmin, sebab ia akan menjadi racun di tubuh si penyiksa itu sendiri. Juga akan menjadi sebab kefakiran dan penyiksaannya. Hai orang yg tak mengenal Allah dan kaum khawwash-Nya! Jangan pernah engkau cicipi rasa menggunjing mereka, sebab itu adalah racun yg mematikan. Jangan! Jangan! Sekali lagi jangan berbuat buruk pada mereka, sebab mereka bisa menyerang (balik).

Hai orang munafik! Ragu kemunafikan telah menempel di hatimu serta telah menguasai lahir dan batinmu. Fungsikanlah tauhid dan keikhlasan dalam segala kondisi, niscaya engkau akan sembuh dan hilang lumpuhmu. Betapa sering kalian langgar batasan² syara’. Kalian koyakkan sendiri tameng² ketakwaan kalian. Kalian kotori baju tauhid kalian. Kalian padamkan cahaya iman kalian, dan kalian rutuk kebencian pada Allah dalam segala perilaku dan kondisi kalian. Ketika salah seorang dari kalian bahagia (berbuat kebajikan) dan berbuat ketaatan, maka ketaatannya masih saja diselubungi ujub dan riya’, serta bertendensi untuk mendapatkan pujian. Jika kalian memang ingin menyembah Allah, maka menyepilah dari manusia. Sebab penyaksian mereka atas pelaksanaan amal rentan membatalkan amalan tersebut. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ber-uzlahlah, sesungguhnya uzlah adalah ibadah dan ia juga adalah kebiasaan orang² shaleh sebelum kamu sekalian.”

Berimanlah! Yakinlah! Kemudian lebur dan mewujudlah (hanya) bersama Allah, jangan dengan dirimu atau orang selainmu, dengan tetap menjaga batasan² (syara’) dan mencari keridhaan Rasulullah Saw. serta ridha (Kitab) yg dibaca, disimak, dan dilantunkan. Tidak ada kemuliaan bagi orang yg mengatakan selain ini. Apa yg terkandung dalam mushaf² dan lembaran² ini adalah Kalam Allah Ta’ala, satu sisi dengan kuasa tangan-Nya dan sisi lain dengan tangan kita.

Senantiasalah bersama Allah Ta’ala, menyendiri menuju-Nya dan bergantung pada-Nya. Sesungguhnya Dia akan mencukupi kebutuhanmu di dunia dan Akhirat, menjagamu saat hidup dan matimu, dan lebur menyatu denganmu dalam segala kondisi. Pilahlah hitam dari putih! Berkhidmahlah melayani-Nya hingga Dia melayanimu, menggandeng tangan hatimu, menghentikannya di hadapan Allah Ta’ala dengan cara memberi bulu pada kedua sayap hatimu hingga ia bisa terbang menuju Allah Ta’ala.

Hai orang yg memakai baju bulu domba ( shuf – pakaian khas ala Sufi), pakaikanlah baju itu pada nuranimu, lalu hatimu, kemudian nafsumu, dan terakhir baru pada badanmu. Zuhud berawal dari sana, bukan dari lahir ke batin. Manakala nurani sudah suci, maka kesucian itu akan merembet menuju hati, nafsu, anggota badan, juga pada makanan dan pakaian, serta merembet pula pada seluruh kondisimu. Hal pertama yg harus dibangun adalah bagian di dalam rumah, baru jika telah sempurna pembangunannya, dilanjutkan pembangunan pintu. Tidak akan ada lahir jika tak ada batin. Tidak akan ada makhluk ciptaan jika tak ada Pencipta. Tidak akan ada pintu jika tak ada rumah. Demikian pula tidak ada gembok pada reruntuhan rumah.

Hai (pencari) dunia tanpa Akhirat dan pencinta makhluk tanpa Pencipta! Semua yg engkau miliki sekarang ini tidak akan berguna apa² bagimu di Hari Kiamat kelak, bahkan malah akan memberi mudharat padamu. Barang yg engkau miliki tidak akan laku di pasar Akhirat, karena bermuatan riya’, kemunafikan, dan kemaksiatan. Betulkan Islam(mu) dulu, baru ambil! Islam di derivasikan dari istislam, berarti penyerahan diri. Jika engkau serahkan urusan Allah pada Allah Ta’ala, maka pasrahkan dan sandarkan dirimu hanya pada-Nya, dan lupakan daya serta usahamu. Alokasikan apa saja yg engkau miliki dari harta duniawi untuk kepentingan mentaati-Nya. Kerjakan ketaatan, lalu pasrahkan ia pada-Nya dan lupakanlah. Semua amalanmu hanyalah kelapa kosong tanpa isi, karena setiap amalan tanpa disertai keikhlasan adalah kulit tanpa isi, kayu gelondongan, jasad tanpa ruh, bentuk luar tanpa substansi, dan ini adalah amal orang² munafik.

Wahai pemuda! Seluruh makhluk hanyalah alat (media) dan Allah Ta’ala yg menciptakan dan menjalankannya. Barangsiapa yg berpandangan demikian, maka ia telah terbebas dari kungkungan alat dan dapat melihat siapa yg mengoperasikannya. Terpaku bersama makhluk adalah penderitaan, kesusahan, dan kedukaan. Sementara berdiri bersama Allah adalah kebahagiaan, kenyamanan, dan kenikmatan.

Hai orang² yg terputus dari jalan (tarekat), hai orang yg dipermainkan oleh setan² jin dan manusia, dan hai penyembah hawa nafsu dan tabiat, engkau telah terputus dari kesungguhan orang² terdahulu. Tidak ada tali nasab yg menghubungkanmu dengan mereka, lalu engkau pun puas menerima pendapatmu sendiri dan tidak mencari seorang Guru yg dapat mengajari dan mengarahkanmu!

Celakalah! Mengapa engkau membisu saja. Memohonlah (istighotsah) pada Allah Ta’ala. Kembalilah pada-Nya dengan penyesalan dan permohonan maaf, hingga Dia (berkenan) meloloskanmu dari tangan² musuhmu serta menyelamatkanmu dari palung samudra kebinasaanmu. Pikirkanlah akibat dari apa yg engkau perbuat, maka dengan mudah engkau akan dapat meninggalkannya. Engkau berteduh dibawah pohon kelalaian. Keluarlah dari rimbunannya, niscaya engkau dapat melihat sinar matahari dan mengetahui jalan. Pohon kelalaian berkembang subur dengan siraman air kebodohan. Pohon kesadaran dan makrifat berkembang dengan siraman air pikir. Sementara itu, pohon taubat tumbuh subur dengan siraman air penyesalan dan pohon mahabbah tumbuh dengan siraman air muwafaqah.

Wahai pemuda! Engkau memiliki beberapa cela permisif saat engkau anak², remaja, hingga sekarang. Usiamu telah mendekati 40 tahun, atau bahkan lebih, namun tetap saja engkau bermain dengan permainan anak². Hati²lah bergaul dengan orang² bodoh dan orang yg berkhalwat dengan istri dan anak². Temanilah para Syaikh yg ahli takwa. Hindarilah pemuda² bodoh. Bangunlah sejenak dari tidurmu. Jadilah laksana dokter bagi setiap orang yg datang padamu. Jadilah layaknya bapak yg penyayang terhadap anak²nya. Perbanyaklah ketaatan pada Allah Ta’ala, sebab ketaatan pada-Nya adalah dzikir mengingat-Nya. Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yg mentaati Allah Ta’ala, maka ia telah benar² mengingat-Nya, meskipun sedikit shalat, puasa, dan bacaan Al-Qur’annya. Barangsiapa yg bermaksiat mendurhakai-Nya, maka ia telah benar² melupakan-Nya, meskipun banyak shalat, puasa, dan bacaan Al-Qur’annya.”

Seorang Mukmin yg mentaati Tuhannya, menuruti (ketentuan-Nya) dan sabar bersama-Nya selalu berdiri (bersama Allah) pada setiap kebahagiaannya, bicara, makan, pakaian, dan segala tingkah lakunya. Sementara orang munafik tidak memperdulikan hal² ini dalam segala kondisinya.

Wahai pemuda! Renungkan urusanmu dan lawanlah nafsumu dalam setiap hal yg bukan urusanmu. Engkau bukanlah sosok jujur (shadiq), pembenar (shiddiq), penurut, peridha, dan arif. Engkau hanya mengaku-aku makrifat dengan Allah Ta’ala. Coba, (kalau memang benar) katakan padaku, apa tanda² makrifat mengenal-Nya. Tak terlihat di hatimu hikmah dan cahaya².

Apa juga tanda wali² kekasih Allah dan kaum abdal (pengganti) para Nabi-Nya. Engkau pikir orang yg mengklaim sesuatu akan diterima begitu saja tanpa dimintai bukti. Juga dinarnya tidak di timbang di atas timbangan. Termasuk sifat² orang arif yg mengenal Allah Ta’ala adalah bersabar menghadapi coba-petaka dan ridha menerima ketentuan² qadha dan qadar Allah dalam segala kondisi, pada dirinya, keluarganya, dan seluruh manusia.

Wahai pemuda! Cinta (pada) Allah Ta’ala dan cinta (pada) selain-Nya tidak akan pernah bisa berkumpul dalam satu hati. Allah Ta’ala berfirman:

مَّا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِّنْ قَلْبَيْنِ فِى جَوْفِهِۦ

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (QS. Al-Ahzab (33): 4)

Dunia dan Akhirat tidak akan menyatu. Juga Sang Maha Pencipta dan makhluk ciptaan. Tinggalkanlah barang² yg fana (rusak), hingga engkau mendapatkan satu barang yg tidak akan rusak-binasa. Berusahalah dengan segenap nyawa dan hartamu, hingga engkau dapatkan Surga. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوٰلَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang² mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubah (9): 111)

Selanjutnya, berusahalah dengan segenap hatimu untuk berzuhud menjauhi segala selain-Nya, hingga engkau dapatkan kedekatan bersama-Nya dan pendampingan-Nya di dunia dan Akhirat.

“Hai pencinta Allah Ta’ala! Berputarlah bersama takdir-Nya ke mana pun ia berputar. Bersihkanlah hatimu yg akan menjadi lokus kedekatan Allah Ta’ala. Sapulah ia dari segala selain-Nya. Duduklah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, dan jujur (shidq) dan jangan (sekali-kali) engkau membukanya untuk siapa pun selain-Nya. Jangan sibukkan satu sudut hatimu pun dengan selain-Nya.

Hai orang² yg suka bermain! Aku tak memiliki permainan apa². Hai kulit! Aku tak mempunyai apa² selain isi. Aku memiliki keikhlasan tanpa kemunafikan, kejujuran tanpa kebohongan. Allah hanya menginginkan ketakwaan dan keikhlasan dari hati kalian tanpa memperhatikan lahir amal kalian. Allah Ta’ala berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ

“Daging² unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yg dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj (22): 37)

Wahai anak Adam! Semua yg ada di dunia dan Akhirat diciptakan untukmu. Lalu mana rasa syukur kalian? Mana juga ketakwaan dan isyarat, serta khidmat layanan kalian pada-Nya? Jangan berlelah² melaksanakan amalan yg tanpa ruh (substansi), dan ruh setiap amal adalah ikhlas.[]

25. Zuhud Meninggalkan Dunia

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 25
“Zuhud Meninggalkan Dunia”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Tanggal 19 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah, di Madrasah.

Syahdan, setiap kali Nabi Isa as. mencium bau harum, ia langsung menutup hidung sambil berkata (memberi alasan), “Ini termasuk duniawi.” Ini adalah hujatan atas kalian, hai para pengklaim zuhud dengan perkataan dan perilaku! Kalian memang telah memakai baju ahli zuhud, namun batin kalian penuh dengan keinginan dan hasrat pada duniawi. Jikalau kalian tanggalkan baju ini, lalu kalian tampakkan saja hasrat yg bergejolak di dalam kalian, maka hal itu lebih baik dan lebih menjauhkan kalian dari kemunafikan. Seorang yg militan dalam kezuhudannya, maka bagian² (rezeki duniawi)nya akan mendatanginya dan ia tinggal mengambilnya. Kemudian ia kenakan bagian (duniawi) itu sebagai baju yg menutupi lahirnya, sambil hatinya terus dipenuhi kezuhudan atasnya dan atas yg lainnya. Dengan parameter ini, Nabi Muhammad Saw. lebih zuhud daripada Nabi Isa As. dan Nabi² lainnya. Meskipun demikian, Beliau tetap mengatakan:

“Dicintakan kepadaku dari duniawi kalian tiga hal: wewangian, istri², dan dijadikannya kenikmatan hatiku ketika shalat.”

Beliau menyukai ketiga hal tersebut dengan segala kezuhudannya atasnya dan atas selainnya, sebab ketiganya adalah bagian (duniawi)nya yg telah ditentukan jauh² sebelumnya oleh Ke-Maha Tahu-an (‘Ilm) Tuhannya. Beliau mengambilnya demi melaksanakan perintah, dan melaksanakan perintah adalah ketaatan. Barangsiapa yg mengambil bagian duniawinya dengan perilaku demikian, maka ia berada dalam ketaatan, meskipun ia berbajukan dunia seisinya. Hai orang² yg berzuhud di atas landasan kaki kebodohan! Simak dan benarkanlah, serta jangan sekali-kali engkau mendustakannya! Pelajarilah hal ini hingga engkau tidak menolak takdir akibat kebodohanmu. Setiap orang yg bodoh sudah merasa cukup dengan pendapatnya sendiri, menerima kata hawa nafsu, dan setannya. Ia adalah hamba dan pengikut iblis, dan ia telah mengangkat (iblis) sebagai guru (syaikh).

Hai orang² bodoh dan munafik! Betapa kelam hati kalian, betapa busuk juga bau kalian, dan betapa sangat berisiknya mulut kalian! Bertaubatlah dari keadaanmu sekarang ini. Tinggalkanlah mencela Allah Ta’ala dan para wali-Nya yg dicintai-Nya dan mencintai-Nya. Jangan halang²i mereka dalam mengambil bagian² duniawi, sebab mereka mengambilnya atas perintah, bukan menuruti hawa nafsu. Mereka memiliki militansi kecintaan pada Allah Ta’ala dan kerinduan pada-Nya, serta berzuhud meninggalkan segala selain-Nya dan menjauhinya dengan segenap lahir dan batin mereka, meski mereka memiliki bagian² (duniawi) yg telah ditentukan oleh ‘Ilm (ke-Maha Tahu-an) sebelumnya yg mau tidak mau harus diambil. Bala cobaan yg paling berat bagi mereka adalah ketika mereka harus berdiri di dunia dan menetap di sana, berbajukan bagian² mereka serta melihat para pendusta Allah Ta’ala dan pendusta mereka.

Wahai pemuda, diamlah! Jangan berbicara dengan manusia selama engkau masih berdiri bersama hawa nafsumu. Matilah dari bicara, sebab jika memang Allah Ta’ala menginginkan sesuatu padamu, pastilah Dia akan menyediakannya. Jika Dia berkehendak, Dia akan mencerai-beraikan (tubuh)mu, membinasakanmu, dan menetapkanmu. Jadi, Dia-lah yg menampakkan, bukan engkau. Pasrahkanlah diri dan bicaramu, serta seluruh ahwal kondisimu pada takdir-Nya dan sibukkanlah diri dengan beramal demi-Nya. Jadilah amal tanpa bicara, ikhlas tanpa riya’, bertauhid tanpa berbuat syirik, merenung tanpa ingatan, menyepi tanpa keramaian, dan batin tanpa lahir. Sibukkanlah batin dengan membatalkan niat. Engkau berkomunikasi dengan Allah dan menunjuk pada-Nya saat menyatakan:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yg kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah (1): 5)

Ini adalah ungkapan untuk orang yg hadir. Artinya, hanya kepada Engkau, aku hadir, hai Dzat Yang Maha Tahu akan diriku dan Maha Dekat dengan diriku, hai Yang Maha Menyaksikanku. Bicaralah dengan-Nya dalam shalatmu dan perilakumu yg lainnya disertai niat ini dan menurut gambaran sifat di atas. Rasulullah Saw. bersabda:

“Sembahlah Allah seolah-olah engkau sungguh melihat-Nya, lalu jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Wahai pemuda! Beningkanlah hatimu dengan mengkonsumsi yg halal, niscaya engkau peroleh makrifat Tuhanmu. Sucikanlah pangan, sandang, dan hatimu, niscaya engkau akan menjadi suci (shafi). Tasawuf berasal dari kata shafa’, yg berarti kesucian. Hai orang yg mengenakan baju shuf! Seorang Sufi yg bersungguh-sungguh dalarn tasawufnya, maka hatinya senantiasa suci (murni) dari apa saja selain Allah Ta’ala. Kesucian tersebut tidak datang begitu saja hanya dengan sekadar mengubah baju rombeng, menguningkan wajah, mengumpulkan beban pundak, dan membolak-balikkan lidah menuturkan hikayat² kaum shaleh, atau menggerakkan jari² dengan tasbih dan tahlil. Akan tetapi, kemurnian tersebut datang dengan sikap kesungguhan dalam mencari Allah Ta’ala, berzuhud menjauhi dunia, dan mendepak manusia dari dalam hatinya, serta mengosongkannya dari apa saja selain Allah Ta’ala.

Seorang Sufi berkisah, “Beberapa malam, aku bermunajat memohon, ”Tuhanku, jangan halangi aku dari apa yg bermanfaat bagiku dan tidak mudharat bagi-Mu.’ Aku ulang-ulangi hal itu berkali-kali, hingga kemudian aku jatuh tertidur. Sewaktu tidur inilah, aku bermimpi seolah ada seseorang yg mengatakan kepadaku, “Engkau juga, jangan cegah dirimu dari amal yg bermanfaat bagimu, dan cegahlah diri dari amal yg membawa mudharat atasmu.’”

Betulkanlah nasab (hubungan) kalian pada Rasulullah Saw. Barangsiapa yg telah betul pengikutannya, maka telah benar pula nasabnya. Sedangkan jika engkau hanya berucap, “Aku termasuk umatnya tanpa mengikuti, maka hal itu tidak akan bermanfaat apa² bagimu. Jika memang kalian telah mengikutinya dalam setiap ucapan dan tindakannya, maka kalian akan bersanding bersamanya di rumah Akhirat. Tidak pernahkah kalian dengar firman Allah Ta’ala:

مَّآ أَفَآءَ اللَّهُ عَلٰى رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ الْقُرٰى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَىْ لَا يَكُونَ دُولَةًۢ بَيْنَ الْأَغْنِيَآءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَآ ءَاتٰىكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yg diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yg berasal dari penduduk kota² maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak² yatim, orang² miskin dan orang² yg dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang² kaya saja di antara kamu. Apa yg diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yg dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr (59): 7)

Laksanakanlah apa yg ia perintahkan dan cegahlah apa yg ia larang, niscaya engkau akan memperoleh kedekatan Tuhanmu, di dunia dengan hatimu, dan di Akhirat dengan segenap jiwa dan ragamu.

Hai orang² zuhud! Engkau belum baik dengan zuhudmu. Engkau masih berzuhud menurut hawa nafsu dan pendapatmu sendiri. Ikuti dan temanilah para Syaikh yg ‘arif billah, ‘alim lagi mengamalkan ilmunya, yg menerima manusia dengan lisan nasehat dan menghilangkan ketamakan. Mereka hanya menerima Allah dan menolak selain-Nya.

Wahai manusia! Kembalilah pada Tuhanmu dengan segenap hatimu sebelum hati tersebut duduk (lumpuh) di belakangmu. Engkau sudah puas begitu saja menerima ahwal kaum shaleh dengan hanya membicarakan dan mengangankannya. Engkau tak lebih seperti orang yg menciduk air dengan tangan terbuka, maka ia tidak akan melihat apa² padanya. Celakalah engkau! Berpanjang angan (tamanni) adalah lembah ketololan. Rasulullah Saw. bersabda:

“Jauhilah berpanjang angan, sebab ia adalah lembah ketololan.”

Engkau kerjakan amalan ahl asy-syarr (tukang berbuat keburukan), namun engkau angankan derajat (kehormatan) ahl al-khayr (ahli berbuat kebajikan). Barangsiapa yg pengharapannya lebih dominan mengalahkan ketakutannya, maka ia telah zindiq. Barangsiapa yg ketakutannya lebih dominan mengalahkan harapannya, maka ia telah berputus asa. Keselamatan terletak pada penyeimbangan keduanya. Rasulullah Saw. bersabda:

“Jikalau ketakutan seorang Mukmin dan harapannya ditimbang, maka keduanya akan seimbang.”

Seorang sufi menuturkan, “Aku pernah bermimpi melihat Sufyan ash-Shawri (semoga Allah mengasihinya) setelah kematiannya. Aku bertanya padanya, “Apa yg telah Allah lakukan pada Anda?” Ia menjawab, “Salah satu kakiku diletakkan di atas jembatan (shirath), dan yg satu lagi di Surga.” Semoga keselamatan Allah terlimpah atasnya. Ia adalah seorang faqih (ahli fiqih), zuhud, wara’, mempelajari ilmu dan mengamalkannya. Ia berikan hak ilmu dengan mengamalkannya dan ia berikan hak amal dengan ikhlas melakukannya. Allah Ta’ala pun kemudian memberi ridha-Nya untuk ditujunya, juga Rasulullah Saw. memberi ridhanya untuk di ikutinya.

Semoga kasih sayang Allah senantiasa terlimpah untuknya, untuk segenap kaum shaleh, dan untuk kita yg bersama mereka. Siapa pun yg tidak mengikuti Rasulullah Saw., dan tidak pula membawa syariat (Sunnah) Beliau di tangannya dan Kitab yg diturunkan kepadanya di tangan yg lain, serta tidak mencapai Allah Ta’ala dalam perjalanannya, maka ia sangat binasa, dan sangat tersesat. Keduanya adalah petunjuk jalan menuju Allah Ta’ala. Al-Qur’an menunjukkan jalan menuju Allah Ta’ala dan Sunnah menunjukkan jalan menuju Rasulullah Saw.

Ya Allah, jauhkanlah (jarak) antara kami dan nafsu kami.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah (2): 201).[]

26. Tidak Mengadu Pada Makhluk

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 26
“Tidak Mengadu Pada Makhluk”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Pengajian Tanggal 20 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Madrasah.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Termasuk pundi² kekayaan ‘Arsy adalah menyembunyikan musibah².”

Hai orang² yg mengadukan musibah²nya pada manusia! Apa gunanya engkau mengadu pada mereka. Mereka tidak bisa memberi manfaat dan tidak pula mendatangkan mudharat. Jika engkau sandarkan diri pada mereka dan syirik menyekutukan-Nya, maka mereka akan menjauhkanmu dari depan pintu Allah Ta’ala, menjebakmu dalam kemurkaan-Nya, dan menutupimu dari-Nya. Engkau bodoh, tetapi mengaku-aku berilmu. Termasuk kebodohanmu adalah mencari duniawi dari selain Tuhan pemiliknya, yaitu Allah Ta’ala, dan engkau juga mencari jalan keluar dari penderitaan dengan mengadu pada manusia.

Celakalah engkau! Jikalau anjing buas saja bisa belajar menjaga hasil buruan dan menanggalkan kebuasan dan tabiatnya sementara waktu, begitu juga burung bisa belajar melawan tabiatnya dan meninggalkannya sejenak, hingga ia tidak sembarang memakan umpan yg dibuat untuk menjebak dirinya, maka nafsu dirimu lebih prioritas untuk diajari. Ajari dan pahamkanlah nafsumu, hingga ia tidak memakan agamamu, mencabik-cabikmu, dan tidak pula mengkhianati amanat Allah Ta’ala yg dititipkan padanya. Bagi seorang Mukmin, agama adalah darah dan dagingnya.

Jangan bawa nafsumu sebelum engkau mengajarinya. Jika ia sudah belajar, paham, dan bisa tenang, maka bawa sertalah ia ke mana pun engkau menuju dan jangan sekali-kali melepasnya dalam segala kondisi. Jika nafsu tenang, maka ia menjadi penyabar, pintar, dan ridha menerima apa saja yg diberikan oleh takdir sebagai bagiannya. Ia tidak akan membeda-bedakan antara biji gandum dan roti terigu. Ia lepas dari kelezatan². Ia bahkan lebih suka tidak makan daripada makan dalam rangka membantumu mengerjakan kebajikan, ketaatan, dan itsar (altruisme = perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri). Karakter (nafsu yg tenang ini) telah berubah. Ia menjadi penyantun, murah hati, pezuhud di dunia dan pencinta Akhirat, bahkan, ketika ia berzuhud meninggalkan Akhirat (Surga dan Neraka) dan hanya menginginkan Allah Ta’ala, maka ia akan mencari-Nya bersamamu dan berjalan bersama hatimu menuju pintu-Nya. Ketika itulah, datang padanya preseden (ketetapan terdahulu) sambil mengatakan, “Makanlah, hai orang yg tidak makan! Minumlah, hai orang yg tidak pernah minum!” Seorang pasien yg cerdas tidak akan makan kecuali dari tangan dokter atau atas perintahnya dengan terus menjaga kesantunan dan resepsinya, meninggalkan kerakusan makan, baik saat kehadirannya (di hadapan si dokter) maupun saat ketiadaannya.

Hai orang yg rakus dan terburu-buru! Telah diciptakan di sampingmu, orang lain yg juga boleh memakan makanan. Begitu pula sandang, papan, kendaraan, dan pasangan hidup, telah diciptakan di sampingmu, orang lain yg boleh memiliki dan memakainya. Kebodohan apa ini? Engkau tidak memiliki sedikit pun konsistensi (tsabat), akal, iman, dan tashdiq (pembenaran) akan janji Allah Ta’ala.

Hai Fulan, jika engkau bekerja pada seorang yg mulia (murah hati), maka bersikap santunlah! Janganlah engkau meminta uang dan upah, karena keduanya akan engkau peroleh tanpa harus meminta dan bersikap kurang santun, bahkan jika dilihatnya engkau telah meninggalkan sifat rakus, ambisius, dan kekurangsantunan, maka ia akan memperlakukanmu secara istimewa dibandingkan teman²mu yg sama² bekerja denganmu.

Allah Ta’ala tidak bisa disandingi dengan penolakan dan penentangan, melainkan harus dengan kesantunan, ketenangan lahir dan batin, serta sikap patuh selamanya. Barangsiapa yg patuh pada takdir, maka akan langgeng pulalah persandingannya dengan Allah Ta’ala. Orang yg ‘Arif Billah dan mengetahui-Nya akan berdiri bersama-Nya, bukan bersama selain-Nya, dan hanya patuh pada-Nya, tanpa selain-Nya, serta hidup dengan-Nya dan mati dari selain-Nya.

Wahai pemuda! Jika engkau berbicara, bicaralah dengan niat yg shaleh. Jika diam, diamlah juga dengan niat yg shaleh. Siapa yg tidak mendahulukan niat sebelum amal, maka tidak ada amal baginya. Bicara atau diam, engkau tetap saja berdosa, karena engkau tidak meluruskan niatmu. Diam dan bicaramu tanpa (landasan) Sunnah. Ketika kondisi berubah dan rezeki susah, kalian juga ikut berubah hanya demi sesuap makan. Ketika menghancurkan kehormatan (seseorang), maka kalian mengingkari setiap nikmat hanya demi menghilangkan kenikmatan seseorang seolah kalian adalah para penakluk yg menguasai urusannya.

Siapakah engkau ini sebenarnya, hai anak Adam? Engkau hanyalah makhluk yg tercipta dari air nista. Merendahlah pada Tuhanmu dan hinakan diri di hadapan-Nya. Engkau tidaklah mulia di hadapan Allah Ta’ala, juga di hadapan hamba²Nya yg shaleh, jika engkau tidak memiliki ketakwaan. Dunia adalah hikmah (kebijakan), dan Akhirat seisinya adalah qudrah (kekuasaan).

Hai manusia! Waspadalah selalu dalam mewakili Allah Ta’ala, karena engkau tidak memiliki maklumat dan pengalaman apa². Pakailah akal dan buka mata hati kalian. Jika salah seorang dari kalian kedatangan serombongan (tamu) di rumahnya, maka janganlah ia memulai bicara, akan tetapi tempatkan perkataannya sebagai jawaban, dan jangan pula bertanya tentang hal² yg bukan kompetensinya.

Tauhid adalah kewajiban. Mencari yg halal adalah kewajiban. Mencari ilmu primer adalah kewajiban. Ikhlas dalam beramal adalah kewajiban. Meninggalkan imbalan atas amal adalah kewajiban. Jauhilah orang² fasik dan munafik, dekatilah orang² shaleh dan kaum shiddiqin. Jikalau engkau hadapi sebuah persoalan yg musykil dan tak bisa engkau bedakan antara yg shaleh dan munafik, maka bangunlah malam dan kerjakan shalat dua raka’at, lalu berdoalah:

“Ya Tuhan, tunjukkan padaku kaum shaleh dari makhluk-Mu. Tunjukkan padaku orang yg bisa menunjukkanku pada-Mu, memberiku makanan-Mu dan meminumiku minuman-Mu, mencelaki mata kedekatanku dengan cahaya kedekatan-Mu, memberitahuku apa yg dilihatnya dengan mata kepala sendiri dan bukan sekadar tradisi taklid.”

Kaum Sufi bersantap dengan makanan kemurahan (fadl) Allah, minum minuman kemesraan-Nya, dan menyaksikan pintu kedekatan-Nya. Mereka tidak puas dengan kebajikan semata, melainkan terus bergiat, bersabar, dan pergi menjauh dari diri mereka dan dari manusia hingga kabar mereka menjelma menjadi pengalaman yg dilihatnya dengan mata kepala mereka sendiri. Tatkala mereka sampai di sisi Tuhannya, maka Dia (berkenan) mendidik dan mengajari hikmah Ketuhanan dan ilmu² pengetahuan kepada mereka. Dia perlihatkan kerajaan-Nya pada mereka.

Dia beritahukan pada mereka bahwa tidak ada selain-Nya di langit dan di bumi, juga tidak ada yg berkuasa memberi dan menolak selain diri-Nya, tidak ada pula yg berkuasa menggerakkan dan menghentikan selain diri-Nya, tidak ada yg berkuasa menentukan qadha dan takdir selain-Nya, tidak juga yg berkuasa memuliakan dan menghinakan selain-Nya, serta tidak ada pengatur dan penguasa yg tak terkalahkan selain-Nya. Mereka pun melihat-Nya dengan mata hati dan nurani mereka. Maka, jadilah dunia seisinya tak berarti dan tak bernilai lagi di hadapan mereka. Ya Allah, perlihatkan pada kami, sebagaimana engkau perlihatkan pada mereka, serta berilah pintu maaf dan rahmat kesehatan kepada kami.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah (2): 201)

Wahai manusia! Bertaubatlah dari rneninggalkan takwa, karena takwa adalah obat dan mengabaikannya berarti penyakit. Bertaubatlah, sebab taubat adalah obat dan dosa adalah penyakit. Suatu hari Rasululah Saw. bersabda pada sahabat²nya:

“Belumkah kuberitahu pada kalian apa obat dan penyakit kalian?” Mereka menjawab, “Belum, Rasulullah! ” Beliau lalu bersabda, ‘Peryakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah taubat.”

Taubat adalah mempelai iman, dan rajin mengunjungi majelis² dzikir serta mentaati Allah Ta’ala adalah terapi penyembuh. Bertaubatlah dengan lisan dan iman, niscaya kebahagiaan (keberuntungan) akan datang kepadamu. Berbicaralah juga dengan lisan tauhid dan ikhlas, niscaya kebahagiaan (keberuntungan) akan datang kepadamu. Jadikanlah iman sebagai senjata kalian saat turunnya cobaan dan petaka dari Tuhan kalian.[]

27. Jangan Jadi Pendusta

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke 27
“Jangan Jadi Pendusta”

Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Jum’at pagi tanggal 7 Jumadilakhir tahun 545 Hijriyah di Madrasah.

Jadilah orang yg berakal dan jangan berdusta. Engkau berkata, “Aku takut kepada Allah Ta’ala,” namun (mengapa) kau takut juga pada selain-Nya. Janganlah takut pada siapa pun, baik jin, manusia, maupun malaikat. Jangan takut pula pada apa pun, baik hewan yg berbicara maupun yg diam. Jangan takut dengan penderitaan dunia, dan jangan takut pula dengan siksa Akhirat, akan tetapi takutlah pada Sang Pemberi azab siksaan.

Seorang yg berakal tidak akan takut celaan orang di sisi Allah Ta’ala. Ia bisu dari bicara selain Allah Ta’ala. Baginya, seluruh manusia lemah, sakit, dan fakir. Orang seperti dialah yg disebut ulama yg bermanfaat ilmunya, ulama yg mendalami syara’ dan hakikat Islam. Mereka adalah tabib² agama yg (bisa) merakit kembali keretakannya. Hai orang yang retak agamanya! Datanglah pada mereka hingga mereka bisa merakit kembali keretakannya. Yg menurunkan penyakit adalah juga yg menurunkan obat. Tentu saja, ia pula yg lebih mengerti tentang kemaslahatan daripada selainnya.

Jangan kecam Allah Ta’ala dalam segala tindakan-Nya (fi’l). Nafsu dirimulah yg harus lebih dikecam dan dicela daripada selainnya. Katakan kepada nafsu, bahwa anugrah diperuntukkan bagi yg mentaati dan tongkat (pukulan) diperuntukkan bagi yg mendurhakai (maksiat). Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Dia akan merampasnya (ikhtiar dan duniawinya), jika memang ia bersabar (menghadapinya), maka Dia akan mengangkat (derajat)nya, membaguskan (taraf kehidupannya), memberinya (anugrah), dan membuatnya kaya.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kedekatan dengan-Mu tanpa cobaan petaka. Kasihilah kami dalam qadha dan qadar-Mu. Lindungilah kami dari kejahatan orang² jahat dan tipu daya kaum durjana. Jagalah kami sebagaimana yg Engkau kehendaki. Kami memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan dalam (menjalani) agama, dunia, dan Akhirat, dan kami memohon kepada-Mu taufik untuk (melaksanakan) amal² kesgalehan serta keikhlasan dalam beramal. Aamiin!

Seorang laki² bertamu pada Syaikh Abu Yazid al-Busthami, kemudian lama menengok ke kanan dan kiri. Syaikh Abu Yazid pun menegurnya, “Ada apa gerangan?” Ia menjawab, “Aku ingin (mencari) tempat bersih untuk melaksanakan shalat.” Syaikh Abu Yazid langsung menukas, “Bersihkan hatimu dulu dan barulah shalat sebagaimana kehendakmu.” Memang, riya’ hanya bisa dideteksi oleh orang² yg ikhlas, sebab dulu mereka pernah terjebak di dalamnya hingga akhirnya selamat dan lolos darinya. Riya’ adalah rintangan di tengah jalan kaum (Sufi) yg mau tidak mau harus mereka sebrangi. Riya’, ‘ujub, dan kemunafikan termasuk anak² panah setan yg dilemparkan ke dalam hati.

Datanglah pada para Syaikh dan belajarlah dari mereka cara melangkah di jalan yg berujung pada Allah Ta’ala, sebab jalan tersebut pernah mereka tempuh dan lalui. Tanyakanlah pada mereka ihwal petaka² hawa nafsu dan tabiat, sebab mereka telah merasakan (pahitnya) petaka², dan mengetahui bencana² serta kegilaannya. Mereka pernah terlibat di dalamnya beberapa waktu, dan satu demi satu berhasil di atasinya, hingga mereka mampu mengalahkan dan menguasai (diri) mereka.

Jangan terlena dengan hembusan² (bujuk rayu) setan dalam dirimu, dan jangan kalah oleh panah² nafsu, sebab ia (nafsu) melemparimu dengan panah setan, dan memang setan tidak dapat menguasaimu kecuali dengan sarana nafsu. Setan jin tidak akan dapat menguasai dirimu kecuali lewat media setan manusia, yaitu nafsu dan teman² yg buruk. Memohonlah pada Allah Ta’ala dan mintalah tolong pada-Nya dalam menghadapi musuh² ini, niscaya Dia akan menolongmu.

Jika engkau telah menemukan-Nya, lalu engkau lihat pula apa yg ada di sisi-Nya dan engkau pun di anugrahi-Nya hal tersebut, maka pulanglah kembali pada keluargamu dan khalayak manusia, serta gandenglah mereka menuju-Nya. Katakan pada mereka, “Bawalah keluargamu semuanya kepadaku,” sebagaimana Nabi Yusuf as. ketika mendapatkan anugrah kepemilikan dan kerajaan, maka ia pun berkata pada keluarganya:

وَأْتُونِى بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ

“Dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku.” (QS. Yusuf [12]: 93)

Orang yg tertolak (al-rnahrum) adalah orang yang menolak Allah Ta’ala dan kehilangan kedekatan bersama-Nya di dunia dan Akhirat. Allah Ta’ala berfirman dalam beberapa kitab-Nya:

“Hai anak Adam! jika Aku melewatkanmu, Maka akan lepas pula (dari)mu segala sesuatu.”

Bagaimana Allah Ta’ala tidak melewatkanmu jika engkau berpaling dari-Nya, dan dari kaum Mukmin serta hamba²Nya yg shaleh, bahkan malah menyakiti mereka dengan ucapan dan tindakanmu, serta menentang mereka secara lahir dan batin.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Menyakiti orang Mukmin lima belas kali lebih besar (dosanya) di sisi Allah daripada merobohkan Ka’bah dan al-Bayt al-Ma’mur.”

Dengarkan, hai orang yg selalu menyakiti kaum fuqara’ Allah, padahal mereka adalah orang² yg beriman pada-Nya, shaleh demi-Nya, ‘arif mengenal-Nya, dan berpasrah diri pada-Nya. Celakalah kau! Sebentar lagi engkau akan menjadi mayat pucat yg dikeluarkan dari rumahmu, dan kekayaan yg engkau bangga²kan akan terbakar ludes tanpa bisa memberimu kemanfaatan apa² dan tidak pula mampu melindungimu. []

28. Mencintai Allah

Majelis ke-28:
“Mencintai Allah”

Pengajian 9 Jumadi al-Akhirah 545 H. di Ribath.

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw:

“Bahwasanya seorang laki² datang menghadapnya, lalu berkata, “Aku mencintaimu karena Allah Ta’ala.” Beliau pun bersabda padanya, “Jadikan bala cobaan sebagai jubah, jadikan kefakiran sebagai jubah.”

Karena engkau ingin bersifat sepertiku, maka sifatilah dirimu seperti sifatku. Termasuk syarat mahabbah adalah muwafaqah (menurut/patuh/taat). Dikisahkan bahwa Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq ra. (rela) memberikan seluruh harta kekayaannya kepada Rasulullah Saw., karena kesungguhan cintanya kepada Beliau. Ia berbuat seperti perbuatannya dan ikut merasakan kefakiran bersamanya, hingga ia ikut memanggul beban. Ia menurutinya, lahir dan batin, dalam kesunyian dan juga keramaian, tetapi engkau, hai pembohong! Engkau mengaku cinta pada kaum shaleh, tetapi engkau sembunyikan dinar dan dirhammu dari mereka, sambil mengharap kedekatan dan kebersamaan dengan mereka. Pakailah akal! Ini adalah mahabbah yg bohong belaka. Seorang pecinta tidak akan menyembunyikan apa pun dari kekasihnya, bahkan ia akan memberikan segala sesuatu padanya.

Kefakiran sudah melekat pada diri Rasulullah Saw. dan tak pernah meninggalkannya. Beliau bersabda:

“Kefakiran lebih cepat mengantarkanku kepada Dzat yg mencintaiku (Allah) daripada aliran air ke muaranya.”

Aisyah ra. menuturkan lebih lanjut, “Dunia senantiasa menjadi kotoran yg menyesakkan kami selama Rasulullah Saw. masih berada di tengah² kami. Selepas Beliau meninggal, dunia mengalir pada kami dengan derasnya.”

Jika kefakiran adalah syarat mencintai Rasulullah Saw., maka syarat mencintai Allah adalah bala cobaan. Seorang Sufi menuturkan, “Setiap bala cobaan disertai dengan kesetiaan.” Agar tidak dicap hanya mengaku-aku cinta Allah dengan kebohongan, kemunafikan, dan riya’, maka cabut kembali klaim dan kebohonganmu. Jangan pernah engkau lintaskan ini dalam kepalamu. Jika engkau datang, maka sedekahlah, jika tidak, maka jangan ikuti kami. Jangan bersikap perlente di depan tukang tukar uang (tanpa uang), sebab ia tidak akan menerimamu dan malah akan mengeksposmu. Jangan dekati ular dan macan, sebab mereka bisa membinasakanmu. Jika engkau seorang pawang, bolehlah kau dekati ular itu, dan jika engkau sudah memiliki kekuatan, maka dekatilah macan itu. Jalan (menuju) Allah Ta’ala membutuhkan kejujuran (kesungguhan, shidq) dan cahaya makrifat. Dengan kesungguhan, mentari makrifat akan muncul di hati kaum shiddiqin, dan tidak pernah tenggelam, siang maupun malam.

Wahai pemuda, berpalinglah engkau dari orang² munafik yg mendapat murka Allah Ta’ala. Pakailah akal dan jangan engkau dekat² dengan kebanyakan manusia (ahl az-zaman), karena mereka adalah serigala² berbulu domba. Ambillah cermin pikir dan mengacalah. Mohonlah juga pada Allah agar memperlihatkan padamu akan dirimu (sendiri) dan mereka. Aku telah berpengalaman dengan manusia dan Sang Maha Pencipta. Kutemukan keburukan pada diri manusia, dan kebaikan pada Sang Pencipta. Ya Allah, selamatkanlah kami dari keburukan perilaku mereka dan anugerahkan pada kami kebaikan-Mu di dunia dan Akhirat.

Aku tidak menginginkan kalian demi kepentinganku, melainkan demi kepentingan kalian sendiri. Aku hanya membuat simpul pada tali kalian, dan aku tidak mengambil apa² dari kalian kecuali demi kemaslahatan kalian. Aku sudah memiliki sesuatu yg telah diperuntukkan khusus bagiku dan tidak kubutuhkan apa yg aku ambil dari kalian. Aku hanya tinggal bekerja atau bertawakkal pada Allah Ta’ala. Aku tak pernah mengharapkan pemberian kalian sebagaimana orang munafik yg riya’, berpasrah diri pada kalian dan melupakan Tuhannya. Aku adalah parameter timbangan penghuni bumi (manusia), maka bersikaplah logis dan jangan bermuka manis di hadapanku, sebab aku mengetahui kualitas baik dan rendah kalian berkat pertolongan Allah dan akreditasi-Nya padaku.

Jika engkau menginginkan kebahagiaan, maka jadilah engkau landasan tongkatku, hingga bisa kuketuk-ketuk nadi hawa nafsumu, tabiat, setan, musuh²mu, serta kolega² burukmu. Mohonlah pertolongan kepada Tuhanmu dalam menghadapi musuh² ini. Si pemenang adalah orang yg bersabar menghadapinya dan si pecundang adalah orang yg menyerah pada mereka. Petaka memang banyak, tetapi muara (rumah)nya hanya satu. Penyakit juga banyak, namun tabibnya hanya satu. Hai, orang² yg sakit jiwa, pasrahkanlah dirimu pada seorang tabib. Jangan menuduh mereka atas apa saja yg ia lakukan padamu, karena dia lebih sayang dengan kalian daripada kalian sendiri. Membisulah di hadapannya dan jangan sekali-kali membantahnya, niscaya kalian akan melihat segenap kebaikan di dunia dan Akhirat.

Kaum (Sufi) senantiasa dalam kondisi diam secara total, mati total, dan keterkejutan total. Jika hal ini telah sempurna mereka jalankan, dan mereka pun masih terus menjalaninya, maka Allah akan membuat mereka bicara kembali, sebagaimana Dia membuat bicara benda² mati pada Hari Kiamat. Mereka tidak berbicara kecuali jika dititahkan untuk bicara. Mereka juga tidak mengambil jika tidak diberi. Tidak pula mereka bergembira jika tidak digembirakan. Hati mereka memang sudah menyamai hati para malaikat.

Allah Ta’ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang² yg beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat² yg kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.” (QS. At-Tahrim (66): 6).

Mereka telah menyamai derajat malaikat, bahkan setingkat lebih tinggi berkat makrifat pada Allah Ta’ala dan pengetahuan terhadap-Nya serta terhadap malaikat-Nya. Para pembantu dan pengikut mereka banyak menyerap manfaat dari mereka, sebab terdapat hikmah yg memancar deras di hati mereka. Hati mereka terjaga dari segala petaka, karena petaka hanya sampai pada anggota badan, struktur tubuh, dan nafsu mereka, serta tidak pernah sekalipun mencapai hati mereka.

Jika engkau ingin mencapai posisi mereka, maka engkau harus merealisasikan keislaman, meninggalkan dosa², baik yg kasat mata maupun yg tersembunyi, berlaku wara’ secara universal, zuhud menjauhi kemubahan duniawi maupun kehalalannya, merasa cukup dengan kemurahan Allah, zuhud juga dalamn kemurahan anugerah-Nya dan merasa cukup (kaya) dengan kedekatan-Nya (hingga tak butuh apa² lagi). Jikalau rasa cukupmu dengan kedekatan-Nya sudah benar² shahih, maka Dia akan mnengucurkan anugerah kemurahan-Nya padamu. Dia akan membuka untukmu pintu² bagian-Nya (qadha dan qadar), juga pintu kelembutan, rahmat, dan anugerah-Nya. Dia genggam dunia untukmu, lalu membentangkannya seluas-luasnya.

Semua anugerah ini hanya diberikan-Nya pada manusia² pilihan, yaitu para wali dan shiddiqin, karena Dia Maha Mengetahui akan ketakwaan mereka. Mereka tidak pernah menyibukkan diri dengan sesuatu sampai terlena melupakan-Nya, namun pada banyak kasus, dunia tergenggam rapat dari mereka (tidak Allah kucurkan pada mereka), karena Dia lebih suka kesunyian total mereka hanya bersama-Nya, kehadiran mereka hanya pada-Nya, dan pencarian mereka untuk-Nya. Jikalau Dia menganugerahi keduniaan pada mereka, bisa jadi mereka malah sibuk mengurusinya, duduk bersamanya, dan lupa melayani-Nya. Inilah yg biasa terjadi, sementara hal di atas adalah sesuatu yg jarang terjadi. Adapun yg jarang ini tidak terkait dengan hukum. Rasulullah Saw. termasuk orang yg ditawari dunia, namun tidak sibuk mengurusinya dan lupa melayani-Nya, Beliau tidak menoleh pada bagian² (rezeki) dengan segala kesempurnaan zuhud dan penentangan. Beliau pernah ditawari kunci² kekayaan bumi, namun Beliau justru mengembalikannya sembari berkata:

“Tuhan, hidupkanlah aku sebagai orang miskin dan matikan aku sebagai orang miskin, serta kumpulkan aku kelak bersama orang² miskin.”

Zuhud adalah anugerah keshalehan. Jika tidak, maka tidak ada seorang pun yg mampu berzuhud menjauhi bagian (dunia)nya. Seorang mukmin bebas lepas dari beban ambisi (mengumpulkan duniawi), tidak pula rakus dan terburu-buru. Dia berzuhud atas segala sesuatu dengan segenap hatinya dan berpaling darinya dengan segenap nuraninya. Dia hanya sibuk dengan apa yg diperintah kepadanya, dan dia tahu pasti bahwa bagiannya tidak akan lepas darinya, hingga dia pun tidak perlu mencarinya. Dia biarkan bagian² (duniawi) berlari mengejar di belakangnya, merendah dan memohon-mohon padanya untuk menerimanya.

Wahai pemuda! Engkau membutuhkan keimanan yg mengarahkanmu di jalan Allah Ta’ala, juga keyakinan yg mengokohkan jejak langkahmu di sana. Pada awal penempuhanmu di jalan ini, engkau membutuhkan himyan (ikat celana berisi uang sebagai bekal), dan pada akhirnya engkau membutuhkan iman. Bedanya dengan jalan ke Makkah yg dikatakan oleh sebagian kalangan membutuhkan iman dulu, baru himyan, maka jalan yg telah kuisyaratkan di atas membutuhkan himyan dan iman, di awal dan akhir perjalanan.

Sufyan ats-Tsauri ra. pada awal menuntut ilmu, di perutnya terikat sabuk himyan berisi uang 500 dinar untuk keperluan hidup dan belajar. Dia ketuk² sabuk itu dengan tangannya seraya berkata, “Jika tidak ada engkau, pastilah mereka sudah membuang kita.” Setelah diperolehnya ilmu dan makrifat pengetahuan Allah Ta’ala, maka dia sumbangkan sisa uang yg ada padanya untuk kaum fakir dalam waktu satu hari, seraya berkata, “Jikalau langit adalah besi yg tak mencurahkan hujan, bumi berupa batu cadas yg tak menumbuhkan (tanaman) dan aku pun (harus) berkonsentrasi mencari rezeki, maka pastilah aku menjadi kafir.”

Bekerja dan berinteraksilah dengan sarana sampai imanmu benar² kuat, baru setelah itu berpindahlah dari sarana (sabab) pada Pemberi sarana (Musabbib). Para Nabi juga bekerja, bermodal, dan berhubungan dengan sarana duniawi pada awal keadaan mereka, baru pada akhirnya, mereka pasrah diri (tawakkal). Mereka mensinergikan kerja dan tawakkal sebagai awalan dan akhiran, syariat dan hakikat. Hai orang² yg tertolak (al-mahrum)! Jangan kosongkan tanganmu dari bekerja demi kepasrahan diri (menunggu) apa yg ada di tangan manusia dan membebani mereka. Dengan demikian, engkau telah mengingkari nikmat takdir. Allah Ta’ala pun murka besar padamu dan menjauhimu. Tidak bekerja dan mengemis pada manusia adalah siksaan (‘uqubah) dari Allah pada seorang hamba. Nabi Sulaiman as., misalnya. Setelah Allah melengserkan tahta kerajaannya, kemudian Dia menghukumnya dengan banyak hal, di antaranya mengemis dan meminta-minta. Dulu pada masa pemerintahannya, dia bekerja dan bisa makan dari hasil keringatnya sendiri, namun kemudian Allah Ta’ala menyempitkan ruang geraknya, mengusirnya dari kerajaannya dan menyempitkan jalan rezeki baginya, hingga dia terpaksa harus meminta-minta. Semua itu dikarenakan istrinya menyembah patung di rumahnya (Sulaiman) selama 40 hari, maka selama 40 hari juga ia terus mendapat siksaan hari demi hari.

Kaum (shaleh) tidak memiliki obat keceriaan bagi mendung kesedihan mereka, juga tidak meletakkan beban mereka, dan tidak pula memiliki permata kasih di mata mereka serta hiburan bagi musibah mereka, hingga mereka bertemu Tuhan mereka. Pertemuan kaum shaleh dengan Tuhannya meliputi dua jenis, pertama, pertemuan di dunia, yaitu melalu hati dan nurani kaum shaleh, dan ini termasuk jarang terjadi. Kedua, pertemuan di Akhirat. Kaum shaleh baru bisa merasakan kebahagiaan dan keceriaan setelah bertemu dengan Tuhan mereka, meskipun sebelumnya, musibah (kesedihan) terus-menerus menimpa.

(Setelah berbicara tentang nafsu, Syaikh Abdul Qadir al-Jilani melanjutkan):

Wahai pemuda! Cegahlah nafsu dari syahwat kesenangan dan kelezatan. Berilah dia makanan yg suci tanpa najis. Makanan yg suci adalah makanan halal. Adapun makanan yg najis adalah haram. Kemudian tutur Syaikh lagi, berilah dia sarapan yg halal hingga dia tidak menjadi sombong, tinggi hati, dan kurang ajar. Ya Allah, kenalkanlah kami dengan-Mu hingga kami mengenal-Mu. Aamiin. []

29. Jangan Merendah Pada Orang Kaya karena Kekayaannya

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-29:
“Jangan Merendah Pada Orang Kaya karena Kekayaannya”

Pengajian 11 Jumadi al-Akhirah 545 H di Madrasah.

Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa merengek-rengek pada orang kaya, meminta apa yg ada di tangannya, maka telah hilang dua pertiga agamanya.”

Dengarkan hai orang² munafik! Ini baru untuk orang yg merengek-rengek dan mengemis pada orang kaya, lalu bagaimana dengan orang ng shalat, puasa, dan haji karena mereka, dan menerima cercaan mereka (demi mendapat harta mereka)? Hai orang² yg menyekutukan Allah! Kalian tidak memiliki khabar apa² dari-Nya dan dari Rasul-Nya. Islamlah kalian dan bertaubatlah serta tulus ikhlaslah dalam pertaubatanmu hingga keimananmu (menjadi) suci, keyakinanmu tumbuh, tauhidmu bersemi, dan cabang²nya menjulang sampai “Arsy.

Wahai pemuda! Jika imanmu terpelihara dan pohonnya menjulang tinggi, maka Allah Ta’ala akan membuat dirimu kaya dari segenap makhluk. Dia akan mencukupkanmu dari bekerja dan mencari rezeki. Allah Ta’ala sendirilah yg akan mengenyangkan nafsu dirimu, hati, dan nuranimu, membuatmu singgah di pintu-Nya, menjadikan kefakiranmu kaya dengan dzikir mengingat-Nya, dengan kedekatan-Nya, dan keintiman bersama-Nya. Nafsumu tak memperdulikan lagi tentang siapa yg makan dari dunia dan bersibuk dengannya, bahkan dia tidak lagi perdulikan, siapa yg ada di tangannya (keluarganya). Pandanganmu terhadap-Nya telah menjelma menjadi rahmat, gairah cinta, dan kegelapan (note: fana’).

Hai orang yg mengklaim berilmu dan mencari-cari duniawi dari anak² dunia (manusia), serta menistakan diri demi mereka! Allah telah benar² menyesatkanmu karena ilmu. Oleh karena itu hilanglah pula barakah ilmumu, hilang substansinya dan hanya menyisakan kulitnya. Juga engkau, hai orang yg mengklaim ibadah, namun hatinya malah menyembah manusia dan takut serta mengharap mereka! Lahirmu menyembah Allah, namun batinmu menyembah makhluk. Engkau hanya mencari dan mengangankan apa yg ada di tangan mereka, berupa dinar, dirham, dan sisa².

Engkau mengharapkan pujian dan sanjungan mereka. Engkau takut akan cercaan dan penolakan mereka. Engkau takut bila mereka tidak memberimu, dan engkau mengharapkan pemberian mereka melaui olah kata, tipu daya, dan manis kata di depan pintu² mereka. Celakalah dirimu! Engkau orang yg musyrik, munafik, riya’ lagi zindiq. Celakalah engkau! Untuk siapa engkau berhias-hias. Untuk..

يَعْلَمُ خَآئِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِى الصُّدُورُ

“Dia (yg) mengetahui (pandangan) mata yg khianat dan apa yg disembunyikan oleh hati?” (OS. Al-Mu’min (40): 19)

Celakalah! Engkau berdiri shalat dan mengucap, “Allahu Akbar,” namun engkau berbohong dengan ucapanmu. Makhluk yg berada dalam hatimu lebih besar daripada Allah Ta’ala. Bertaubatlah pada Allah Ta’ala dan jangan berbuat kebajikan untuk selain-Nya, tidak untuk dunia, dan tidak juga untuk Akhirat. Jadilah orang yg hanya menginginkan Wajah-Nya semata. Berilah hak rububiyyah (ketuhanan)! Janganlah engkau berbuat (amalan) karena pujian dan sanjungan, jangan pula karena pemberian atau ketidakmemberian.

Celakalah kau! Rezekimu tidak akan bertambah dan berkurang (dari ketentuan). Baik buruk qadha yg telah ditentukan atasmu pasti akan datang. Maka, jangan bersibuk dengan sesuatu yg kosong dari-Nya, dan bersibuklah dengan ketaatan pada-Nya. Kurangilah kerja kerasmu dan pendekkan angan²mu (akan duniawi). Jadikanlah maut sebagai pusat pandangmu, niscaya engkau akan bahagia. Turutilah selalu Syara’ dalam segala kondisimu.

Wahai manusia! Masih adakah menuruti (muwafaqah) syara’ padamu? Oh, kalian telah meninggalkannya di tangan² lahi dan batin² kalian, dan kalian justru menuruti hawa nafsu dan terperdaya dengan kelembutan (hilm) Allah Ta’ala atasmu (seolah-olah) hari demi hari siksa dan derita terangkat darimu, padahal kelak di Akhirat nanti, Dia akan menimpakannya padamu dari segala arah, mencengkeram dan meninjumu. Lalu ketika kematian menjemputmu, dan engkau dimasukkan kubur, engkau akan menerima himpitan dan siksaannya. Engkau akan terus disiksa begitu hingga tiba Hari Kiamat. Kemudian engkau dibangkitkan dari kubur dan digiring ke Apel Akbar. Di sana engkau akan dihisab (dimintai pertanggungjawaban) atas segala yg telah kau perbuat selama ini, sedetail-detailnya. Engkau pun akan dicerca dengan pertanyaan, sekecil dan sebesar apa pun.

Engkau adalah patung tanpa ruh, kulit kering tanpa isi dan kekuatan. Engkau tidak layak dimasukkan ke mana pun selain dalam Neraka. Ibadahmu (sepi) dari keikhlasan, sehingga tidak ada ruh di dalamnya, maka engkau dan ibadahmu tidak layak mendapat apa pun selain harus masuk Neraka. Engkau tidak perlu berlelah-lelah jika memang tidak ikhlas dalam beramal, karena amalanmu tidak akan bermanfaat apa². Engkau bekerja keras lagi kepayahan, yaitu bekerja keras di dunia dan kepayahan di Neraka pada Hari Kiamat, kecuali jika engkau bertaubat dan memohon ampun sebelum datangnya kematian.

Kembalilah pada Allah Ta’ala dengan memperbarui keislamanmu, kebaikan taubat dan ketulusan menjalaninya sebelum kematian datang menutup pintu taubat di hadapanmu, hingga engkau tak bisa lagi masuk ke sana. Kembalilah pada-Nya dengan hatimu sebelum Dia menutup pintu kemurahan-Nya di hadapanmu, melumpuhkan dirimu, daya kekuatan, dan hartamu, serta tidak memberimu keberkahan dalam segala yg kau perbuat.

Celakalah kau! Tidak malukah engkau dengan-Nya. Kau jadikan dinarmu sebagai Tuhanmu, dirhammu sebagai cita anganmu, dan engkau praktis melupakan-Nya sama sekali. Sebentar lagi, engkau akan melihat nasibmu.

Celakalah kau! Jadikanlah toko dan harta bendamu untuk keluargamu. Bekerjalah untuk (menghidupi) mereka dengan (menuruti) perintah syara’ sambil hatimu pasrah bertawakkal pada Allah Ta’ala. Mohonlah rezekimu dan rezeki mereka dari-Nya, bukan dari kekayaan dan toko, niscaya Dia akan mengalirkan rezekimu dan rezeki mereka di tanganmu. Dia akan jadikan kemurahan, kedekatan, dan keintiman dengan-Nya sebagai milik hatimu. Dia juga akan mencukupkan keluargamu (dari terus meminta kebutuhan) darimu serta mencukupkanmu dengan-Nya.

Dia akan mencukupkan rezeki mereka sesuai dengan kehendak-Nya, bagaimana pun sarananya. Akan dikatakan pada hatimu, “Ini untukmu, dan ini untuk keluargamu!” Tetapi, bagaimana engkau akan bisa mencapai kehormatan ini, sementara seumur hidupmu engkau musyrik (menyekutukan-Nya), tertutup (dari-Nya) dan tertolak (oleh-Nya). Engkau tidak juga kenyang dan puas dengan dunia dan limpah ruahnya. Tutuplah pintu hatimu, dan halau semua (yg mencoba) masuk ke hatimu. Isilah hatimu dengan dzikir (menyebut dan mengingat) Allah Ta’ala. Hisablah diri dan bertaubatlah dari perbuatan²mu dengan sebenar-benar taubat, dan menyesallah dari kelancangan dan kekurangajaranmu dengan segenap penyesalan. Banyak²lah engkau menangisi perbuatanmu yg dulu.

Santunilah kaum fakir dengan secuil hartamu, dan janganlah kikir dengannya, karena sebentar lagi engkau pun akan berpisah meninggalkannya. Seorang Mukmin yg yakin dengan ganti (khalf) di dunia dan Akhirat, maka dia tidak akan pernah berbuat bakhil. Dalam sebuah riwayat, Nabi Isa as. berkata pada Iblis, “Siapa manusia yg paling engkau sukai?” Iblis menjawab, “Orang Mukmin yg bakhil.” “Lalu siapa manusia yg paling engkau benci?” tanya Nabi Isa as. Jawabnya, “Orang fasik yg pemurah.” “Mengapa?” tanya Nabi Isa as. kemudian. Iblis menjawab, “Sebab aku berharap, kebakhilan orang Mukmin yg bakhil akan menjerumuskannya pada kemaksiatan, dan aku takut orang fasik yg pemurah akan dihapus keburukannya berkat kemurahannya.”

Sibuklah dengan dunia untuk dunia. Syara’ mensyari’atkan kerja agar (hasilnya) dijadikan sebagai sarana pendukung menjalankan ketaatan pada Allah Ta’ala, tetapi engkau malah bekerja dan menggunakan hasil kerjamu untuk mendukung maksiat. Engkau tinggalkan shalat dan kebajikan. Engkau tidak pula mengeluarkan zakat. Engkau terus bermaksiat, tanpa berbuat ketaatan. Kerjamu telah menjadi layaknya seorang begal atau perampok. Sebentar lagi maut akan datang, dan orang Mukmin akan bergembira menyambutnya, sementara orang kafir dan munafik bersedih menghadapinya. Rasulullah Saw dalam sebuah riwayat bersabda:

“Jika seorang Mukmin meninggal dunia, maka ia pun berandai-andai tidak berada di dunia walaupun sesaat, karena apa yg dilihatnya dari kemuliaan Allah Ta’ala padanya.”

Mana orang taubat yg bertaubat dalam taubatnya? Mana orang yg malu dengan Tuhannya yang terus mengawasinya dalam segala kondisi? (note: disadari & diamalkan dalam muraqabah) Mana orang yg menjaga kehormatan diri dari barang² haram, dalam keadaan sepi maupun ramai? Mana orang yg menutup mata hati dan fisiknya? Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya kedua mata benar² berzina, dan zina keduanya adalah melihat hal² yg diharamkan.”

Berapa banyak sudah matamu berzina dengan memandang mahram (lain jenis yg diharamkan menikahinya) baik perempuan maupun anak². Tidakkah engkau dengar firman Allah Ta’ala:

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذٰلِكَ أَزْكٰى لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada orang laki² yg beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yg demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yg mereka perbuat.” (QS. An-Nur (24): 30)

Hai orang fakir, bersabarlah menghadapi kefakiranmu, sebab kefakiran dunia akan terputus. Rasulullah Saw bersabda:

“Hai Aisyah! Cicipilah pahit dunia demi kenikmatan Akhirat!”

Engkau tidak tahu, termasuk kategori kaum yg manakah dirimu, sengsara atau bahagia. Memang, hal ini merupakan Ilmu Allah Ta’ala dan preseden-Nya, namun engkau tidak boleh begitu saja meninggalkan ketakutan (kekhawatiran) dan pasrah pada ilmu dan preseden (ketetapan terdahulu), lalu menerjang batasan Syara’. Berusahalah mengerjakan apa yg diperintahkan padamu dan apa yg ditentukan atasmu dari pengetahuan preseden (ketetapan terdahulu) tersebut. Ini tidak bisa engkau ketahui, juga oleh orang lain, sebab termasuk hal yg ghaib.

Kaum (shaleh) melewati saja ranjang dunia dan menjauh darinya, lalu berdiri di hadapan al-Mawla Junjungan mereka dan sibuk melayani-Nya bersama pelayan²Nya (yg lain). Mereka melakukan hal tersebut sebagai pembekalan (tazawwud), bukan sebagai kenikmatan (tana’um), bahkan mereka melaksanakannya sebagai sebuah keharusan. Mereka tegakkan badan mereka untuk beribadah dan memelihara kelamin mereka dari tipu daya dan jebakan setan. Mereka berbuat demikian demi melaksanakan perintah Tuhan mereka dan mengikuti Sunnah Nabi mereka. Seluruh kesibukannya terpusat pada pelaksanaan perintah dan peneladanan Sunnah. Mereka berpegang pada ketinggian himmah (cita) dan kekuatan zuhud dalam segala hal. Ya Allah, jadikanlah kami sebagai bagian dari mereka dan anugerahilah kami sebagian barakah mereka. Aamiin.

Wahai pemuda! Selama kecintaan pada dunia masih bercokol di hatimu, maka engkau tidak akan pernah melihat sesuatu dari ahwal kaum shaleh. Selama engkau mengemis pada manusia dan menyekutukan-Nya dengan mereka, maka kedua mata hatimu tidak akan pernah bisa terbuka. Jangan berbicara sebelum engkau berzuhud menjauhi dunia dan manusia. Berusahalah! Niscaya engkau akan melihat kejadian luar biasa yg tidak dilihat oleh selainmu. Jika engkau tinggalkan apa yg menjadi hisabmu, maka akan datang padamu apa yg bukan menjadi hisabmu.

Jika engkau sandarkan diri pada Allah Ta’ala dan menguatkan sandaran itu, dalam keadaan sepi maupun dalam keramaian, maka Dia akan memberimu rezeki dari arah yg tidak engkau sangka². Tinggalkanlah dunia! Niscaya Dia akan memberimu. Zuhudlah! Niscaya Dia akan menyukakanmu. Di permulaan (dunia) meninggalkan, sedang di Akhirat mengambil. Di permulaan (dunia) mewajibkan hati untuk meninggalkan syahwat kesenangan dan dunia, sedang di Akhirat bebas menikmatinya. Yg pertama diperuntukkan bagi kaum muttaqin (orang² yg bertakwa), dan yg kedua bagi kaum abdal yg telah mencapai ketaatan pada Allah Ta’ala.

Hai orang yg riya’, munafik, dan musyrik! Jangan dekati mereka dalam soal meninggalkan perkara, sebab jumlah mereka (telah ditentukan). Jangan pula engkau cari (pelajari) ahwal mereka dalam hal yg bisa engkau tangani. Mereka menembus kebiasaan, sementara engkau justru memeliharanya, tentu saja kebiasaan bisa tertembus oleh mereka dan tidak terjangkau olehmu. Mereka bangun saat engkau tidur. Mereka puasa saat engkau berbuka. Mereka takut saat engkau merasa aman. Mereka berusaha saat engkau diam. Mereka berbuat demi Allah Ta’ala, sementara engkau berbuat demi selain-Nya. Mereka hanya menginginkan-Nya, sementara engkau menginginkan selain-Nya. Mereka memasrahkan urusan hanya pada-Nya, sementara engkau malah menentang-Nya. Mereka sudah merasa kaya dengan qadha-Nya dan memotong lisan mereka dari sikap mengeluh pada makhluk, sementara engkau tidak melakukannya. Begitu juga mereka bersabar menghadapi kepahitan, hingga bagi mereka kepahitan itu berubah menjadi manis. Pisau² takdir memotong-motong daging mereka, namun mereka tetap tidak peduli dan mengeluh perih. Itu semua karena mereka melihat Sang Pemberi perih dan kekaguman mereka pada-Nya. Bagi mereka, makhluk masih melegakan dan tidak menyebabkan perih.

Dikatakan bahwa kaum abrar, yg tidak pernah menyakiti dzarr (semut lembut) yg nyaris tak terlihat mata, mencapai Allah Ta’ala dengan ketaatan, kebaikan akhlak dalam bergaul, dan keahlian menyambung silaturahmi. Mereka berada dalam Surga Na’im, dunia dan Akhirat: di dunia, berupa kenikmatan Kedekatan, dan di Akhirat, berupa kenikmatan Surga, melihat Allah dan dekat dengan-Nya, mendengar Kalam-Nya dan mengenakan jubah kebesaran-Nya. Engkau tidak memiliki apa² dibanding mereka!

Sibukkanlah dirimu dengan bertaubat dari dosa²mu dan kekurangajaranmu kepada Tuhanmu, serta perjual-belianmu atas-Nya. Celakalah kau! Malu itu hanya pada Allah Ta’ala, bukan pada makhluk. Dia ada sebelum segala sesuatu, tetapi mengapa engkau malah malu dengan wujud baru dan berani kurang ajar dengan yg Maha Dahulu? Dia Maha Mulia, sementara selain-Nya rendah dan nista. Dia Maha Kaya dan selain-Nya fakir. Habitat-Nya memberi, sementara habitat selain-Nya menolak. Karena itu, kembalikanlah segala kebutuhanmu pada-Nya, sebab Dia lebih utama daripada selain-Nya.

Carilah petunjuk menuju-Nya lewat ciptaan-Nya. Jagalah selalu batasan² syara’ dan teruslah bertakwa. Jika engkau senantiasa (berjalan) di atas ketakwaan pada-Nya, maka Dia sendiri yg akan menunjukkan jalan-Nya kepadamu. Sibukkanlah dirimu dengan-Nya dan lupakanlah makhluk. Carilah petunjuk menuju-Nya dan mohonlah kepada-Nya. Kesampingkan dunia dan Akhirat, sebab apa yg sudah menjadi hakmu dari keduanya akan datang sendiri padamu dan tidak akan terlewatkan darimu. Meninggalkan selain-Nya akan menyucikan hatimu dari segala noda kotoran. Jika Dia tidak menunjukkan hatimu ke jalan-Nya, maka engkau mirip binatang ternak yg tidak memiliki akal. Bangun dan tinggalkanlah dunia! Kemarilah bersama orang² berakal yg dengan akalnya mereka diarahkan menuju Allah Ta’ala. Belajarlah akal dari mereka dan kenalilah dirimu serta Tuhanmu dengan sarananya.

Celakalah kau! Umurmu meleleh, namun engkau tak sadar. Sampai kapan engkau mau menolak Akhirat dan menerima dunia?

Celakalah kau! Rezekimu tidak akan dimakan oleh orang lain. Tempatmu di Surga dan Neraka pun tidak akan ditempati oleh orang lain juga. Engkau telah dikuasai oleh kelalaian dan disandera oleh hawa kesenangan. Engkau hanya memikirkan makan, minum, kawin, tidur, dan menggapai ambisi²mu. Pikiranmu itu pikiran orang² kafir dan munafik. Engkau tidak pernah kenyang, dari yg halal maupun haram. Tak pernah terlintas juga di hatimu, apakah engkau memiliki agama atau tidak.

Hai si miskin! Tangisilah dirimu sendiri. Anakmu meninggal, dan kiamat datang menimpamu, agamamu pun turut mati, tetapi mengapa engkau tak peduli dan tak menangisinya, padahal malaikat yg diserahi tugas mengawasimu, menangisimu atas kerugian besar yg mereka lihat dalam komoditas agamamu. Engkau tidak berakal. Jikalau engkau memiliki akal, tentunya engkau akan menangis atas kepergian agamamu. Kau memiliki dua modal, tetapi tak kau transaksikan. Akal dan malu adalah dua modalmu, tetapi engkau tidak pernah mengelolanya dengan baik. Ilmu yg tidak diamalkan, akal yg tidak dimanfaatkan, dan kehidupan yg tidak difungsikan bagaikan rumah yg tidak ditempati, kekayaan yg tidak diketahui, dan makanan yg tidak dicicipi.

Jika engkau tidak bisa mengetahui kondisi dirimu, maka aku mengetahuinya. Aku mempunyai cermin Syara’, yaitu hukum lahir, juga cermin pengetahuan akan Allah Ta’ala, yaitu ilmu batin. Bangunlah dari lelap kelalaian! Cucilah mukamu dengan air kesadaran! Lalu amatilah dirimu, Muslim atau kafirkah, Mukmin atau munafik, pentauhid atau penyekutu, riya’ atau mukhlish, penurut atau pembelot, ridha atau benci? Allah Ta’ala tidak mempedulikan apakah engkau ridha atau marah, karena mudharat dan manfaat keduanya terpulang pada dirimu sendiri.

Maha Suci Dzat Yang Maha Mulia, Lembut, dan Pemurah. Semua di bawah kasih dan kemurahan-Nya. Jikalau Dia tidak Lembut dan Kasih pada kita, niscaya kita akan binasa. Jikalau setiap orang membanding-bandingkan perbuatan-Nya, niscaya kita semua akan binasa.

Wahai pemuda! Engkau mengangankan Allah dalam ibadahmu dengan tetap memelihara kelalaian, riya’, dan kemunafikanmu. Kau cari anugerah kemuliaan-Nya padamu dengan mengumpulkan kaum shaleh, tetapi engkau tetap melestarikan kerusakanmu. Untuk apa kau menyebut-nyebut mereka dan mengaku mengenal mereka, hai orang yg tersesat jalan, gelandangan, dan keluar dari lingkaran para mukhlishin dan para muwahhidin!

Celakalah kau! Menangislah, hingga Dia (berkenan) menangis bersamamu. Duduklah (tenang) dalam (kubang) musibah yg menimpamu dan pakailah baju duka cita hingga Dia (berkenan) duduk bersamamu. Engkau adalah orang yg terhalang dari-Nya, tetapi engkau tidak menyadari. Seorang shaleh menuturkan: “Celakalah orang² yg terhalang, namun tidak menyadari bahwa diri mereka terhalang.”

Celakalah! Apa yg ada di hatimu? Apa yg kau pikirkan? Kepada siapa kau mengadu? Pada siapa kau memohon? Dengan siapa kau tidur? Jika berada dalam kesulitan, siapa yg kau percayai? Bicaralah padaku. Aku sudah tahu kebohongan dan kemunafikanmu. Bagiku, engkau dan seluruh makhluk adalah seperti kutu busuk. Hanya orang yg jujur (shadiq) dari kalian saja yg kulayani. Jika dia ingin membawaku ke pasar, lalu menjualku atau menjadikanku sebagai jaminan utang, silahkan! Jika ia ingin mengambil bajuku dan apa saja yg kumiliki atau menyuruhku meminta-minta, silahkan! Adapun engkau tak memiliki kejujuran, juga iman dan tauhid. Lalu apa yg harus kulakukan padamu? Aku hanya akan membelah-belahmu, karena engkau adalah kayu bakar yg hanya pantas dimasukkan ke dalam api.

Wahai manusia! Dunia akan menghilang, umur akan binasa, dan Akhirat begitu dekat denganmu, tetapi sedikit pun engkau tak pernah memikirkannya. Pikiranmu hanya melulu dunia dan menumpuk-numpuknya. Kalian ini musuh² nikmat Allah Ta’ala. Karunia yg jelek kalian beberkan, semantara yg bagus kalian tutup-tutupi. Ingat! Jika kalian tutup-tutupi nikmat Alah dan tidak kalian syukuri, maka Dia akan merampasnya lagi dari kalian. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ketika Allah Ta’ala menganugerahkan kenikmatan pada seorang hamba-Nya, maka Dia suka jika nikmat itu diperlihatkan olehnya.”

Kaum (shaleh) hanya memiliki satu visi. Mereka keluarkan segala sesuatu dari hati mereka dan hanya menempatkan satu hal saja disana. Mereka memurnikan ibadah mereka dari riya’ (biar dilihat), sum’ah (biar didengar), dan kemunafikan. Mereka merealisasikan kesungguhan penghambaan pada Tuhan mereka, sementara kalian adalah hamba² manusia, budak riya’ dan kemunafikan, budak hawa nafsu, kesenangan, dan sanjungan. Tidak ada di antara kalian yg mampu merealisasikan kesungguhan penghambaan kecuali hanya mereka yg dikehendaki oleh Allah Ta’ala, yaitu sosok² manusia pilihan. Si ini menyembah dunia, dia mencintai kelanggengannya dan takut akan kehilangannya. Si ini menyembah manusia, dia takut dan berharap pada mereka. Si ini menyembah Surga, dia harapkan kenikmatannya dan tidak mengharapkan Sang Penciptanya. Si itu menyembah Neraka, dia hanya takut padanya dan tidak takut pada Yang Menciptakannya. Apalah nilai manusia, Surga, Neraka, dan segala selain-Nya? Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ ۚ وَذٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yg lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yg demikian itulah agama yg lurus.” (QS. Al-Bayyinah (98): 5)

Orang² yg ‘arif dan mengetahui-Nya hanya menyembah-Nya, tanpa selain-Nya. Mereka memberi hak masing² kepada ketuhanan dan penghambaan. Mereka menyembah-Nya demi menjalankan perintah-Nya serta demi kecintaan pada-Nya, bukan karena tendensi lain. Mereka hanya memperhatikan-Nya dan mengesampingkan selain-Nya. Kalian adalah bentuk tanpa ruh. Kalian adalah lahir, sementara kaum shaleh adalah batin. Kalian bangunan, sedang mereka adalah isi bangunan. Kalian terang-terangan, sedang mereka rahasia. Mereka adalah pengawal para Nabi, baik di sisi kanan dan kiri, maupun di depan dan belakang mereka. Sisa² makanan dan minuman mereka diperuntukkan bagi kaum ini. Mereka beramal menurut ilmu yg diajarkan oleh para Nabi, sehingga kewarisan (al-waratsah) dari para Nabi menjadi status mereka. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ulama adalah pewaris para Nabi.”

Karena mereka mengamalkan ilmu yg diajarkan oleh para Nabi, maka mereka adalah pengganti para Nabi, pewaris, dan deputi mereka.

Celakalah! Jangan engkau datang hanya sekadar membawa ilmu. Sebagaimana tak bergunanya klaim pengakuan tanpa bukti, maka tak berguna pula ilmu tanpa amal. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ilmu memanggil-manggil amal jika ia menjawab (menanggapi)nya, jika tidak, maka ia akan pergi.”

Artinya, hilanglah barakah ilmu dan hanya tinggal pengkajiannya, serta hilang pula esensinya dan hanya tinggal kulitnya. Hai orang² yg meninggalkan aktualisasi ilmu! Engkau hanya canggih membuat syair dengan segala ungkapan, kefasihan, dan balaghah-nya, namun sepi dari amal nyata dan keikhlasan.

Jikalau kau tata hatimu, niscaya anggota badanmu akan ikut tertata, sebab hati adalah raja anggota badan, sehingga jikalau hati tertata rapi, maka rakyat pun ikut tertata. Ilmu adalah kulit, dan amal adalah isi. Kulit perlu dijaga agar isi terjaga, dan isi harus dijaga agar bisa diperas menjadi minyak. Jika di dalam kulit tidak ada isi, maka apa yg bisa diperbuat dengannya? dan jika tidak ada minyak dalam isi, apa pula yg bisa diperbuat? Ilmu akan hilang dengan hilangnya amal, lalu untuk apa kau susah² menghapal dan mempelajarinya jika tanpa amal?

Hai orang alim! Jika engkau menginginkan kebaikan dunia dan Akhirat, maka amalkanlah ilmu dan ajari manusia. Kau juga, hai orang kaya! Jika kau mengharap kebaikan dunia dan Akhirat, maka santunilah kaum fakir dengan sebagian hartamu. Rasulullah Saw. bersabda:

“Manusia adalah anak² tanggungan Allah, dan manusia yg paling dicintai oleh Allah adalah mereka yg paling berguna bagi anak² tanggungan-Nya.”

Maha Suci Dzat Yang Membuat orang saling membutuhkan. Dia memiliki ketentuan hukum dalam hal ini. Hai orang kaya! Jika engkau lari dariku, maka akan kuambil darimu sebagian yg kau miliki. Kebaikan dari Allah akan datang padaku dan Dia akan membuatku kaya, hingga aku tak membutuhkan kalian lagi, bahkan akan membuat kalian membutuhkanku.

Setiap kali Nabi Ibrahim as. melihat minimnya kesabaran orang fakir, Beliau langsung berdoa, “Ya Allah, lapangkanlah dunia bagi kami dan zuhudkanlah kami di dalamnya. Jangan cintakan kami padanya (dunia), niscaya kami binasa mencarinya. Ya Allah, kasihanilah kami dalam qadha dan qadar-Mu.” Aamiin Yaa Mujiibassaa’iliin. []

30. Mengakui Nikmat-nikmat Allah

Majelis ke-30:
“Mengakui Nikmat² Allah”

Pengajian pagi 106 Jumadi al-Akhirah 545 H. di Ribath.

Beruntunglah orang yg mengakui kenikmatan² Allah di hadapan-Nya dan menyandarkan semua hanya pada-Nya. Dia tanggalkan dirinya, sarana² (duniawi), serta daya dan kekuatannya. Orang berakal adalah orang yg tidak menghitung-hitung amalan pada Allah dan tidak pula meminta balasan dari-Nya dalam segala kondisi.

Celakalah! Engkau sembah Allah Ta’ala tanpa landasan ilmu. Engkau juga berzuhud tanpa ilmu, dan engkau ambil pula dunia tanpa ilmu. Itu adalah hijab di balik hijab, murka di atas kemurkaan. Engkau tidak bisa membedakan antara yg baik dan yg buruk, juga yg positif dan negatif bagimu. Engkau tidak pula mengetahui kawan dan lawan. Semua itu karena ketidakmengertianmu akan hukum Allah Ta’ala dan kemungkiranmu dari khidmat melayani para Syaikh. Syaikh² amal dan ilmu-lah yg bisa menunjukkanmu pada jalan Allah Ta’ala. Ucapan dahulu, baru tindakan.

Dengan ilmu, engkau akan sampai pada Allah Ta’ala dan tidak ada orang yg sampai pada Allah Ta’ala kecuali dengan iimu, zuhud menjauhi keduniaan dan berpaling darinya dengan segenap hati dan qalib (fisik). Seorang mutazahhid mengeluarkan dunia dari tangannya, sementara pezuhud sejati yg benar² berzuhud mengeluarkannya dari dalam hatinya. Mereka berzuhud meninggalkan dunia dengan segenap hati mereka, sehingga zuhud kemudian menjadi karakter mereka yg sudah mendarah-daging dalam lahir dan batin mereka. Api tabiat mereka telah padam, hawa kesenangan mereka telah terpecah-pecah, nafsu mereka diam dan tenang, serta keburukannya pun telah hilang.

Wahai pemuda! Zuhud model ini bukanlah keterampilan yg dipelajari, dan bukan pula sesuatu yg kau ambil, lalu kau buang. Akan tetapi, ia adalah jenjang langkah demi langkah yg dimulai dengan menatap wajah dunia. Dilihatnya dunia sebagaimana rupa dunia yg dilihat oleh orang² terdahulu dari para Nabi dan Rasul, juga para wali dan abdal yg setiap zaman tidak pernah kosong dari mereka.

Pandangan mereka atas dunia sah dengan mengikuti para pendahulu dalam ucapan dan tindakan mereka. Maka jika engkau juga mengikuti mereka, tentunya engkau akan melihat apa yg mereka lihat. Jika engkau ikuti jejak mereka (para wali dan kaum shaleh) dalam sinergi ucapan dan tindakan, sepi dan keramaian, ilmu dan amal, rupa dan substansi, puasa seperti puasa mereka, shalat seperti shalat mereka, mengambil seperti pengambilan mereka (atas duniawi), mungkir seperti kemungkiran mereka (dari duniawi), dan mencintai mereka, maka Allah Ta’ala akan menganugerahimu cahaya.

Dengan cahaya itu, engkau bisa melihat dirimu dan selainmu dengan jelas. Segala cela keburukanmu dan keburukan makhluk juga akan terlihat jelas, hingga kemudian engkau bisa berzuhud memungkiri diri dan segenap manusia. Jika hal itu telah nyata, maka cahaya² kedekatan-Nya akan datang ke dalam hatimu. Engkau akan menjelma menjadi seorang Mukmin yg yakin, ‘arif, dan alim. Engkau akan dapat melihat segala sesuatu, dalam bentuk rupa dan substansinya. Engkau juga akan melihat dunia sebagaimana yg dilihat oleh para pendahulu dari kalangan pezuhud dan pemungkir (dunia).

Engkau akan melihatnya berupa seorang renta yg awut-awutan dan buruk rupa. Bagi para pezuhud, dunia berwujud demikian, sementara bagi para raja, dunia adalah seperti pengantin cantik yg tampil mempesona, sedangkan bagi kaum shaleh, dunia adalah sosok hina dina. Mereka membakar rambut dan pakaiannya, menggores mukanya, dan mengambil bagian² mereka darinya karena keterpaksaan dan keharusan, dengan tetap konsisten menyandingi Akhirat.

Wahai pemuda! Jika kezuhudanmu atas dunia sudah benar, maka berzuhudlah dalam ikhtiar (usaha)mu dan pada makhluk. Jangan takut pada mereka, dan jangan pula berharap pada mereka. Jangan terima sedikit pun segala yg diperintahkan nafsu dirimu, kecuali setelah turunnya perintah Allah Ta’ala, yg biasanya turun di hatimu dengan jalan ilham atau mimpi. Lalu engkau lari dan menentang dari semua makhluk. Jika fisikmu diam (tenang), maka itu berarti tidak ada ‘ibrah (peringatan) bagimu, dan yg demikian tidak membahayakan, jika hatimu tenang.

‘Ibrah (peringatan) akan merupakan bencana besar, bila tanpa ketenangan hati. Engkau tidak bisa tenang, hingga hawa nafsu, tabiat, dan segala selain Junjunganmu mati. Ketika itulah, engkau akan hidup (kembali) dengan kedekatan-Nya, artinya mati dan hidup kembali. Kemudian jika Dia berkehendak, maka Dia akan membangkitkanmu kembali hanya untuk-Nya.

Dia akan mengembalikanmu ke tengah² makhluk manusia demi kemaslahatan membimbing mereka menuju pintu-Nya. Ketika itu akan muncul dalam dirimu kecenderungan pada dunia dan Akhirat yg terus mendorongmu untuk mengambil bagian²mu dari keduanya, sekaligus akan datang padamu kekuatan untuk melawan manusia, hingga engkau bisa membimbing mereka keluar dari kesesatan dan engkau bisa pula melaksanakan perintah-Nya di tengah² mereka.

Jika engkau tidak menginginkan hal tersebut (menjalani tugas dakwah di tengah manusia), maka kedekatan bersama-Nya sudah cukup bagimu. Engkau memang tidak akan puas (senang) dengan makhluk setelah memperoleh (kedekatan bersama) Sang Pencipta yg membentuk segala sesuatu sebelum (sesuatu tersebut) berwujud, dan Dia memang Maha Ada sebelum segala sesuatu, Maha Membentuk segala sesuatu, dan Maha Ada setelah segala sesuatu. Dosa kalian bagaikan curah hujan, maka sebagai imbangannya, taubat kalian harus dilakukan setiap saat.

Celakalah! Kau orang yg kurang ajar, hura², berbirahi tinggi, dan gemar berpuas diri. Pandanglah kubur² yg lenyap (tertelan bumi) dan ajak bicara penghuninya dengan bahasa iman, maka mereka akan memberitahukan kepadamu ahwal (keadaan) mereka di kubur.

Wahai pemuda! Engkau klaim iradah Allah Ta’ala dan keinginan para Wali-Nya. Aku tidak akan bergaul denganmu. Aku juga tidak akan membuat perhitungan denganmu. Atas izin Allah Ta’ala akan kupotong leher orang² munafik yg berbohong dalam segala ucapan dan tindakan mereka. Aku juga telah membuat perhitungan dengan para Syaikh berkali-kali, hingga aku layak memegang fungsi pengawasan (hisbah).

Hai penduduk bumi! Kalian buat adonan amalan kalian tanpa garam. Kemarilah dan ambil garam ini untuk adonan tersebut, hai pembeli garam. Hai orang² munafik! Adonan kalian tanpa garam beragi, padahal adonan itu membutuhkan ragi. Ragi adalah ilmu, sementara garam adalah ikhlas. Hai orang munafik! Engkau teradoni kemunafikan. Sebentar lagi, kemunafikanmu akan berubah menjadi api (Neraka). Sucikanlah hatimu dari kefanaan, niscaya engkau akan selamat.

Jika hatimu sudah suci, maka seluruh anggota badanmu juga ikut suci. Hati adalah panglima badan. Jika dia lurus, maka mereka akan lurus pula. Jika hati dan fisik badan sudah lurus, maka sempurnalah amr seorang Mukmin. Ia akan menjadi penggembala keluarganya, tetangganya dan seluruh penduduk kampungnya. Kedudukannya terangkat sesuai kadar kekuatan iman dan kedekatannya dengan Allah Ta’ala.

Wahai manusia! Bagus²lah berinteraksi dengan Allah Ta’ala dan hati²lah dengan-Nya. Kerjakanlah amal atas dasar hukum-Nya, sebab Dia membebanimu kewajiban amal dengan ketentuan hukum-Nya. Kerjakanlah ketentuan hukum ini dan tunaikanlah hak-Nya. Jika kau kerjakan amal dengan ketentuan tersebut, maka Dia akan membimbingmu mengerjakan amalan tersebut dan membawamu masuk pada orang yg kau dedikasikan amalanmu pada-Nya. Di sana, akan kau pelajari ilmu yg belum pernah kau ketahui sebelumnya. Dengan demikian, kau bersama (berinteraksi pada)-Nya dengan ilmu-Nya dan bersama (berinteraksi pada) manusia dengan hukum-Nya.

Jika kau sudah mengamalkan yg pertama, maka carilah yg kedua. Dengan kata lain, jika jejak² kakimu sudah kokoh memijak yg pertama, maka barulah kau cari yg kedua. Dengan ghulam (guru muda) saja kau belum bertemu, bagaimana kau mau langsung bertemu ustadz. Kembalilah ke belakang dan gunakan akalmu. Pelajari ilmu dahulu, baru kemudian amalkat dan ikhlaskan!

Rasulullah Saw. bersabda:

“Belajarlah agama dahulu, baru kemudian uzlahlah.”

Orang Mukmin adalah orang yg mempelajari apa yg wajib baginya, baru kemudian mengucilkan diri dari manusia dan menyepi beribadah menyembah Tuhannya. Dia mengetahui (seluk-beluk) manusia, hingga ia membenci mereka, dan dia juga mengetahui Allah Ta’ala, hingga ia mencintai-Nya, mencari dan berkhidmat melayani-Nya. Dia di ikuti oleh makhluk manusia, karena itu dia lari dan mencari selain mereka, berzuhud menjauhi mereka, dan menyukai selain mereka. Dia tahu bahwa tidak ada (kuasa) kemudharatan dan kemanfaatan, baik dan buruk di tangan mereka, dan jika pun berlaku sesuatu dengan tangan (kuasa) mereka, maka itu tetap dari Allah Ta’ala adanya, bukan dari mereka.

Karena itu, dia berpandangan bahwa menjauhi mereka lebih baik daripada mendekati mereka. Dia kembali ke asal, dan meninggalkan cabang. Dia mengetahui bahwa cabang banyak, sementara asal hanya satu, maka dia pegangi yg satu ini. Dia tatap cermin pikir, dan dilihatnya berdiri di satu pintu lebih baik daripada berdiri di banyak pintu, maka ia pun kemudian berhenti pada-Nya dan memegangi-Nya. Orang Mukmin yg yakin, mukhlis, dan berakal di anugerahi akal tertinggi (‘aql al-‘uqul). Karena itu, dia lari menghindari manusia dan mengesampingkan mereka. []

31. Amarah Yang Terpuji dan Tercela

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-31:
“Amarah Yang Terpuji dan Tercela”

Pengajian sore 18 Jumadi al-Akhirah 545 H. di Madrasah.

Kemarahan jika memang di dedikasikan demi Allah Ta’ala, maka ia adalah sesuatu yg terpuji, dan jika demi orang lain maka ia tercela. Orang Mukmin akan mengamuk karena Allah Ta’ala, bukan karena dirinya, demi kemenangan agama-Nya, dan bukan demi kemenangan dirinya sendiri. Ia berang ketika terjadi pelanggaran atas satu batas dari sekian batasan² Allah sebagaimana marahnya macan ketika (para pemburu) mengambil mangsanya, dan tentu saja, Allah pun ikut murka karena kemurkaannya dan ridha menerima karena keridhaannya.

Jangan memperlihatkan kemarahan karena Allah, padahal itu adalah kemarahan dirimu sendiri, niscaya engkau menjadi munafik dan yg sejenisnya, sebab apa yg menjadi milik Allah bersifat sempurna, kekal, dan bertambah, sementara selain-Nya berubah dan aus. Jika kau lakukan suatu perbuatan, maka hilangkan hawa nafsu dan setanmu darinya, dan jangan melakukannya kecuali hanya karena Allah Ta’ala dan sebatas melaksanakan perintah-Nya.

Jangan melakukan apa pun kecuali dengan dasar perintah yg pasti dari Allah, baik melalui syara’ maupun ilham dari Allah Ta’ala yg masuk ke dalam hatimu dengan tetap mengacu pada syara’.Berzuhudlah menjauhi diri, manusia, dan dunia, niscaya Dia akan melegakanmu dari kesesakan makhluk. Senangilah keintiman dengan Allah Ta’ala dan kenyamanan berdekatan dengan-Nya. Tidak ada keintiman kecuali keintiman dengan-Nya dan tidak ada kenyamanan pula kecuali saat bersama-Nya, setelah suci dari kotoran kotoran hawa nafsu dan wujud (tabiat)mu.

Senantiasalah bersama kaum shaleh, niscaya kau akan tersokong oleh sokongan mereka, melihat dengan penglihatan mereka, dan Dia juga akan membangga-banggakanmu sebagaimana Dia membangga-banggakan mereka. Kau di bangga-banggakan Sang Maharaja (Allah) di antara sekian penguasa. Bersihkanlah hatimu dari siapa saja selain-Nya, sebab dengan hati yg bersih, kau bisa melihat apa saja selain-Nya, atau secara globalnya, kau akan melihat-Nya, lalu dengan izin-Nya akan kau lihat pula perbuatan²Nya terhadap makhluk. Sebagaimana tidak diperbolehkan menghadap raja² dengan penampilan kotor, maka jangan menghadap Sang Maharaja, yaitu Allah Ta’ala dengan membawa kotoran batinmu.

Kau laksana air yg penuh dengan sampah kuning, lalu apa yg bisa Dia karyakan padamu. Tumpahkanlah isi di dalamnya dan bersihkan, baru setelah itu kau boleh masuk menghadap para raja. Di hatimu ada maksiat, ketakutan pada makhluk, pengharapan pada mereka, dan kecintaan pada dunia seisinya. Semua itu adalah najis/ kotoran hati. Jangan bicara hingga nafsumu mati, lalu kau usung ia ke dalam keranda kejujuranmu.

Baru ketika itulah, Dia tidak akan menghiraukan lagi resepsi penerimaanmu atas manusia. Adapun selama kau masih memiliki wujud mereka dan masih memandang mereka (sebagai penyebab manfaat dan mudharat), maka jangan ulurkan tanganmu, menerima mereka. Jangan pula bicara, hingga kau alami kekaguman akan kedekatan-Nya, sebab kau justru akan sibuk dengan mereka dan terlena dengan ciuman mereka di tanganmu, serta disibukkan pula dengan pemberian dan ketidakmemberian mereka, juga pujian dan cela mereka.

Jika taubat sudah benar, maka iman pun menjadi benar dan bertambah. Menurut kalangan Ahlus Sunnah, iman bisa bertambah dan berkurang, bertambah oleh ketaatan dan berkurang oleh kemaksiatan. Ini baru dalam konteks kaum awam. Adapun bagi kaum khash (khusus), iman mereka akan bertambah dengan penafian manusia dari dalam hati mereka, dan akan berkurang dengan masuknya mereka ke dalamnya. Dengan kata lain, iman kaum khash bertambah dengan ketenangan mereka bersama Allah, dan berkurang dengan ketenangan mereka bersama selain-Nya.

Hanya pada Tuhan, mereka berserah diri. Hanya dengan-Nya mereka bertakwa. Hanya pada-Nya mereka bersandar. Hanya dengan-Nya mereka takut, dan hanya kepada-Nya mereka menggantungkan harapan. Mereka mengEsakan dan menyandarkan diri hanya pada-Nya, serta tidak menyekutukan-Nya. Atas hal demikian ini, mereka pun sering difitnah oleh orang² jahil, bahwa tauhid mereka hanyalah di dalam hati, sementara perputaran mereka dengan makhluk ada di dalam lahir mereka. Mereka inilah yg dinyatakan dalam firman:

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُونَ قَالُوا سَلٰمًا

“Dan hamba² Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang² yg berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang² jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata² (yg mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan [25]: 63)

Kau harus bersikap diam dan tabah menghadapi keusilan orang jahil dan letupan² hawa nafsu serta tabiat mereka. Jika mereka melakukan kemaksiatan pada Allah Ta’ala, maka jangan diam, sebab diam dalam hal ini haram. Bicara (dalam hal ini) menjadi ibadah dan meninggalkannya disebut maksiat. Jika kau mampu melaksanakan amar makruf nahi munkar, maka jangan lamban melaksanakannya, sebab ia adalah gerbang kebajikan yg dibuka di depan mukamu, maka cepat²lah kau masuk ke dalamnya.

Nabi Isa as. makan rumput² padang pasir dan minum air selokan, serta bermukim di gua² dan reruntuhan rumah. Jika tidur, dia berbantalkan sebuah batu cadas atau lengannya. Seorang Mukmin seharusnya berbuat demikian, serta berobsesi menemui Tuhannya dengan (menuruti) jejak (Nabi Isa as.) ini. Jika memang dia memiliki bagian (rezeki) duniawi, dia tetap tidak akan berubah. Bagian itu sendirilah yg datang padanya (tanpa dicari-carinya), lalu dia hanya akan memakai sekadarnya untuk lahirnya, dan menyempurnakannya dengan diri dan hatinya bersama Allah Ta’ala di atas kekekalan pertama. Memang, ketika kezuhudan sudah menancap kuat di dalam hati, maka dia tidak akan berubah oleh datangnya duniawi dan pengambilan bagian² (rezeki)nya.

Jikalau seorang Mukmin masih mencintai dunia dan penghuninya, juga kesenangan dan kelezatannya, maka dia juga tidak kuasa bersabar sedetik pun (untuk berpisah) darinya, serta sibuk mengurusinya siang dan malam, sampai² dia tidak beribadah dan berdzikir mengingat Allah Ta’ala serta mentaati-Nya, maka Allah akan memperlihatkan cela² keburukan dirinya hingga dia kemudian bertaubat dan menyesali segala pelanggaran yg dilakukannya pada hari²nya yg kosong. Allah juga akan memperlihatkan padanya cela² keburukan dunia melalui Alkitab dan Sunnah, serta para Syaikh, hingga kemudian kezuhudan datang padanya. Setiap kali terlihat satu cela, muncul cela² lain dalam pandangannya.

Dia pun tersadar bahwa dunia memang fana, usianya hanya tinggal beberapa saat lagi, kenikmatannya semu dan keindahannya juga memudar, kelakuannya kurang ajar dan tangannya haus darah, bicaranya racun, dia termasuk penggemar makan dan minum, serta tidak memiliki rujukan, asal, ataupun masa, dan berdiri di sana bagaikan mendirikan bangunan di atas air. Karena itu, dia (si Mukmin) pun tidak mengambil dunia sebagai rumah hatinya, akan tetapi dia kemudian naik setingkat dan menguatkan pijakannya, maka dia pun lalu mengenal Allah Ta’ala.

Dia juga tidak mengambil Akhirat sebagai rumah hatinya, tetapi menjadikan kedekatannya dengan al-Mawla Junjungannya sebagai habitatnya, di dunia dan Akhurat. Di sanalah dia membangun rumah untuk nurani dan hatinya, maka ketika itulah tidak mudharat baginya membangun dunia, meski seribu rumah sekalipun, sebab dia membangun untuk selain-Nya, bukan untuk-Nya. Dalam hal ini, dia sekadar menjalankan perintah Allah Ta’ala, dan menuruti qadha dan qadar-Nya.

Dia membangun (dunia) demi melayani manusia dan memberikan kenyamanan bagi mereka, memberikan penerangan dalam kegelapan, dan memberikan masakan serta roti tanpa dia memakannya sebiji sawi pun. Ia mengkonsumsi makanan khusus yg tidak disantap bersama selain-Nya. Ia hanya berbuka menyantap makanannya sendiri, dan berpuasa menahan lapar pada makanan orang lain. Seorang ahli zuhud berpuasa dari makan dan minum, sementara orang ‘arif berpuasa dari yg tidak dikenalnya, meski selapar apa pun. Dia juga tidak makan tanpa suapan dokternya. Deritanya adalah kejauhan, dan obat penyembuhnya adalah kedekatan (bersama-Nya).

Puasa ahli zuhud hanya di siang hari, sementara puasa kaum ‘arif siang dan malam. Dia tidak berbuka membatalkan puasanya agar dia tetap bersama Tuhannya. Kaum ‘arif berpuasa dahr (sepanjang masa) dan terus-menerus demam. Dia berpuasa dahr di hatinya dan demam di nuraninya. Adapun kesembuhannya hanyalah bertemu dengan Tuhannya dan berdekatan dengan-Nya.

Wahai pemuda! Jika kau inginkan kebahagiaan, maka keluarkanlah makhluk dari dalam hatimu. Jangan takut pada mereka dan jangan mengharap pada mereka. Jangan pula merasa intim dan tenang bersama mereka. Larilah dari semuanya dan muntahkanlah mereka seolah mereka adalah bangkai² kering. Jika hal ini telah kau lakukan dengan baik, maka kau akan memperoleh ketenangan saat berdzikir menyebut Allah Ta’ala serta merasa kacau saat menyebut selain-Nya. []

32. Melaksanakan Perintah dan Menjauhi Larangan

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-32:
“Melaksanakan Perintah dan Menjauhi Larangan”

Pengajian Jumat pagi, 21 Jumadi al-Akhirah 545 H. di Madrasah.

Jalankanlah perintah dan jauhi larangan, bersabarlah menghadapi musibah, dan mendekatlah (pada-Nya) dengan amalan² sunnah. Kau disebut sadar dan aktif (mustayqizhan ‘amilan), karena pencarianmu akan taufik dari Tuhanmu, disertai usaha keras dan meninggalkan hal yg membebani kehadiranmu di pintu amal. Mohonlah pada-Nya dan nistakan diri di hadapan-Nya, hingga Dia menyediakan sarana² ketaatan bagimu, sebab jika Dia menghendaki sesuatu atasmu, maka Dia akan menyediakan sarananya.

Dia memerintahkanmu untuk cepat² datang dari tempatmu berada dan Dia akan melimpahkan taufik-Nya dari tempat-Nya berada. Perintah di sini adalah lahir, dan taufik adalah batin. Larangan bermaksiat juga lahir, dan pemeliharaan diri darinya adalah batin. Berkat taufik-Nya, kau konsisten menjalankan, berkat pemeliharaan dan lindungan-Nya kau meninggalkan, dan berkat kekuatan-Nya kau bersabar.

Hadirlah ke majelisku dengan akal, konsistensi, niat, tekad (‘azimah), seraya menghilangkan buruk sangka padaku dan menggantinya dengan kebaikan prasangka, maka ceramah yg kusampaikan akan bermanfaat bagimu dan kau akan memahami makna²nya.

Hai penuduhku! Semua yg kugeluti dan jalani akan jelas bagimu kelak. Jangan bersesak menyaingiku, sebab hatimu akan takluk dan kalah. Beban dunia di atas kepalaku, beban Akhirat di atas hatiku, dan beban Allah Ta’ala di atas nuraniku, apakah aku butuh orang yg membantu? Siapa yg merasa baik, majulah ke hadapanku dan siapa yg berani membahayakan kepalanya, maka pujilah Allah Ta’ala. “Terima kasih! Aku tidak membutuhkan bantuan siapa pun selain Allah Ta’ala.

Gunakanlah akal kalian dan bersikap santunlah dengan kaum (shaleh), sesungguhnya mereka adalah niza’ al-asha’ir, sumber daya bagi negara dan warga. Karena mereka, bumi masih tetap terpelihara. Jika tidak ada mereka, apa yg bisa dijaga oleh riya’, kemunafikan, dan kesyirikan kalian, wahai orang² munafik, musuh² Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta kalian, wahai kayu bakar Neraka!

Ya Allah, anugerahkan taubat padaku dan pada mereka. Ya Allah, sadarkanlah aku dan mereka. Kasihanilah aku dan mereka. Jika memang suatu keharusan, maka kosongkanlah hati dan anggota badan kami hanya untuk-Mu. Fisik anggota badan untuk keluarga dan anak² dalam urusan keduniaan, sementara jiwa (nafs) untuk Akhirat, dan hati (qalb) serta nurani hanyalah untukmu. Aamiin.

Wahai pemuda! Tidak akan ada sesuatu pun yg kau peroleh kecuali dari dirimu sendiri. Kokohkanlah pintu amal hingga ia mendirikan bangunan untukmu, begitu juga taufik. Engkau hanyalah pekerja, sementara taufik adalah alat kerja, dan majikannya adalah Allah Ta’ala. Dia telah memerintahkanmu untuk segera mentaati-Nya dan hanya dari-Nyalah taufik.

Celakalah! Kau membelenggu dirimu dengan ketakutan pada makhluk dan pengharapan padanya. Singkirkanlah belenggu² ini dari kedua kakinya (nafs), maka ia (nafs) akan bangkit berkhidmat melayani Allah Ta’ala dan tenang di hadapan-Nya. Zuhudkanlah nafsu dirimu dari dunia, syahwat kesenangan, istri, dan dari segala yg ada di dalamnya. Jika memang dalam preseden (ketetapan terdahulu), dia ditentukan memiliki sesuatu dari hal² tersebut, maka sesuatu itu sendiri yg akan mendatanginya tanpa perlu kau suruh dan kau cari.

Dengan demikian, di hadapan Allah Ta’ala, kau disebut sebagai pezuhud dan Dia akan memandangmu dengan mata kemuliaan seraya membawakan bagian yg tak terlewatkan, namun selama kau bergantung pada daya kekuatanmu, juga apa yg kau miliki, maka tidak akan datang sesuatu pun dari keghaiban ini. Seorang shaleh menuturkan, “Selama di saku masih ada sesuatu, maka tidak akan datang sesuatu pun dari keghaiban.”

Ya Allah, kami berlindung pada-Mu dari kepasrahan pada sarana² dan keterpakuan bersama kegilaan, hawa kesenangan, dan kebiasaan. Kami berlindung pada-Mu dari keburukan dalam segala kondisi.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201). []

33. Melihat Allah pada Hari Kiamat

Majelis ke-33:
“Melihat Allah pada Hari Kiamat”

Pengajian Ahad pagi, 23 Jumadi al Akhirah 343 H di Ribath.

Barangsiapa pernah melihat orang yg mencintai Allah Ta’ala, maka dia melihat orang yg telah melihat Allah Ta’ala dengan hatinya dan masuk menghadap-Nya dengan nuraninya. Allah Ta’ala adalah Yang Maha Ada dan terlihat. Rasulullah Saw. bersabda:

“Kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana melihat matahari dan bulan dan kalian juga tidak akan keliru melihat-Nya.”

Sekarang (di dunia) kita hanya melihat-Nya dengan mata hati, akan tetapi kelak (di Akhirat) kita akan melihatnya sendiri dengan mata kepala.

Orang² yg mencintai-Nya hanya ridha dengan-Nya, dan menafikan selain-Nya. Mereka meminta tolong pada-Nya dan merasa menang atas selain-Nya. Pahit kefakiran merupakan anugerah kenikmatan yg terasa manis bagi mereka. Kekayaan mereka berada dalam kefakiran. Kenikmatan mereka berada dalam penderitaan.

Keramahan mereka berada dalam kebuasan. Kedekatan mereka berada dalam kejauhan, dan kenyamanan mereka berada dalam keletihan. Betapa beruntungnya engkau, hai orang yg sabar dan ridha, hai orang² yg lebur binasa dari hawa nafsunya!

Wahai manusia! Turutilah Dia dan ridhalah menerima perbuatan²Nya atas diri kalian dan selain kalian. Jangan berlagak alim dan berakal di hadapan orang yg lebih berakal daripada kalian. Allah Ta’ala berfirman:

وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)

Berdirilah di hadapan-Nya dengan ketakberdayaan akal dan ilmu kalian, agar kalian memperoleh ilmu-Nya. Bimbanglah dan jangan memastikan dulu. Bimbanglah di hadapan-Nya hingga kalian memperoleh ilmu-Nya. Bimbang dulu, baru kau peroleh ilmu, selanjutnya akan kau dapatkan maklumat. Maksud dulu, baru mencapai maksud. Ingin dulu, baru memperoleh keinginan.

Simak dan ketahulah, aku pelintir tali kalian yg longgar dan kusambung pula yg terputus darinya. Aku tidak memiliki masalah selain masalah kalian. Aku juga tidak memiliki mendung kedukaan selain kedukaan kalian. Aku selalu terbang, dan di mana pun aku turun, di situlah kutemukan (kalian). Memang, untuk mengurus kalian dibutuhkan lemparan batu², hai orang² yg hanya berpangku tangan, terbelenggu nafsu dan terpenjara hawa kesenangan!

Ya Allah, kasihilah hamba dan kasihilah pula mereka! []

34. Larangan Takabur

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-34:
“Larangan Takabur”

Kaum (shaleh) sibuk bekerja keras untuk mewujudkan kesejahteraan bagi manusia. Mereka adalah orang² yg mendapat hibah dan menghibahkan. Mereka mendapatkan hibah berupa kemurahan Allah Ta’ala dan rahmat-Nya, untuk kemudian menghibahkannya pada fakir miskin yg hidup tercekik. Mereka membayarkan hutang para kreditor yg tidak mampu membayarnya. Mereka adalah raja, namun bukan raja dunia, sebab raja (dunia) mendapat karunia, tetapi tidak mau berhibah.

Kaum (shaleh) sensitif dengan sesuatu yg ada (maujud) dan menunggu sesuatu yg hilang (al-mafqud), serta mengambil (bagian duniawi) langsung dari Tangan Allah Ta’ala, bukan dari makhluk. Usaha fisik maupun hati mereka, didedikasikannya untuk kepentingan manusia dan mereka berinfaq karena Allah Ta’ala, bukan karena tendensi hawa nafsu, juga bukan karena ingin dipuji atau disanjung.

Jauhi sikap sombong di hadapan Allah Ta’ala dan manusia, sebab kesombongan merupakan salah satu perangai kaum jabahirah (arogan) yg mukanya dijungkir oleh Allah di tengah kobaran api Neraka Jahim. Jika kau membuat murka Allah Ta’ala, berarti kau telah berlaku sombong pada-Nya. Jika adzan dikumandangkan dan kau tidak menjawabnya dengan segera menunaikan shalat, maka kau telah berlaku arogan pada Nya. Jika kau zalimi seorang anak saja, maka kau telah berlaku sombong pada-Nya.

Bertaubatlah pada-Nya dan tulus ikhlaslah dalam taubatmu sebelum Dia membinasakanmu dengan makhluk-Nya yg terlemah sebagaimana Dia membinasakan Raja Namrud (dengan memasukkan lalat di kupingnya) dan raja² lalim lainnya. Manakala mereka sombong (merasa besar) di hadapan-Nya, maka Dia nistakan mereka setelah memuliakannya, Dia miskinkan mereka setelah mengkayakannya, Dia deritakan mereka setelah memakmurkannya, dan Dia matikan mereka setelah menghidupkannya. Karena itu jadilah orang² yg bertakwa (muttaqin).

Syirik bisa terjadi dalam lahir dan batin. Syirik lahir adalah menyembah berhala, sementara syirik batin adalah berpasrah diri (bergantung) pada makhluk dan memandang mereka berperan dalam mudharat dan manfaat.

Ada di antara manusia yg memiliki (kekayaan) dunia di tangannya, namun ia tidak mencintainya, memiliki dunia, namun dunia tidak memilikinya, dicintai dunia, namun ia tidak mencintainya, diburu dunia, namun dia tak bergeming memburunya, mengeksploitasi dunia, namun dunia tidak mengeksploitasinya, dan membagi-bagi dunia, namun dunia tidak membagi-baginya. Hati hamba tersebut shaleh untuk Allah Ta’ala dan dunia pun tidak kuasa merusaknya. Ia bebas bertindak terhadapnya tanpa dunia mampu bertindak atasnya. Tentang hal ini, Rasulullah Saw. bersabda:

“Sebaik-baik harta adalah harta shaleh milik orang shaleh.”

Seolah Beliau ingin mengatakan, “Tidak ada kebaikan di dunia kecuali bagi orang yg mengatakan begini dan begini,” seraya mengisyaratkan bahwa ia menyebar-sebarkan harta tersebut dengan tangannya sendiri kepada jalan kebajikan dan kemaslahatan. Tinggalkanlah dunia di tangan kalian untuk kemaslahatan anak² tanggungan Allah Ta’ala dan keluarkanlah dia dari hati kalian. Tentu hal ini tidak akan mudharat pada kalian dan kalian pun tidak akan kehilangan kenikmatannya. Sebentar lagi, kalian akan pergi dan ia pun akan pergi juga menyusul kalian.

Wahai pemuda! Janganlah merasa cukup dengan pendapatmu sendiri hingga tak membutuhkanku. Sungguh kau akan tersesat. Barangsiapa yg merasa cukup dengan pendapatnya sendiri, maka ia telah sesat, hina, dan hilang. Jika kau sudah merasa cukup dengan pendapatmu sendiri, maka kau telah mengharamkan hidayah dan perlindungan (himayah), sebab kau tidak mencarinya dan tidak pula masuk dalam lingkaran sarananya. Engkau mengatakan, “Aku tidak membutuhkan ilmu para ulama.” Engkau mengaku memiliki ilmu, tetapi mana amal nyatanya? Apa pengaruh pengakuan ini dan sampai di mana kebenarannya. Sesungguhnya keshahihan pengakuanmu atas ilmu hanya bisa dijelaskan dengan realisasi amal dan keikhlasan, serta sabar menghadapi bala cobaan, lalu engkau tidak berubah-ubah, juga tidak takut dan mengeluh pada makhluk.

Engkau buta, lalu bagaimana bisa mengklaim dirimu melihat? Engkau tidak paham, lalu bagaimana mengaku paham? Bertaubatlah atas pengakuan² bohongmu ini pada Allah Ta’ala dan teruslah bersama-Nya, jangan bersama selain-Nya. Berpalinglah dari segala sesuatu dan carilah Sang Penciptanya. Jangan ikut orang yg hancur dan binasa. Engkau harus mengkarantina nafsu dirimu sampai ia tenang dan mengenal Tuhannya. Baru ketika itulah, engkau boleh menoleh pada selain-Nya. Seriuslah menginginkan-Nya. Mohonlah persandingan-Nya di dunia dan Akhirat. Engkau juga harus bertakwa dan menyendiri dari segala selain-Nya. Engkau harus membersihkan diri selamanya. Jangan menempatkan nafsumu pada sesuatu kecuali atas dasar perintah dan larangan, karena Dialah yg akan menempatkanmu di dalamnya.

Hai kaum lelaki dan perempuan! Beruntunglah jika ada di antara kalian yg memiliki sebiji sawi keikhlasan, sebiji sawi ketakwaan, sebiji sawi kesabaran dan kesyukuran. Ku amati kalian tak memiliki apa pun dari itu semua. []

35. Takut Kepada Allah

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-35:

“Takut Kepada Allah”

Celakalah kau, hai orang² yg sombong! Ibadahmu tidak masuk ke dalam bumi, akan tetapi naik ke langit. Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصّٰلِحُ يَرْفَعُهُۥ ۚ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ أُولٰٓئِكَ هُوَ يَبُورُ

“Barangsiapa yg menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan² yg baik dan amal yg shaleh dinaikkan-Nya. Dan orang² yg merencanakan kejahatan bagi mereka azab yg keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Fatir [35]: 10).

Tuhan kita Allah Ta’ala bersemayam di atas ‘Arsy dan menguasai kerajaan. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tujuh ayat Al-Qur’an, dalam pengertian ini, tidak mungkin kuhapus hanya karena kebodohan dan kegegabahanmu. Meskipun engkau menakut-nakutiku dengan pedangmu, aku tetap tidak akan gentar. Meski kau bujuk aku dengan kekayaanmu, aku tetap tidak akan suka. Aku hanya takut pada Allah Ta’ala dan tidak takut sedikit pun pada selain-Nya. Aku hanya mengharap pada-Nya, dan tidak mengharap selain-Nya.

Aku hanya menyembah-Nya, dan tidak menyembah selain-Nya. Aku beramal karena-Nya, dan tidak pernah beramal karena selain-Nya. Rezekiku berada di sisi-Nya, di dalam genggaman tangan-Nya. Hamba hanya berserah pada-Nya dan apa yg ia miliki pun adalah milik Mawla Junjungannya.

(Syaikh Abdul Qadir al-Jilani menyebutkan bahwa ia telah mengislamkan kurang lebih 500 orang dan lebih dari 20.000 orang bertaubat atas bimbingannya. Semua ini adalah barakah Nabi kita Muhammad Saw.)

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهِۦٓ أَحَدًا 26
إِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُولٍ فَإِنَّهُۥ يَسْلُكُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ رَصَدًا 27

“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yg ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yg ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yg diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga² (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jinn [72]: 26-27)

(Kunci) ghaib ada di sisi-Nya, maka dekatilah Dia, hingga engkau bisa melihat-Nya dan melihat apa yg ada di sisinya. Tinggalkanlah keluargamu, harta benda, kampung halaman, istri dan anak²mu. Keluarkanlah mereka semua dari dalam hatimu. Tinggalkan semua dan berjalanlah menuju pintu-Nya. Jika engkau telah sampai di (depan) pintu-Nya, maka jangan pedulikan pengawal²Nya, juga sultan dan raja²Nya. Jika mereka menyuguhimu makanan, janganlah engkau memakannya. Lalu jika mereka menempatkanmu di sebuah kamar, janganlah engkau mau. Jangan pula engkau mau jika ditawari istri oleh mereka.

Jangan terima sedikit pun tawaran tersebut, hingga engkau menjumpai-Nya dengan segala apa yg ada padamu, baik dengan pakaianmu yg kumal, kelelahan, debu perjalanan, dan keadaanmu yg acak²an. Dialah yg akan mengubah (penampilan)mu, menyuapi dan meminumimu, menenteramkan keliaranmu, menghiburmu, menghilangkan capekmu, dan mempercayai ketakutanmu. Bagimu, kedekatan dengan-Nya akan menjadi kekayaan tersendiri, melihat-Nya menjadi makanan, minuman, dan pakaianmu. Apalah arti kekuasaan manusia? Ialah takut dari mereka, mengharap pada mereka, tenang di hadapan mereka dan mempercayai mereka. []

36. Ikhlas Beramal demi Allah

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-36:

“Ikhlas Beramal demi Allah”

Pengajian Selasa sore, 2 Rajab 545 H. di Madrasah.

Dunia adalah pasar. Setelah beberapa saat, tidak akan tersisa seorang pun di sana. Saat menjelang malam, semua penghuninya akan pergi dari sana. Berusahalah agar kalian tidak memperjualbelikan sesuatu di sana kecuali komoditas yg memang bermanfaat bagi kalian kelak di pasar Akhirat, di mana mata uang yg dipakai adalah tauhid dan komoditas yg laku adalah keikhlasan beramal hanya untuk-Nya, namun komoditas ini malah sedikit yg kau miliki.

Wahai pemuda! Gunakanlah akalmu dan jangan terburu-buru, sebab tidak ada sesuatu yg akan kau peroleh dengan keterburu-buruanmu. Jangan datang waktu matahari tenggelam dan waktu subuh. Tidak bisakah engkau bersabar dan bersibuk hingga menjelang waktu maghrib, niscaya engkau akan memperoleh apa yg kau inginkan. Gunakanlah akal dan bersikap santunlah kepada Allah Ta’ala dan makhluk-Nya. Janganlah mendzalimi manusia dan jangan pula engkau meminta sesuatu yg bukan milikmu dari mereka.

Janganlah berbicara hingga datang ijin. Jika sudah, maka engkau akan dapat melihat anugerah sebelum ijin turun, namun mereka tetap tidak bisa memberimu, meski sebiji sawi atau benih pun, juga selautan atau setetes pun kecuali atas izin Allah Ta’ala dan rekomendasi-Nya, serta ilham-Nya pada hati mereka. Jadilah orang yg berakal! Yaitu orang yg berpikir logis. Tetaplah di hadapan Allah Ta’ala! Sesungguhnya rezeki telah dibagi (ditentukan) oleh-Nya dan berada dalam genggaman kekuasaan-Nya.

Celakalah! Dengan wajah apa engkau mau menemui Tuhanmu kelak? Sementara saat di dunia dulu, engkau menentang-Nya, berpaling dari-Nya dan menerima makhluk Nya, menyekutukan-Nya, menumpukan semua kebutuhan dan menyerahkan urusan² penting pada mereka. Membutuhkan manusia adalah siksaan bagi kebanyakan para pengemis, karena mereka tidak keluar untuk mengemis, kecuali dibuntuti dosa dan hanya sedikit saja yg dilakukan tanpa kebencian (karahah). Jika engkau mengemis dan tersiksa, maka engkau terhalang dari rezeki (mahrum) karena penolakanmu atas pemberian.

Wahai pemuda! Prioritas terbaik bagimu saat kondisi kelemahanmu adalah jangan meminta sesuatu pada siapa pun dan jangan sampai engkau memiliki sesuatu yg tidak kau ketahui, tidak kau kenali, dan tidak juga kau lihat hingga engkau tidak dilihat. Jika engkau mampu untuk memberi dan tidak mengambil (bagian rezeki), maka lakukanlah. Jika engkau mampu untuk berkhidmat melayani dan tidak meminta layanan dari orang lain, maka lakukanlah. Kaum (shaleh) hanya berbuat untuk dan bersama-Nya, maka Dia pun kemudian memperlihatkan keindahan²Nya yg menakjubkan di dunia dan Akhirat kepada mereka. Demikian juga Dia perlihatkan kelembutan kasih dan pemeliharan-Nya atas mereka.

Wahai pemuda! Jika engkau tidak memiliki Islam, maka engkau pun tidak memiliki iman. Jika engkau tidak memiliki iman, maka engkau pun tidak akan memiliki keyakinan (iqan). Lalu, jika engkau tidak memiliki keyakinan (iqan), maka tidak akan kau miliki pula makrifat dan pengetahuan tentang-Nya. Ini adalah tangga tingkatan. Jika Islammu memang betul² shahih, maka shahih juga ketundukan (istislam) mu. Jadilah orang yg berserah diri (muslim) pada Allah Ta’ala dalam segala kondisimu dengan tetap menjaga batasan² syara’ dan konsistensi menjalaninya.

Tunduklah pada-Nya dalam persoalan hakmu dan hak selainmu. Bersikap santunlah kepada-Nya dan makhluk-Nya. Jangan dzalimi dirimu dan selainmu, sebab kedzaliman adalah kegelapan di dunia dan Akhirat. Kedzaliman menggelapkan hati dan menghitamkan wajah serta catatan (amal). Jangan berbuat dzalim, atau membantu tindak kedzaliman. Rasulullah Saw. bersabda:

“Seorang juru panggil di Akhirat mengumandangkan, ‘Mana orang² dzalim? Mana pembantu² orang dzalim? Mana orang yg melihat kedzaliman mereka di antara orang yg menyepakati dawai mereka? Kumpulkan mereka (semua) dan tempatkan mereka di dalam kapal api dari Neraka!’”

Menghindarlah dari makhluk manusia dan berusahalah untuk tidak di dzalimi dan mendzalimi, namun jika engkau mampu, maka jadilah orang yg di dzalimi, bukan si pedzalim, juga orang yg dipaksa, bukan orang yg memaksa. Kemenangan Allah Ta’ala di pihak orang yg di dzalimi, apalagi jika ia tidak mendapatkan pembelaan dari satu manusia pun. Rasulullah Saw. bersabda:

“Jika di dzalimi seseorang yg tidak memiliki pembela selain Allah Ta’ala, maka Dia akan bertitah, ‘Sungguh Aku akan memenangkanmu, meski setelah masa (di Akhirat).’”

Kesabaran adalah kunci kemenangan, ketinggian derajat dan kemuliaan. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kesabaran bersama-Mu. Kami memohon juga ketakwaan, kecukupan, kekosongan dari semua dan hanya bersibuk dengan-Mu, serta ungkaplah tirai hijab di antara kami dan diri-Mu.

Hilangkan mediasi² antara kalian dan Dia. Keterpakuan kalian bersama mediasi² ini adalah kebodohan.

Tidak ada kerajaan, sultan, kekayaan, dan kemuliaan kecuali milik Allah Ta’ala semata. Hai orang munafik! Sampai kapan engkau berbuat riya’ dan munafik? Apa yg kau dapat dari orang yg kau munafiki? Celakalah engkau! Tidakkah kau malu pada-Nya dan tidakkah kau mempercayai perjumpaan dengan-Nya? Engkau berbuat suatu amalan untuk-Nya, namun batinmu malah untuk selain-Nya. Engkau menipu-Nya, namun engkau mengemis pengetahuan tentang-Nya. Kembali dan sadarlah dirimu! Perbaiki niatmu pada-Nya. Berusahalah untuk tidak makan sesuap pun, juga tidak berjalan selangkah pun, dan berbuat apa pun kecuali dengan niat yg shaleh, niscaya engkau akan menjadi orang yg shaleh bagi Allah Ta’ala.

Jika hal ini sudah benar, maka semua amal yg engkau perbuat akan engkau dedikasikan untuk-Nya, bukan untuk selain-Nya. Segala beban akan hilang darimu dan niat ini pun menjelma menjadi karakter bagi seorang hamba. Jika memang penghambaannya pada Allah Ta’ala sudah lurus, maka ia tidak lagi merasa terbebani dalam melakukan sesuatu, sebab Dia senantiasa memeliharanya. Jika Dia sendiri yg memeliharanya, maka Dia akan membuatnya kaya dan menutupinya dari makhluk, sehingga ia tidak lagi membutuhkan mereka.

Kelelahan hanya engkau alami selama menjadi murid, qashid, dan sa’ir. Begitu engkau sampai dan menempuh jarak perjalananmu, lalu menetap di rumah kedekatan Allah Ta’ala, maka hilanglah segala beban. Kedamaian bersama-Nya menancap kokoh di dalam hatimu dan terus bertambah hingga engkau berada di sisi-Nya, mula² engkau kecil, kemudian menjadi besar. Jika engkau telah menjadi besar, maka hati akan dipenuhi oleh Allah Ta’ala hingga tidak tersisa lagi jalan atau satu sudut hati pun bagi selain-Nya. Jika engkau ingin mencapai hal ini, maka senantiasalah melaksanakan perintah, menjauhi larangan-Nya, dan tunduk pada-Nya dalam kebaikan dan keburukan, kekayaan dan kefakiran, kemuliaan dan kehinaan, serta saat tercapai tujuan² yg sebagian besarnya menyangkut persoalan dunia dan Akhirat.

Beramallah hanya karena-Nya, dan jangan engkau meminta upah sebiji sawi pun. Beramal sajalah sambil mengharap ridha-Nya (al-musta’mil) dan kedekatan-Nya. Upahmu adalah ridha dan kedekatan-Nya denganmu, di dunia dan Akhirat; di dunia berupa kedekatan hatimu dan di Akhirat berupa kedekatan fisikmu (qalib). Beramallah dan jangan berlomba karena ingin mendapat biji atau benih. Jangan lihat amalmu, akan tetapi (beramallah) sambil anggota badanmu bergerak mengerjakan, sementara hatimu bersama Allah Ta’ala. Jika hal ini telah kau lakukan dengan sempurna, maka hatimu akan memiliki mata pandang. Substansi (ma’na) menjadi berbentuk, yg ghaib menjadi tampak, dan khabar menjadi kasat mata. Ketika seorang hamba berlaku shaleh demi Allah Ta’ala, maka Dia akan senantiasa bersamanya dalam segala kondisi, merubahnya, menggantinya, dan memindahkannya dari satu kondisi ke kondisi yg lain, hingga semua menjadi bermakna, juga menjelma menjadi keimanan, keyakinan, makrifat, kedekatan, dan penyaksian.

Ia juga menjelma menjadi siang tanpa malam, sinar terang tanpa kelam, suci bersih tanpa noda kotoran, hati tanpa nafsu, nurani tanpa hati, fana tanpa wujud, dan keghaiban tanpa ketampakan, di mana ia ghaib dari mereka (manusia) sekaligus dari dirinya sendiri. Semua (kemuliaan) ini berpondasikan keintiman (al-uns) dengan Allah Ta’ala. Jangan berbicara tentang keintiman sebelum keintiman tersebut terjalin sempurna antara engkau dan Tuhanmu.

Menjauhlah dari makhluk, yg tidak memiliki kuasa untuk memberi mudharat dan manfaat. Jauhi pula nafsu dan jangan menurutinya. Kembalikan ia pada ridha Allah Ta’ala. Manusia dan nafsu adalah dua samudera, dua bara api, dan dua lembah padang pasir yg membinasakan. Bertekadlah dan pangkas pembinasa ini, niscaya engkau akan sampai di kerajaan-Nya. Yg pertama (bertekad) adalah penyakit dan yg kedua (pangkas) adalah obat Allah. Tinggalkanlah segala penyakit dan obat, karena obat²an hanya ada di sisi-Nya dan dalam kuasa kepemilikan-Nya, tidak ada seorang pun selain-Nya yg memilikinya. Jika engkau bisa bersabar menghadapi kesendirian, maka akan datang padamu buah keintiman bersama Allah Ta’ala. Jika engkau bisa bersabar menghadapi kefakiran, maka kekayaan akan menghampirimu. Tinggalkanlah dunia, dan carilah Akhirat, kemudian carilah kedekatan dengan Allah Ta’ala. Dengan kata lain, tinggalkanlah makhluk dan kembalilah pada Khaliq.

Celakalah! Makhluk dan Sang Khaliq tidak bisa berkumpul menjadi satu. Juga dunia dan Akhirat tidak mungkin menyatu dalam satu hati. Tidak terbayangkan, tidak sah, dan tidak mungkin terjadi sinergi dalam hal ini sedikit pun. Hanya ada satu pilihan, makhluk atau Sang Khaliq, dunia atau Akhirat. Meski memang dimungkinkan adanya akselerasi, makhluk dalam lahirmu dan Khaliq di kedalaman batinmu, dunia di tanganmu dan Akhirat di hatimu, namun keduanya tidak akan pernah menyatu dalam hati. Perhatikan dirimu dan pilihlah untuknya antara kedua opsi. Jika kau inginkan dunia, maka keluarkanlah Akhirat dari dalam hatimu, dan jika kau inginkan Akhirat, maka keluarkanlah dunia dari hatimu, lalu jika kau inginkan Allah Ta’ala, maka keluarkanlah dunia, Akhirat, dan apa saja selain-Nya dari dalam hatimu. Selama masih ada sebiji sawi hal selain Allah Ta’ala, maka engkau tidak akan bisa melihat kedekatan-Nya di sisimu dan tidak akan terwujud pula bagimu keintiman dan ketenangan bersama-Nya. Selama masih ada sebiji sawi dunia di hatimu, engkau tidak akan bisa melihat Akhirat di hadapanmu, dan selama masih ada sebiji sawi Akhirat di hatimu, engkau tidak akan bisa melihat kedekatan Allah Ta’ala. Gunakanlah akalmu, dan jangan datang ke pintu-Nya kecuali dengan kesungguhan (ash-shidq). Sesungguhnya Sang Pengkritik Maha Melihat.

Celakalah! Engkau sembunyikan aib dirimu dari makhluk, bukan dari Sang Khaliq. Bagaimana engkau menutup-nutupinya, sebentar lagi engkau akan terhina di hadapan manusia dan akan lenyap pula uang dari saku dan rumahmu. Hai orang yg membiarkan kaca pecah begitu saja! Kelak (di Akhirat) ia akan melumatmu dalam botolmu sendiri dan berita peringatan ini akan jelas bagimu. Hai orang yg menelan racun! Sebentar lagi terlihat jelas reaksi racun tersebut di tubuhmu.

Memakan yg haram adalah racun bagi tubuh agamamu. Meninggalkan syukur atas segala nikmat adalah racun bagi agamamu, sebentar lagi Allah Ta’ala akan menghukummu dengan kefakiran, mengemis pada manusia, dan Dia akan mengangkat rasa belas kasihan dari hati mereka padamu. Engkau juga, hai orang yg meninggalkan pengamalan ilmunya! Sebentar lagi Dia akan membuatmu lupa dari ilmumu serta mencabut barakahnya dari dalam hatimu. Hai orang² bodoh! Jika saja kalian mengetahui-Nya, maka kalian akan mengetahui siksa² hukuman-Nya.

Bersikap santunlah kepada-Nya dan makhluk-Nya. Kurangilah berbicara sesuatu yg bukan urusan kalian. Seorang shaleh berkisah, “Ketika kulihat seorang pemuda mengemis, aku katakan padanya, ‘Jika engkau bekerja, maka engkau akan lebih dicintai! Engkau pun lalu dihukum dengan tidak bisa menjalankan qiyam al-lail selama enam bulan (hanya karena bersikap kurang santun dan berkata-kata demikian).’”

Wahai pemuda! Urusanmu adalah kesibukan (yg seharusnya melupakanmu) dari apa saja yg bukan urusanmu. Enyahkanlah nafsu dari dalam hatimu, niscaya engkau akan memperoleh bukti (khabar) bahwa nafsu hanyalah noda kotoran. Setelah kotoran ini enyah, maka akan muncullah kebeningan (hati) dan dengan demikian, engkau telah berubah. Allah Ta’ala berfirman:

لَهُۥ مُعَقِّبٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُونِهِۦ مِنْ وَالٍ

“Bagi manusia ada malaikat² yg selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yg ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yg dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

Hai manusia! Simaklah (firman ini). Hai orang² mukalaf, simaklah! Hai orang² baligh dan berakal, simaklah Kalam Sang Pencipta Allah Ta’ala dan berita² peringatan-Nya! Sesungguhnya Dia adalah sebenar-benar Yang Berbicara. Bongkarlah, apa yg dibenci-Nya dari dalam diri kalian karena Allah Ta’ala, niscaya Dia akan menganugerahi kalian apa saja yg kalian sukai. Jalan (menuju-Nya) begitu lebar. Apa yg terjadi dengan kalian, hai manusia! Bangun dan bertekadlah! Beramallah dan jangan lalai selama kedua ujung tali masih di genggaman tangan kalian. Mohonlah pertolongan pada-Nya atas apa yg bisa kau gunakan untuk memperbaiki nafsu kalian. Kendarailah nafsu kalian! Jika tidak, maka kalianlah yg akan dikendarainya.

Nafsu selalu memerintah berbuat keburukan di dunia serta kebejatan di Akhirat. Larilah (menjauh) dari orang² yg bisa menyibukkan dirimu hingga melupakan Allah Ta’ala, sebagaimana kalian lari terbirit-birit dari binatang² buas. Bertransaksilah dengan-Nya, sebab barangsiapa yg bertransaksi dengan-Nya akan mendapatkan untung besar. Barangsiapa mencintai-Nya, Dia akan mencintainya. Barangsiapa menginginkan-Nya, maka Dia akan menginginkannya. Barangsiapa yg mendekat pada-Nya, maka Dia akan mendekat juga pada-Nya. Barangsiapa yg berkenalan dengan-Nya, maka Dia akan mengenalnya.

Dengar dan terimalah penuturanku ini! Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yg berceramah pada manusia sebagaimana halnya diriku. Aku menginginkan makhluk demi kemaslahatan mereka, bukan demi kepentingan diriku. Jikapun aku menuntut Akhirat, aku hanya menuntutnya untuk mereka. Setiap kalimat yg kulontarkan pada kalian tidak kumaksudkan kecuali demi meraih Allah Ta’ala semata, lagi pula untuk apa dunia dan Akhirat, serta segala isinya bagiku? Dia mengetahui kejujuran ucapanku ini, karena Dia Maha Mengetahui hal² yg ghaib. Kemari dan mendekatlah padaku! Aku adalah parameter penimbang, pemilik kurah (kedinian), dan balai penggemblengan.

Hai orang munafik! Untuk apa igauan kosongmu itu. Betapa banyak engkau mengatakan “Aku,” namun siapa engkau? Celakalah! Engkau memandang selain-Nya (dalam peran manfaat dan mudharat) dan engkau katakan, “Kami merasa damai dengan selain-Nya,” namun engkau juga mengatakan, “Aku merasa intim dengan-Nya.” Kau sebut dirimu orang yg ridha dan kau sebut sikap menentang sebagai sabar. Sungguh kutu busuk akan mengagetkanmu dan meniadakanmu.

Jangan bicara hingga dagingmu mati (rasa), karena terlalu banyak derita dan petaka di dalamnya, sampai² sayatan gunting² petaka tidak akan terasa sakit lagi baginya. Tubuhmu pun menjadi tanpa daging lagi, dan hatimu juga kosong dari dunia dan Akhirat. Maka, jadilah dirimu orang yg tiada (‘adam) dalam ketiadaan nafsu dan kekosongan dunia serta Akhirat seisinya, namun jadilah pula orang yg ada (wujud) dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Dia mengadakanmu, dan perbuatan-Nya menggerakkan serta mengokohkanmu selagi engkau berada dalam keghaiban bersama-Nya. Suatu maqam tidak akan kokoh bagimu, hingga maqam tersebut telah shahih bagimu.

Allah Ta’ala tidak menuntut simbolisme dari seorang hamba, melainkan hanya menuntut esensinya, yaitu tauhid dan keikhlasan, keenyahan cinta dunia dan Akhirat dari dalam hatinya, dan pengucilan segala sesuatu darinya. Jika hal ini telah sempurna ia jalankan, maka Allah akan mencintainya, mendekatinya dan mengangkat derajatnya di atas selainnya.

Wahai Yang Maha Tunggal, sendirikanlah kami hanya untuk-Mu, bersihkanlah kami dari makhluk, dan tuluskanlah kami hanya untuk-Mu. Buktikanlah kebenaran klaim² pengakuan kami dengan bukti kemurahan dan kasih sayang-Mu, baguskanlah hati kami dan mudahkanlah urusan kami. Jadikanlah keintiman kami hanya dengan-Mu dan kebuasan kami untuk selain-Mu. Jadikanlah pula angan pikiran kami menjadi satu konsentrasi, yaitu pikiran tentang-Mu dan kedekatan dengan-Mu dunia dan Akhirat.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201). []

37. Mengingat Akhirat

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-37:

“Mengingat Akhirat”

Pengajian Jum’at pagi, 5 Rajab 545 H. di Madrasah.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Besuklah orang sakit dan layatlah jenazah, sesungguhnya hal itu akan mengingatkan kalian akan Akhirat.”

Melalui sabda ini, Rasulullah Saw. ingin mengatakan, “Ingatlah akan Akhirat!” sebab kalian telah lari dari mengingatnya dan lebih mencintai ‘ajilah (dunia). Sebentar lagi, kalian akan terpisah dari dunia tanpa bisa berbuat apa². Apa yg selama ini kalian senangi akan diambil secara paksa dan sebagai gantinya kalian akan memperoleh kemurkaan dan kesedihan. Hai orang yg lalai dan biadab, sadarlah! Kalian tidak diciptakan untuk dunia, akan tetapi untuk Akhirat. Hai orang yg lalai akan kewajiban dirinya! Engkau jadikan pikiranmu hanya melulu (mencari) syahwat dan kenikmatan, mengumpulkan kekayaan dunia di atas dinar, dan kau sibukkan anggota fisikmu dengan permainan (yg tak berarti).

Jika pengingat Akhirat (sakit) dan mati mengingatkanmu, engkau justru berkata padanya, “Allah, Engkau hanya mengotori kehidupanku saja,” lalu kau geleng²kan kepalamu, begini dan begitu. Rambu kuning kematian telah muncul di hadapanmu, yaitu uban putih di kepalamu, namun engkau justru mengecat atau menyemirnya menjadi hitam. Apa lagi yg bisa kau lakukan jika ajalmu benar² datang? Alasan apa yg bisa kau berikan jika malaikat maut bersama asisten²nya benar² mendatangimu? Jika rezekimu terputus dan waktumu berkurang, tipuan macam apa lagi yg bisa kau lakukan? Karena itu, tinggalkan semua kegilaan ini.

Dunia dibangun di atas amal. Jika engkau beramal, maka engkau akan diberi upah (ganjaran), dan jika tidak beramal, tentu saja engkau tidak akan diberi. Dunia adalah ladang amal dan kesabaran menghadapi petaka. Dunia adalah rumah keletihan dan Akhirat adalah rumah istirahat. Orang Mukmin selalu melelahkan dirinya di dunia, maka jelaslah, bahwa ia akan mendapatkan kenyamanan istirahat (di Akhirat). Adapun engkau lebih memburu-buru istirahat, mengulur-ulur taubat dan menunda-nundanya hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun, hingga tiba ajalmu. Sebentar lagi, engkau akan menyesali diri, bagaimana dulu engkau tidak menerima nasihat, bagaimana pula dulu engkau tidak sadar dan membenarkan apa yg benar.

Celakalah kau! Atap hidupmu sudah runtuh. Hai orang yg terperdaya! Dinding kehidupanmu telah roboh. Rumah yg kau tempati akan hancur dan engkau harus pindah ke Akhirat. Karena itu, carilah rumah Akhirat dan pindahkan langkah kakimu ke sana. Apakah langkah yg bisa mengarahkannya? Langkah yg dimaksud adalah amal shaleh. Persembahkanlah kekayaanmu untuk Akhirat hingga engkau bisa mendapatkannya lagi saat engkau sampai di sana, hai orang² yg terperdaya dengan dunia, sibuk dengan kenihilan, meninggalkan kerahasiaan dan sibuk dengan pelayan!

Celakalah kau! Akhirat tidak bisa bersatu dengan dunia, sebab Akhirat tidak menyukai pelayan dunia. Karena itu, enyahkanlah dunia dari hatimu, niscaya engkau akan melihat bagaimana Akhirat datang dan menguasai hatimu. Jika hal ini telah kau jalankan dengan sempurna, maka kedekatan Allah akan memanggilmu. Ketika itulah, tinggalkan Akhirat dan mintalah Dia semata, maka sempurnalah keshahihan hati dan kemurnian nurani bagimu.

Wahai pemuda! Jika hatimu telah sehat (shahih), maka Allah Ta’ala, malaikat, dan kaum berilmu (ulu al-‘ilm) akan menjadi saksi bagimu. Jika ada seorang penuduh yg menggugatmu, maka Dia sendiri yg akan bersaksi untukmu hingga engkau tidak perlu lagi bersaksi atas kebenaran-Nya dengan dirimu sendiri. Jika hal ini sudah mewujud sempurna dalam dirimu, maka engkau akan menjelma menjadi gunung yg tak terhempaskan oleh badai, terobohkan oleh panah, dan tidak akan berpengaruh juga bagimu pandangan makhluk dan pergaulan dengan mereka. Tidak ada lagi noda yg akan melumuri hatimu dan menodai kesucian nuranimu.

Wahai manusia! Kosongkanlah dirimu dari segala selain-Nya. Barangsiapa mengerjakan suatu amal dengan tendensi menginginkan makhluk dan penerimaan mereka atas dirinya, maka dia adalah hamba yg tersesat, musuh Allah Ta’ala, kafir terhadap Allah dan mengingkari nikmat²Nya, dia telah tertutupi satir, terkutuk, dan terlaknat. Manusia memang merampas hati, kebajikan, dan agama, menjadikanmu menyekutukan-Nya dengan mereka dan lupa akan Tuhanmu Allah Ta’ala. Mereka menginginkanmu untuk kepentingan mereka, bukan demi dirimu, sementara Allah Ta’ala menginginkanmu demi kepentingan dirimu, bukan demi mereka. Karena itu, carilah orang yg menginginkanmu demi kepentingan dirimu dan bersibuklah diri dengan-Nya. Sesungguhnya kesibukan diri dengan-Nya di prioritaskan oleh orang yg menginginkanmu untuk-Nya.

Jika engkau harus meminta, maka mintalah pada-Nya! Jangan pada makhluk-Nya, karena makhluk yg paling dibenci oleh Allah Ta’ala adalah mereka yg meminta duniawi pada makhluk-Nya. Mohonlah pertolongan pada-Nya. Dia Maha Kaya, sementara semua makhluk adalah fakir. Mereka itu tidak memiliki kuasa manfaat dan mudharat bagi diri mereka sendiri, apalagi untuk orang lain. Carilah kasih-Nya. Pada awalnya, Dia memang menginginkanmu, engkau menjadi murid dan Dia murad, namun pada akhirnya engkau menjadi murad dan Dia murid. Seseorang, pada masa kecilnya akan mencari ibunya, namun setelah besar, ibunyalah yg mencarinya. Jika benar keinginanmu terhadap-Nya, maka Dia akan menginginkanmu, dan jika benar kecintaanmu pada-Nya, maka Dia akan mencintaimu, membimbing hatimu dan mendekatkanmu dengan-Nya.

Bagaimana engkau bisa beruntung (memiliki-Nya), sementara engkau biarkan saja tangan hawa nafsu, tabiat, dan setanmu di atas mata hatimu. Kibaskan tangan² ini, niscaya engkau akan melihat wujud segala sesuatu apa adanya. Singkirkan nafsumu dengan menentang dan melawannya. Singkirkan hawa kesenangan, tabiat, dan setanmu, niscaya engkau akan menemukan-Nya. Kibaskan tangan² ini, niscaya hijab² yg menghalangi dirimu dengan Allah Ta’ala akan terangkat, hingga engkau bisa menatap-Nya, dan juga bisa melihat (kedalaman) dirimu dan orang selainmu, Engkau akan melihat cela² keburukanmu, sehingga engkau akan menjauhinya, dan engkau akan melihat pula cela² keburukan makhluk, sehingga engkau pun lalu lari menghindari mereka.

Jika hal ini telah sempurna bagimu, maka Dia akan mendekatkanmu dan menganugerahimu apa yg belum pernah terlihat mata, terdengar telinga, dan belum juga pernah terlintas di hati manusia. Dia akan menguatkan pendengaran hati dan nuranimu, serta penglihatan keduanya, lalu membetulkan dan memakaikan pakaian padanya, juga mengenakan baju kebesaran-Nya pada keduanya. Dia akan menguasakanmu dengan kekuasaan-Nya, menunjukkan dan mengangkatmu sebagai sultan atau raja. Dia akan mengirimmu di tengah² makhluk-Nya dan menjadikanmu sebagai pengawal hatimu. Dia akan memerintahkan para malaikat untuk melayanimu, juga memperlihatkan arwah para Nabi dan Rasul-Nya kepadamu. Dengan demikian, tidak ada sedikit pun kesamaran pada diri manusia yg tersembunyi darimu.

Wahai pemuda! Carilah maqam ini dan cita-citakanlah. Jadikan ia sebagai konsentrasi perhatianmu dan tinggalkan kesibukan mencari dunia, karena dunia tidak akan mengenyangkanmu, begitu juga seluruh hal selain Allah Ta’ala. Karena itu carilah Dia, sebab Dia sajalah yg bisa mengenyangkanmu. Jika engkau memperoleh-Nya, maka engkau akan mendapatkan kekayaan dunia sekaligus Akhirat. Hai orang yg lalai! Inginkanlah yg menginginkanmu, carilah yg mencarimu, dan sibukkanlah dirimu dengan orang yg merindukanmu. Tidak pernahkah kau dengar firman Allah Ta’ala:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِينَ يُجٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَآءُ ۚ وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang² yg beriman, barangsiapa di antara kamu yg murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yg Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yg bersikap lemah lembut terhadap orang yg mukmin, yg bersikap keras terhadap orang² kafir, yg berjihad di jalan Allah, dan yg tidak takut kepada celaan orang yg suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yg dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 54)

Dengan firman ini seolah Dia ingin mengatakan, “Sungguh Aku merindukan perjumpaan denganmu.” Dia menciptakanmu untuk menyembah-Nya. Jika engkau tidak bermain-main, maka Dia pun menginginkanmu untuk menyandingi-Nya. Karena itu, jangan bersibuk diri dengan selain-Nya.

Jangan duakan cinta-Nya dengan cinta seorang pun selain-Nya. Boleh mencinta selain-Nya, asal dalam tataran cinta belas kasihan dan empati (ra’fah wa rahmah). Cinta nafsu juga masih diperbolehkan, akan tetapi jika sudah menginjak cinta hati, maka tidak diperbolehkan, begitu juga cinta nurani. Adam as. misalnya, ketika hatinya sibuk dengan kecintaan pada Surga dan tempat favorit yg paling disukainya, maka Allah pun memisahkan Adam as. darinya dan mengeluarkannya dari Surga dengan rekayasa memakan buah. Lalu ketika hati Adam as. lebih cenderung pada Hawa (daripada Tuhannya), maka Dia pun memisahkan keduanya dan menjadikan jarak pisah 300 tahun antara keduanya. Adam di Sarnadeb, sementara Hawa di Jeddah.

Begitu juga Ya’qub as., ketika hatinya tentram bersama anaknya, Yusuf as. dan selalu merengkuhnya, Dia pun kemudian memisahkan keduanya. Begitu pula pada Nabi kita Muhammad Saw., ketika Beliau mencintai ‘A’isyah ra. dengan kecenderungan tertentu, maka terjadilah padanya apa yg terjadi berupa fitnah zina dan kebohongan (atas diri ‘A’isyah ra.), dan Beliau pun terpaksa tidak melihat ‘A’isyah ra. untuk beberapa hari. Oleh karena itu, sibukkanlah diri hanya dengan Allah, tanpa selain-Nya. Jangan pula merasa tentram bersama selain-Nya. Tempatkanlah makhluk di luar hatimu dan mengosongkannya hanya untuk-Nya.

Hai penganggur, pemalas, dan kurang menerima nasihat! Jika engkau menerima nasihatku dan mengerjakan apa yg kukatakan, maka beramallah untuk kepentingan dirimu! Jika engkau tidak mau beramal, maka engkau memang terlaknat dan terharamkan. Allah Ta’ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ ۚ أَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِينَ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yg diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yg dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yg berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang² sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yg tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yg kafir”. (QS. Al-Baqarah [2]: 286)

Firman-Nya lagi:

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ الْءَاخِرَةِ لِيَسُۥٓئُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yg kedua, (Kami datangkan orang² lain) untuk menyuramkan muka² kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh²mu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yg mereka kuasai.” (QS. Al-Isra’ [7]: 7)

Kelak di Hari Kiamat, ia akan menerima pahala amal di Surga² dan siksa amal di Neraka².

Rasulullah Saw. bersabda:

“Suguhkanlah makananmu pada orang² yg bertakwa (al-atqiya’) dan berikanlah baju rombeng kalian pada orang² Mukmin.”

Jika kau suguhkan makananmu pada seorang ahli takwa dan kau bantu ia dalam urusan duniawinya, maka engkau telah menjadi sahabat amalnya (yg ikut mendapatkan pahala amalnya) tanpa mengurangi sedikit pun pahalanya, sebab engkau telah membantu menuju tujuannya, meringankan bebannya, dan mempercepat langkahnya menuju Allah Ta’ala. Jika kau suguhkan makananmu pada orang munafik, riya’ dan pemaksiat, serta membantu dalam urusan duniawinya, maka kau pun juga menjadi teman amalnya (ikut menanggung dosanya), tanpa mengurangi sedikit pun hukumannya, sebab engkau telah membantu kemaksiatannya pada Allah Ta’ala, maka engkau pun ikut menanggung keburukannya.

Hai orang bodoh! Belajarlah, sebab tidak ada kebaikan dalam ibadahmu tanpa landasan ilmu, dan tidak ada pula kebaikan dalam keyakinanmu tanpa landasan ilmu. Belajarlah dan amalkan, niscaya engkau akan beruntung di dunia dan Akhirat. Jika engkau tidak sabar dalam menggali ilmu dan mengamalkannya, bagaimana engkau mau bahagia? Sebuah ilmu, jika kau berikan keseluruhannya pada-Nya, maka Dia akan memberimu separuhnya.

Seorang ulama pernah ditanya, “Bagaimana engkau memperoleh ilmu yg kau miliki?” Ia menjawab, “Dengan kepergian burung gagak di pagi hari, kesabaran unta, semangat babi, dan rengekan anjing. Pagi² sekali aku datang ke pintu² rumah para ulama, sebagaimana burung gagak yg berterbangan di pagi hari, aku bersabar membawa beban mereka sebagaimana kesabaran unta membawa beban, aku bersemangat mencari ilmu seperti semangat babi memburu sesuatu untuk dimakannya, dan aku merengek-rengek pada mereka sebagaimana rengekan anjing di pintu rumah tuannya hingga ia memberinya sedikit makanan.”

Hai pencari ilmu! Simaklah perkataan ulama, lalu praktekkan jika engkau benar² menginginkan ilmu dan kebahagiaan. Pengetahuan adalah kehidupan dan kebodohan adalah kematian. Orang alim yg mengamalkan ilmunya, ikhlas dalam beramal, dan bersabar mengajarkannya demi Allah Ta’ala, maka tidak ada kematian baginya, sebab begitu meninggal dunia, ia akan langsung bertemu dengan Allah Ta’ala dan hidupnya pun menjadi kekal bersama-Nya. Ya Allah, anugerahilah kami ilmu dan keikhlasan di dalamnya. []

38. Keutamaan Laa ilaaha illa Allah

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-38:

“Keutamaan Laa ilaaha illa Allah”

Pengajian Ahad pagi, 7 Rajab 545 H. di Ribath.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Payahkanlah setan²mu dengan ucapan Laa ilaaha illa Allah Muhammadur Rasulullah, sesungguhnya setan akan kepayahan dengannya, sebagaimana salah seorang kalian meletihkan kuda tunggangannya dengan banyak menungganginya sambil mengangkutkan beban² bawaan di atasnya.”

Wahai manusia! Letihkanlah setan kalian seraya mengucap, “Laa ilaaha illa Allah” dengan segala keikhlasan, dan bukan hanya lafal bibir saja. Kalimat tauhid akan membakar setan manusia dan jin, sebab kalimat tersebut merupakan api bagi setan dan cahaya bagi pentauhid. Bagaimana engkau dapat mengucap, “Laa ilaaha illa Allah” namun ada beberapa ilah di hatimu. Segala sesuatu selain Allah yg engkau jadikan sandaran dan pegangan adalah berhalamu.

Tauhid bibir yg disertai kesyirikan hati tidak akan bermanfaat sedikit pun. Demikian pula tidak bermanfaat kebersihan fisik (qalib) bersama kenajisan hati (qalb). Pentauhid meletihkan setannya, sementara penyekutu malah diletihkan oleh setannya. Ikhlas adalah isi ucapan dan tindakan, sebab jika ucapan dan tindakan tidak mengandung keikhlasan, maka ia hanya akan menjadi kulit tanpa isi dan kulit tidak bisa dipakai apa² kecuali dimasukkan ke dalam api.

Dengarkanlah ucapanku ini dan praktekkan, karena ia dapat memadamkan api ketamakanmu dan memecahkan duri nafsumu. Jangan hadir di suatu tempat yg diterangi api tabiatmu, niscaya ia akan merobohkan rumah agama dan imanmu. Tabiat, hawa nafsu, dan setanmu akan semakin bersinar, sementara agama, iman, dan keyakinanmu akan hilang memudar.

Jangan dengarkan ucapan orang² munafik yg berlagak dan berhias diri sebagai orang alim, sebab ketamakan akan bermukim pada ucapan manis yg dibuat-buat sebagaimana adonan roti tanpa garam yg akan menyakitkan perut pemakannya dan menghancurkan rumahnya. Ilmu harus diambil dari perkataan tokoh, bukan dari lembaran². Termasuk di antara tokoh tersebut adalah tokoh² (rijal) Allah Ta’ala yg bertakwa, meninggalkan dunia, mewarisi (para Nabi), ‘arif, mengamalkan ilmu, dan ikhlas, serta tidak berbuat hal lain selain ketakwaan, baik kegilaan maupun kebathilan.

Kewalian hanya diperuntukkan bagi orang² yg bertakwa, di dunia dan Akhirat. Pondasi dan bangunan hanya milik mereka, di dunia dan Akhirat. Allah Ta’ala pun hanya mencintai hamba²Nya yg muttaqin (bertakwa), muhsin (berbuat kebajikan), lagi penyabar. Jika engkau memang benar² memiliki pikiran yg sehat, maka pastilah engkau akan mengenal mereka, mencintai dan berkhidmat menemani mereka.

Sebuah pikiran akan menjadi sehat, jika hati disinari dengan makrifat Allah Ta’ala. Jangan percaya pada pikiranmu sebelum makrifatmu benar² sehat dan jelas pula bagimu kebaikan dan kesehatannya. Tundukkan pandanganmu dari hal² yg haram, cegah dirimu dari melampiaskan syahwat, dan biasakanlah dengan mengkonsumsi makanan yg halal. Peliharalah batinmu dengan muraqabah (sikap mengawasi dan diawasi Allah Ta’ala) dan jagalah lahirmu dengan mengikuti Sunnah. Dengan menjalankan hal ini, pikiranmu akan menjadi sehat. Demikian pula makrifatmu pada Allah Ta’ala menjadi makrifat yg shahih. Sesungguhnya, hanya akal dan hati saja yg berkembang terus, sementara nafsu, tabiat, dan kebiasaan sama sekali tidak memiliki kemuliaan.

Wahai pemuda! Pelajarilah ilmu dan ikhlaslah, sehingga engkau akan bisa lolos dari jaring kemunafikan dan jerat²nya. Carilah ilmu karena Allah Ta’ala, jangan demi makhluk atau dunia-Nya. Tanda mencari ilmu karena Allah Ta’ala adalah ketakutan dan kecemasanmu terhadap-Nya saat turun perintah dan larangan. Engkau terus mengawasi-Nya, menistakan dirimu di hadapan-Nya, dan merendah di hadapan makhluk tanpa maksud apa pun, bukan karena ketamakan mendapatkan bagian kekayaan di tangan mereka, serta menjalin persahabatan dan memusuhi karena Allah Ta’ala. Persahabatan karena selain Allah adalah permusuhan. Juga konsistensi dalam hal selain-Nya adalah kesesatan. Pemberian karena selain-Nya adalah ketertolakan.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Iman adalah dua bagian, setengahnya sabar dan setengannya lagi syukur.”

Jadi, jika engkau tidak bisa bersabar menghadapi penderitaan dan tidak bersyukur atas kenikmatan, maka engkau bukanlah orang yg beriman. Termasuk hakikat Islam adalah penyerahan diri (istislam). Ya Allah, hidupkanlah hati kami dengan kepasrahan pada-Mu, dengan ketaatan pada-Mu dan dzikir mengingat-Mu, serta dengan menuruti dan mengesakan-Mu. Jikalau tidak ada orang² yg memiliki kehidupan di hati mereka, sebagai penahan bumi, niscaya kalian akan binasa, sebab Allah Ta’ala menunda siksa-Nya pada penghuni bumi karena doa permintaan mereka. Bentuk kenabian (surah an-nubuwwah) akan terus meningkat dan substansinya juga akan terus kekal hingga Hari Kiamat. Jika tidak karenanya, lalu atas dasar apa bumi masih bisa bertahan. Di bumi ada 40 sosok laki² seperti ini, di antaranya ada yg memiliki satu makna dari beberapa makna nubuat, sehingga hatinya seperti hati salah seorang Nabi. Ada juga yg menjadi wakil² Allah dan Rasul²Nya di bumi. Allah mengangkat asisten² untuk menggantikan posisi Guru mereka. Karena itu Rasulullah Saw. bersabda:

“Ulama adalah pewaris para Nabi.”

Mereka adalah pewarisnya, dari segi hafalan dan amalan, juga ucapan dan tindakan, sebab ucapan tanpa tindakan nyata tidak berarti apa pun, dan klaim pengakuan yg tidak disertai bukti juga tidak berarti apa².

Wahai pemuda! Bangunan dirimu harus senantiasa berpondasikan pada Al-Qur’an dan Sunnah, pengamalan keduanya, dan keikhlasan dalam mengamalkannya. Aku amati ulama² kalian bodoh, pezuhud kalian adalah para pencari dan pencinta dunia seisinya, bahkan bertawakkal pada makhluk dan melupakan Allah Ta’ala. Kepercayaan pada selain Allah Ta’ala adalah penyebab laknat. Rasulullah Saw. bersabda:

“Terlaknat, terlaknat orang yg (menggantungkan) kepercayaannya pada makhluk seperti dirinya.”

Celakalah! Jika engkau keluar dari (komunitas) makhluk, maka engkau akan bersama Sang Khaliq. Dia akan mengajarimu apa yg baik dan buruk bagimu, membedakan apa yg menjadi milikmu dan yg menjadi milik selainmu. Engkau harus selalu konsisten dan terus-menerus (berdiri) di pintu Allah Ta’ala serta memutus sarana² (duniawi) dari hatimu, niscaya cepat atau lambat engkau akan melihat kebaikan. Hal ini tidak akan terwujud sempurna selama masih ada makhluk dan riya’ di hatimu, juga Akhirat dan segala selain Allah Ta’ala, meski pun seberat biji sawi.

Jika engkau tak (bisa) bersabar, berarti engkau tidak memiliki agama dan tidak pula memiliki akar bagi keimananmu. Rasulullah Saw. bersabda:

“Sabar bagi iman seperti kepala bagi badan.”

Sabar berarti engkau tidak mengeluh pada siapa pun, tidak terkait pada sarana, tidak membenci adanya bencana dan tidak menyukai kepergiannya. Ketika seorang hamba bersimpuh merendahkan diri pada Allah Ta’ala di saat fakir dan melarat, sabar bersama-Nya dalam menjalani kehendak-Nya dan tidak meremehkan sifat yg mubah, serta terus-menerus menyinari kegelapan dengan ibadah dan bekerja, maka Allah akan memandangnya dengan mata kasih, mengkayakan dirinya dan keluarganya dari arah yg tidak ia sangka². Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَّهُۥ مَخْرَجًا
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. At-Talaq [65]: 2-3)

Engkau seperi tukang bekam. Engkau mengeluarkan penyakit dari diri orang lain, namun di dalam tubuhmu sendiri ada penyakit yg tidak kau keluarkan. Kulihat pengetahuan lahirmu semakin bertambah, namun kebodohan batinmu juga bertambah. Tertulis dalam kitab Taurat, “Barangsiapa yg bertambah pengetahuannya, maka haruslah ia bertambah merana.” Merana di sini berarti ketakutan pada Allah Ta’ala, merendah di hadapan-Nya dan di hadapan hamba²Nya.

Jika engkau tidak memiliki pengetahuan, maka belajarlah, dan jika engkau tidak memiliki ilmu, amal, ikhlas, sopan santun, dan prasangka baik pada para Syaikh, lalu apa yg bisa diambil darimu? Jika engkau menjadikan dunia dan puing²nya sebagai konsentrasi pikiranmu, maka sebentar lagi engkau akan dipisahkan darinya. Apalah arti dirimu dibanding kaum (shaleh) yg konsentrasi pikiran mereka hanya satu. Mereka selalu mengawasi Allah Ta’ala dalam batin mereka sebagaimana mereka mengawasi-Nya dalam lahiriah mereka. Mereka menata hatinya laksana menata fisik mereka, bahkan ketika hal ini belum sempurna mereka jalankan, maka Dia mencukupkan mereka dari pikiran tentang syahwat secara total, sehingga hanya ada satu syahwat saja dalam hati mereka, yaitu mencari Allah Ta’ala, kedekatan dengan-Nya, dan cinta-Nya.

Alkisah, ketika Bani Isra’il ditimpa bencana, mereka berkumpul menghadap salah seorang Nabi mereka. Lalu mereka bertanya padanya, “Beritahukan pada kami apa yg diridhai oleh Allah Ta’ala, sehingga kami bisa mengikutinya, lalu ia juga bisa menjadi penolak bala’ atas bencana yg menimpa kami ini!” Nabi itu pun lantas bertanya pada Allah Ta’ala yg kemudian mewahyukan padanya, “Katakan pada mereka, “Jika kalian menginginkan ridha-Ku, maka buatlah kaum miskin ridha. Jika kalian telah membuat mereka ridha, maka Aku pun ridha, dan jika kalian buat mereka marah, maka Aku pun ikut murka!”

Dengar ini, hai orang² yg berakal! Kalian menginginkan ridha Allah Ta’ala, namun kalian selalu saja membuat berang orang² miskin. Maka kalian tak akan memperoleh ridha sedikit pun, bahkan kalian malah akan terbolak-balik dalam kemurkaan-Nya.

Camkan ucapanku yg parau ini, niscaya kalian akan beruntung. Ketetapan (ash-shabat) adalah tumbuhan (an-nabat). Aku tidak lari dari ucapan para Syaikh dan keparauannya, akan tetapi aku ini bisu dan buta. Petaka turun menimpaku lantaran mereka, namun aku tetap diam. Adapun engkau tidak sabar menghadapi keras ucapan mereka, namun engkau menginginkan kebahagiaan. Tidak, tidak akan kau peroleh kemuliaan. Engkau tidak akan bahagia sebelum menurut ketentuan takdir, yg baik dan buruk bagimu, serta sebelum kau temani para Syaikh seraya menghilangkan pikiran tentang bagianmu.

Ikuti dan turuti mereka dalam segala kondisi, niscaya akan kau peroleh bahagia, di dunia dan Akhirat. Pahami sekaligus amalkan apa yg kukatakan. Pemahaman tanpa realisasi amal tidak berarti apa². Sementara amal tanpa keikhlasan adalah ketamakan tanpa isi, dan setiap kecenderungan tamak memang kosong melompong. Kalangan awam tidak mengetahui uang palsumu, namun seorang tukang jasa tukar uang mengetahui kepalsuan tersebut dan ia akan memberitahukannya pada khalayak awam, hingga mereka akan berhati-hati denganmu.

Jikalau engkau mau bersabar, niscaya akan kau lihat kelembutan-Nya. Nabi Yusuf as., contohnya. Ketika Beliau terus bersabar menghadapi penangkapan, perbudakan, penjara, dan kehinaan, ia turuti saja perbuatan Allah Ta’ala, maka terbuktilah keunggulannya dan ia pun akhirnya menjadi raja, hijrah dari kehinaan menuju kemuliaan, dan dari kematian menuju kehidupan. Begitu juga dirimu. Jika kau ikuti syara’ dan mau bersabar bersama Allah Ta’ala, hanya takut dan mengharap pada-Nya, serta kau lawan hawa nafsu dan setanmu, maka engkau akan hijrah, berpindah dari keadaanmu sekarang ini menuju yg lainnya, dari yg kau benci menuju yg kau cinta.

Giatlah berusaha, niscaya kebaikan akan datang padamu. Barangsiapa mencari dan berusaha, maka ia akan mendapatkan. Berusahalah untuk mengkonsumsi yg halal, sebab ia akan menerangi hatimu dan mengeluarkannya dari kegelapan. Akal yg paling bermanfaat adalah akal yg bisa menyadarkanmu akan nikmat² Allah Ta’ala dan membangkitkanmu untuk mensyukurinya, serta membantumu untuk mengakui nilainya.

Wahai pemuda! Barangsiapa yg mengetahui dengan mata keyakinan (‘ayn al-yaqin) bahwa Allah Ta’ala telah membagi segala sesuatu, maka ia tidak akan meminta sesuatu dari-Nya lantaran malu pada-Nya. Dzikir mengingat-Nya telah menyibukkannya dari meminta. Ia jupa tidak meminta-Nya untuk menyegerakan bagian-Nya atau agar Dia memberikan kepadanya bagian orang lain. Ia terbiasa merenung, diam, santun, dan tidak pernah membantah. Ia tidak mengeluh pada makhluk, baik pada hal yg sedikit maupun yg banyak. Mengemis dalam hati pada makhluk sama saja dengan mengemis pada mereka dengan lisan. Bagiku, tidak ada perbedaan signifikan antara keduanya dari segi substansi.

Celakalah! Tidakkah kau malu meminta pada selain Allah Ta’ala, padahal Dia begitu dekat denganmu daripada selain-Nya. Jika engkau meminta pada makhluk, sesungguhnya engkau hanyalah meminta sesuatu yg tidak kau butuhkan sama sekali. Engkau memiliki simpanan kekayaan, namun tetap berlomba menyesaki kaum fakir untuk mendapatkan biji²an dan benih. Sungguh jika kelak engkau mati, maka aibmu akan terbongkar. Apa yg kau sembunyikan akan tampak dan kau akan mendapat laknat dari sekelilingmu. Jika engkau memang berakal, maka hendaknya engkau berusaha saja mendapatkan sebiji sawi keimanan, niscaya engkau bisa menemui Allah Ta’ala dengan bekal itu. Seharusnya pula engkau berkhidmat menemani kaum shaleh dan belajar menyerap perkataan serta perbuatan mereka, hingga ketika imanmu sudah menguat dan keyakinanmu pun sudah sempurna, maka Allah Ta’ala akan mengikhlaskanmu hanya untuk-Nya. Dia sendiri yg akan mendidikmu, memerintah, dan melarangmu dari bilik hatimu.

Hai penyembah berhala yg riya’! Engkau tidak akan pernah bisa mencium harum kedekatan Allah Ta’ala, di dunia maupun di Akhirat. Engkau juga, hai orang yg menyekutukan Allah dengan makhluk dan menerima mereka dengan hatinya! Berpalinglah dari mereka, karena mereka sama sekali tidak memiliki kuasa mudharat dan manfaat, juga memberi dan menolak. Janganlah engkau mengaku mengesakan Allah Ta’ala disertai syirik yg terus menempel di hatimu, niscaya engkau tidak akan memperoleh apa². []

39. Mencintai Para Wali dan Kaum Shaleh

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-39:

“Mencintai Para Wali dan Kaum Shaleh”

Pengajian Jumat pagi, 12 Rajab 545 H. di Ribath.

Jika kau inginkan kerajaan dunia dan Akhirat, maka jadikanlah kepasrahanmu hanya pada Allah Ta’ala, niscaya engkau akan menjadi pemimpin bagi dirimu sendiri dan orang lain.

Aku telah menasehatimu, maka terimalah nasehatku. Aku telah membenarkanmu, maka benarkan juga aku. Jika engkau mendustakan dan didustakan, maka engkau akan didustakan dan Dia juga akan mendustakanmu. Begitu juga, jika engkau membenarkan dan dibenarkan, maka engkau akan dibenarkan dan Dia pun akan membenarkanmu. “Sebagaimana engkau merendahkan, maka engkau pun akan direndahkan.”

Ambillah obat dariku untuk sakit agamamu dan pergunakanlah, niscaya akan datang kesembuhanmu. Generasi dahulu mengelilingi timur dan barat bumi, mencari para wali dan kaum shaleh yg merupakan dokter² hati dan agama. Jika mereka menemukan satu dari para wali dan kaum shaleh, maka mereka akan langsung meminta obat (terapi) darinya untuk (kesehatan) agama mereka. Akan tetapi sekarang, orang² yg paling kalian benci malah para fuqaha’, ulama, dan wali yg merupakan sosok² pengajar dan pendidik, maka tentu saja kalian tidak akan pernah mendapatkan obat. Lalu, apa manfaat ilmu dan kedokteranku bagimu, jika pondasi yg aku bangun setiap hari untukmu malah kau robohkan. Aku memberimu resep obat, namun engkau tak pernah menggunakannya. Sudah sering kukatakan padamu, “Jangan makan suapan ini, sebab di dalamnya ada racun, dan makanlah ini saja, sebab ada kandungan obat di dalamnya,” akan tetapi engkau malah keras kepala dan memakan makanan yg beracun.

Sebentar lagi efek racun itu akan muncul dalam struktur agama dan imanmu. Aku hanya menasehatimu. Aku tidak takut sedikit pun pada pedangmu, dan aku juga tidak menginginkan sedikit pun emas kekayaanmu, sebab barangsiapa yg bersama Allah Ta’ala, maka ia tidak akan pernah gentar pada siapa pun, baik jin, manusia, serangga bumi, binatang buas dan kutu²nya, maupun pada makhluk apa pun.

Jangan sekali-kali kalian cerca para syaikh pengamal ilmu. Kalian adalah orang² tolol yg tidak mengetahui Allah, para Rasul-Nya, dan hamba² shaleh-Nya yg menuruti dan ridha pada segala perbuatan-Nya. Keselamatan total terkandung dalam keridhaan menerima qadha, pendek angan2 dan kezuhudan akan dunia. Jika kalian dapati kelemahan dalam diri kalian, maka obatilah dengan selalu mengingat mati dan berpendek angan.

Rasulullah Saw. bersabda menyampaikan sebuah hikayat dari Allah Ta’ala:

“Tidak mendekat orang² yg mendekat pada-Ku yg lebih utama dibanding dengan menunaikan apa yg Aku wajibkan pada mereka, dan hamba-Ku senantiasa mendekat pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengaran, penglihatan, tangan, dan pendukung baginya. Maka dengan-Ku ia mendengar, dengan-Ku ia menatap, dan dengan-Ku ia memukul.”

Ia melihat seluruh perbuatannya lantaran Allah Ta’ala. Lantaran-Nya pula ia keluar dari daya kekuatannya, serta dapat melihat dirinya sendiri maupun orang lain. Seluruh gerakan dan daya kekuatannya adalah lantaran Allah Ta’ala, bukan dirinya atau makhluk apa pun. Ia mengucilkan dirinya, dunia, dan Akhiratnya. Semua (perbuatannya) berkerangka ketaatan, maka tidak diragukan lagi bila ketaatan tersebut semakin mendekatkannya pada-Nya. Ketaatannya menjadi sebab cinta Allah Ta’ala padanya. Karena ketaatannya, Allah mencintai dan mendekat, dan karena kemaksiatannya, Dia murka dan menjauh. Dengan ketaatan akan diperoleh keintiman kasih-Nya (al-uns), sementara dengan maksiat diperoleh keberingasan, karena orang yg berbuat buruk terkesan beringas. Dengan mengikuti syara’ didapatkan kebaikan, dan dengan melanggarnya didapatkan keburukan. Barangsiapa yg tidak menjadikan syara’ sebagai penyandingnya, maka ia akan binasa menyusul orang² yg telah binasa.

Bekerja dan berusahalah, akan tetapi jangan sampai kau gantungkan diri pada kerja. Orang yg mengabaikan semua demi kerja adalah orang yg tamak, dan orang yg bergantung pada amal adalah orang yg terpedaya.

Ada komunitas yg berdiri di antara dunia dan Akhirat, ada juga yg berdiri di antara Surga dan Neraka, dan ada pula yg berdiri di antara makhluk dan Sang Khaliq. Jika benar engkau adalah seorang ahli zuhud, maka engkau berdiri di antara dunia dan Akhirat. Jika engkau penakut (pada Allah), maka engkau berdiri di antara Surga dan Neraka, dan jika engkau ‘arif, maka engkau berposisi di antara makhluk dan Sang Khaliq, kadang memperhatikan manusia, dan terkadang lagi menatap Sang Khaliq sembari menyampaikan informasi tentang kondisi Akhirat pada khalayak, berikut perhitungan amal-Nya (hisab) dan segala isinya, sekaligus menyampaikan apa yg ia saksikan dan ia lihat, meski berita itu tidak seperti melihat dengan mata kepala sendiri.

Kaum ini menanti-nanti perjumpaan dengan Allah Ta’ala. Mereka mengangan-angankannya sepanjang waktu. Mereka tidak gentar akan maut, sebab maut adalah sebab (sarana) bertemu dengan kekasih mereka. Berpisahlah sebelum engkau dipisah. Tinggalkan sebelum engkau ditinggalkan. Jauhi sebelum engkau dijauhi keluargamu dan seluruh manusia, toh mereka tidak akan bermanfaat apa² bagimu, jika kau masuk ke dalam kubur. Bertaubatlah dari mengkonsumsi (sesuatu) yg mubah dengan gairah syahwat.

Wahai manusia! Berlaku wara’-lah dalam segala kondisimu. Wara’ adalah baju agama. Carilah baju untuk agama kalian dariku. Ikutilah aku, sesungguhnya aku berada di jalur kesungguhan Rasulullah Saw. Aku mengikuti segala perbuatannya, makannya, minumnya, nikahnya, dan apa saja yg ditunjukkannya. Aku terus berbuat demikian hingga aku mencapai sesuatu yg dikehendaki Allah Ta’ala. Selama berbuat demikian, aku tidak pernah berpikir tentang pujian Allah, juga pujian atau cercaanmu, pemberian atau penolakanmu, kebaikan atau keburukanmu, penerimaan atau keingkaranmu.

Engkau adalah orang bodoh, dan orang bodoh tidak perlu di acuhkan. Kalaupun engkau bahagia dan beribadah pada Allah Ta’ala, maka ibadahmu akan dikembalikan lagi padamu, sebab ia adalah ibadah yg dibarengi kebodohan, dan semua kebodohan bersifat merusak. Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yg beribadah pada Allah atas dasar kebodohan, maka apa yg ia rusak lebih banyak daripada apa yg ia perbaiki.”

Tidak ada kamus keberuntungan bagimu hingga kau ikuti Al-Qur’an dan Sunnah. Seorang (shaleh) menuturkan: “Barangsiapa yg tidak memiliki syaikh (guru pembimbing), maka Iblislah yg menjadi syaikhnya.” Ikutilah para syaikh yg alim, menguasai Al-Qur’an dan Sunnah sekaligus menjalankannya. Berbaik sangkalah pada mereka dan belajarlah. Bersikaplah santun di hadapan mereka, niscaya engkau akan beruntung. Jika engkau tidak mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah, juga para syaikh yg mengetahui keduanya, maka selamanya engkau tidak akan pernah mendapatkan keberuntungan. Tidakkah pernah kau dengar aforisma: “Barangsiapa yg merasa cukup dengan pendapatnya sendiri, maka ia telah sesat.” Didiklah dirimu dengan berkhidmat menemani orang yg lebih alim darimu. Bersibuklah dulu dengan memperbaiki dirimu sendiri, baru kemudian beralih pada orang lain. Rasulullah Saw. bersabda:

“Mulailah dengan dirimu sendiri, baru kemudian dengan orang yg kau tanggung (keluargamu).”

Sabdanya lagi:

“Tidak ada sedekah, selagi keluarga (dzu rahim) masih membutuhkan.” []

40. Belajar Agama

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-40:

“Belajar Agama”

Pengajian Ahad pagi, 14 Rajab 545 H. di Ribath.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yg dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan mencerdaskannya dalam agama. Dan akan Dia perlihatkan padanya cela² keburukan dirinya.”

Kecerdasan beragama adalah sarana mengenali diri. Barangsiapa yg mengenal Tuhannya, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. Dengan demikian, telah shahih penghambaan dan keterbebasannya dari penghambaan pada selain-Nya. Tidak ada kebahagiaan dan keselamatan bagimu, hingga engkau lebih mementingkan-Nya daripada selain-Nya, serta engkau lebih mementingkan agamamu daripada syahwatmu, Akhiratmu daripada duniamu, dan Penciptamu daripada makhluk sesamamu. Jika engkau lebih mengutamakan syahwat di atas agamamu, dunia di atas Akhiratmu, makhluk sesama di atas Penciptamu, maka nyatalah kebinasaanmu.

Lakukanlah instruksi ini! Sudah cukup bagimu terhijab dari Allah Ta’ala tanpa pengabulan (ijabah). Pengabulan akan turun setelah adanya tanggapan (istijabah). Jika engkau menanggapi-Nya dengan amal, maka Dia akan mengabulkanmu saat engkau meminta apa pun pada-Nya. Tanaman ada setelah ditanam. Berladanglah, niscaya engkau akan menuai. Rasulullah Saw. bersabda:

“Dunia adalah ladang Akhirat.”

Tanamilah ladang ini dengan hati dan badan, yaitu iman, lalu jagalah, airi, dan sirami ia dengan amal² shaleh. Jika hati memiliki kelembutan, empati, dan kasih sayang, maka tanaman akan tumbuh subur di atasnya, namun jika hati keras, kasar, dan beringas, maka tanahnya akan tandus dan tanaman tidak akan tumbuh pada tanah yg tandus. Pun, jika kau bercocok tanam tanpa pengetahuan, maka tanaman tidak akan tumbuh subur, dan malah menjurus pada kerusakan. Belajarlah cara bercocok tanam yg baik, dan jangan asal menuruti pendapat sendiri. Rasulullah Saw. bersabda:

“Minta tolonglah atas setiap keterampilan pada pakar yg berkompeten.

Engkau sibuk bercocok tanam dengan tanaman dunia, dan mengabaikan tanaman Akhirat. Tidakkah kau tahu bahwa pencari dunia tidak akan beruntung bersama Akhirat? Ia tidak akan bisa melihat Allah Ta’ala. Jika engkau menginginkan Akhirat, maka engkau harus meninggalkan dunia, dan jika engkau menginginkan Allah Ta’ala, rnaka engkau harus meninggalkan bagian² (huzhuzh) dan makhluk, niscaya engkau akan sampai pada-Nya. Jika hal ini sudah kau jalankan dengan benar, maka dunia dan Akhirat, bagian² (rezeki) dan manusia akan datang sendiri padamu dengan segala kepatuhan tanpa keterpaksaan, sebab yg pokok sudah kau pegang, sehingga cabang²nya pun akan mengikut begitu saja.

Gunakanlah akal! Engkau tidak memiliki iman, juga (kesadaran) akal dan kemampuan membedakan (tamyiz). Engkau terpaku bersama manusia, dan menyekutukan-Nya dengan mereka. Engkau akan hancur binasa jika tidak bertaubat. Menyepilah menuju jalan kaum (shaleh). Menyepilah menuju pintu mereka. Janganlah engkau mempergauli mereka dengan pundak² fisikmu tanpa hati. Jangan pula mempergauli komunitas mereka dengan kemunafikan dan pengakuan² palsu, serta kegilaanmu. Akan tetapi, gauli komunitas mereka dengan hati dan nurani, dengan pundak² tawakkal dan kesabaran dalam menghadapi petaka serta keridhaan menerima bagian² (rezeki).

Wahai pemuda! Tetaplah bersama Allah Ta’ala meski petaka turun menimpamu. Jika engkau berdiri di atas kaki² kecintaan pada-Nya, maka engkau tidak akan terhempaskan oleh badai dan hujan, juga terbakar panas. Engkau akan kokoh, lahir dan batin, berdiri di sebuah tempat yg tidak ada satu pun makhluk di sana, tidak ada dunia dan Akhirat, bahkan tidak ada hak² dan bagian²nya. Tidak ada penderitaan, juga tidak ada perihal bagaimana pun. Tidak ada lagi selain Allah Ta’ala di sana.

Jangan kotori dirimu dengan memandang makhluk dan membekali keluarga. Janganlah kau berubah oleh sedikit atau banyaknya (bagian), cercaan atau pujian, penerimaan atau penolakan, niscaya engkau akan berada di sana bersama-Nya, di luar logika manusia, jin, malaikat, dan makhluk seluruhnya.

Bagus sekali aforisma yg dituturkan oleh sebagian dari mereka (kaum shaleh) berikut, “Jika kau percaya, (silahkan), dan jika tidak, maka jangan ikuti kami.” Kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan adalah dasar² pondasi dari apa yg telah aku jelaskan. Jika kau menginginkanku, maka aku akan bersikap munafik di hadapanmu. Akan aku halus²kan bicara, hingga dirimu senang dan takjub, hingga kau menyangka bahwa perkataan itu tidak berdasar apa² dan tidak memiliki kemuliaan. Aku adalah api, dan tidak ada yg mampu bertahan di atas api kecuali kadal yg bertelur, mengeram, berdiri dan duduk di dalam (kobaran) api. Berusahalah menjadi kadal dalam api petaka, dalam mujahadah, dan penderitaan, serta bersabar menerima godam² qadha’ dan takdir hingga engkau bisa bertahan menemaniku, menyimak penuturanku dengan segala ketegasannya, dan mengamalkannya secara lahir dan batin, rahasia maupun terbuka, pertama dalam kesendirianmu (khalwah), kedua dalam keramaianmu (jalwah), dan ketiga dalam wujud eksistensimu. Jika engkau benar² melakukannya, maka akan kau peroleh kebahagiaan dunia dan Akhirat atas kehendak dan takdir Allah Ta’ala.

Sedikit pun aku tidak tertarik pada seorang makhluk, sebab cintaku hanya untuk Allah Ta’ala semata. Konsekuensinya, aku tidak menoleh sedikit pun pada apa dan siapa tanpa perintah-Nya, tetapi aku hanya menguatkannya demi memenuhi hak-Nya dari makhluk-Nya. Aku tidak melemahkan dan menguatkan maupun menuruti mereka (manusia) dengan nafsuku.

Seorang shaleh —semoga Allah mengasihinya— menuturkan “Turutilah Allah Ta’ala dalam (berinteraksi dengan) makhluk dan jangan turuti makhluk dalam (berinteraksi dengan) Allah Ta’ala. Kehancuran bagi yg hancur dan kebaikan bagi yg baik.” Bagaimana aku mempedulikan(mu), sementara engkau adalah pendurhaka Allah, peremeh perintah² dan larangan-Nya, penentang-Nya, dalam masalah qadha’ dan takdir-Nya, serta musuh-Nya sepanjang siang dan malammu. Engkau dibenci dan terkutuk.

Allah Ta’ala berfirman dalam sebagian Kalam-Nya (Hadits Qudsi): “Jika engkau taat, maka Aku ridha, dan jika Aku sudah ridha, maka Aku akan memberkati(mu) dan barakah-Ku tidak berujung, (namun) jika engkau mendurhakai-Ku, maka Aku murka dan jika Aku sudah murka, Aku akan melaknat(mu), dan laknat-Ku sampai ke tujuh turunan.”

Zaman sekarang ini adalah era penjual-belian agama dengan tin, era berpanjang angan dan ambisius. Berusahalah agar tidak termasuk orang yg disinyalir Allah Ta’ala dalam firman-Nya:

وَقَدِمْنَآ إِلٰى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَآءً مَّنْثُورًا

“Dan kami hadapi segala amal yg mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yg berterbangan.” (QS. Al-Furqan [25]: 23)

Setiap amal yg tidak didedikasikan untuk Allah Ta’ala adalah debu yg berterbangan. Celakalah! Kedokmu memang tertutup bagi kaum awam, namun ia tidak tersembunyi dari kaum khawwash. Uang palsumu tersembunyi dari penukar uang? Tidak! Orang bodoh tersembunyi dari orang alim? Tidak!

Beramallah dan ikhlaslah! Sibuklah dengan Allah Ta’ala dan tinggalkan kesibukan dengan sesuatu yg bukan urusanmu. Orang lain (selainmu) termasuk sesuatu yg bukan urusanmu, maka janganlah kau sibukkan diri dengannya. Engkau harus mengkarantina nafsumu hingga engkau mampu mengalahkan, merendahkan, dan menawannya, serta menjadikannya tunduk padamu, sehingga engkau bisa mengendarainya melewati padang² pasir dunia hingga sampa ke Akhirat, melewati makhluk hingga sampai pada Allah Ta’ala. Jika engkau telah melakukan hal ini dengan sempurna dan dirimu sudah benar² kuat, maka engkau boleh mengikuti selainmu, mengeksplorasi duniawi, maju menghadap al-Mawla Junjungan, dan menikmati hikmah².

Ingat! Engkau harus memegang kebenaran Hadits. Jangan lakukan penakwilan, sebab penakwil akan lari (terlalu jauh dari kebenaran Hadits). Jangan takut pada makhluk, apalagi mengharap pada mereka, sebab hal itu termasuk indikasi kelemahan iman. Dengan himmah citamu, kau akan meninggi. Sesungguhnya Allah Ta’ala memberimu (anugerah) menurut kadar himmah citamu, serta ketulusan dan keikhlasanmu.

Lawanlah (nafsu)! Berpalinglah (dari selain Allah Ta’ala), dan carilah (Dia semata)! Dengan mengandalkan dirimu sendiri, tidak akan kau peroleh apa pun. Engkau harus membebani dirimu dalam mengais amal² shaleh, sebagaimana engkau berusaha membebani diri dalam mengais rezeki.

Setan mempermainkan manusia awam sebagaimana seorang ahli mempermainkan bolanya. Setan menyetir mereka sekehendaknya, sebagaimana salah seorang dari kalian menyetir kendaraannya sekehendak hatinya. Ia memuliakan hati mereka dan mengeksploitasi mereka menurut keinginannya. Ia turunkan mereka dari gubuk² peribadatan mereka serta mengeluarkannya dari mihrab²nya. Lalu ia hentikan mereka untuk melayaninya. Nafsu dalam hal ini membantu setan dalam menyediakan sarana dan prasarana tersebut.

Wahai pemuda! Cambuklah nafsumu dengan cambuk lapar dan cambuk pencegahan dari syahwat, kelezatan, dan kesia-siaan. Cambuklah juga hatimu dengan cambuk takut dan pengawasan (khawf wa muraqabah). Jadikanlah istighfar sebagai habitat nafsumu, serta hati dan nuranimu, sebab masing² memiliki dosa khusus. Disiplinkanlah mereka untuk menuruti dan mengikuti-Nya dalam segala kondisi.

Hai orang yg kurang pengalaman! Jika takdir memang sudah tidak mungkin lagi kau tolak dan ubah, atau kau hapus dan kau tentang, maka janganlah kau inginkan apa yg tidak di ingini-Nya. Jika memang tidak datang kepadamu kecuali apa yg Dia inginkan, maka jangan inginkan sesuatu yg tidak di inginkan-Nya. Jangan lelahkan dirimu, sementara hatimu masih terpaut dengan sesuatu yg tidak di inginkan Allah Ta’ala.

Serahkanlah semua pada Allah Ta’ala. Bergantunglah pada rahmat-Nya dengan tangan pertaubatanmu pada-Nya, Selama engkau menjalankan hal ini, maka dunia akan hilang dari mata hati dan kepalamu. Musibah² apa pun akan kau pandang ringan, begitu juga meninggalkan syahwat dan kelezatan dunia. Engkau tidak akan pula mengeluhkan jepitan dan jeratannya. Dirimu menjadi seperti Asiyah —semoga Allah meridhainya— istri Raja Fir’aun dalam menghadapi derita cobaan. Ketika terungkap bahwa ia telah beriman pada Allah Ta’ala, Fir’aun lalu memerintahkan untuk menangkapnya dan memukul kedua tangan dan kakinya dengan tongkat besi dan terus menyiksanya dengan cambukan. Asiyah hanya menengadah ke langit. Dilihatnya pintu² Surga terbuka dan para malaikat sedang membangun rumah untuknya di dalamnya. Lalu datanglah malaikat maut mencabut nyawanya sambil berkata kepadanya, “Rumah ini adalah milikmu.” Ia lalu tertawa dan hilanglah derita penyiksaan darinya. Ia berkata, “Tuhan, bangunlah untukku sebuah rumah di Surga.”

Seperti itulah jadinya dirimu, sebab engkau melihat sesuatu di (atas) sana dengan mata hati dan keyakinanmu, sehingga engkau mampu bersabar menghadapi yg di sini, berupa bencana dan petaka. Engkau keluar dari daya kekuatanmu, dan engkau tidak mengambil juga tidak memberi, tidak bergerak juga tidak diam, kecuali dengan daya kekuatan Allah. Engkau lebur di hadapan-Nya dan kau pasrahkan urusanmu pada-Nya. Engkau menuruti-Nya dalam (menghadapi) dirimu dan manusia. Engkau pun tidak mengatur-atur (kehidupanmu) di hadapan pengaturan-Nya, tidak menghukum di hadapan hukum-Nya, dan tidak memilih di hadapan pilihan-Nya. Barangsiapa mengetahui hal ini, maka ia tidak akan mencari lagi selain-Nya. Dia tidak akan memiliki obsesi selain-Nya. Bagaimana seorang yg berakal tidak mengangankan hal ini, bila persandingan dengan Allah Ta’ala tidak akan sempurna kecuali dengannya. []

41. Berpegangan Pada Tali Yang Kuat

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-41:

“Berpegangan Pada Tali Yang Kuat”

Pengajian pagi, 16 Rajab 545 H. di Madrasah.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Terlaknat, terlaknatlah orang yg berkepercayaan pada makhluk seperti dirinya.”

Betapa banyak manusia yg termasuk dalam laknat ini, dan hanya sedikit yg percaya pada Allah Ta’ala. Barangsiapa yg percaya pada Allah,

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُۥٓ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى ۗ وَإِلَى اللَّهِ عٰقِبَةُ الْأُمُورِ

“Dan barangsiapa yg menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yg berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yg kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman [31]: ayat 22)

Orang yg percaya pada makhluk sepertinya adalah bagaikan orang yg menciduk air dengan jari tangan merenggang, dan ia pun tidak mendapatkan apa².

Celaka kau! Manusia memang bisa memenuhi kebutuhanmu sehari, dua hari, tiga hari, sebulan, setahun, atau dua tahun, namun di Akhirat kelak mereka akan bosan denganmu. Karena itu, temanilah Allah Ta’ala dan tumpukan kebutuhanmu pada-Nya, sebab Dia tidak akan pernah bosan denganmu, juga tidak akan pernah jemu memenuhi kebutuhan², di dunia dan Akhirat. Seorang pengesa memiliki kekuatan tauhid. Tidak ada lagi baginya yg disebut ayah, ibu, keluarga, teman, musuh, kekayaan, jabatan (kehormatan), atau ketenangan bersama sesuatu apa pun, melainkan hanya ketergantungan di pintu Allah Ta’ala dan anugerah²Nya.

Hai orang² yg menaruh kepercayaan pada dinar dan dirham (baca: uang)! Apa yang kau miliki sebentar lagi akan hilang dari tanganmu sebagai siksaan bagimu seperti Dia membinasakan keduanya (dinar dan dirham). Sebelumnya keduanya berada di tangan orang lain, lalu di ambillah keduanya untuk kemudian diserahkan kepadamu, agar engkau menggunakannya sebagai sarana ketaatan pada Allah Ta’ala, namun engkau malah menjadikannya sebagai berhalamu.

Hai orang bodoh! Belajarlah demi meraih Wajah Allah Ta’ala, lalu amalkan, niscaya Dia akan mendidik dan mendisiplinkanmu. Ilmu adalah kehidupan, sementara kebodohan adalah kematian.

Seorang yg shiddiq, ketika telah selesai mempelajari suatu ilmu campuran (al-‘ilm al-musytarak), maka ia kemudian akan masuk dalam disiplin ilmu khusus, yaitu ilmu hati dan nurani. Jika sudah menguasai ilmu ini, maka ia akan menjelma menjadi sultan agama Allah. Ia memerintah dan melarang, memberi dan menolak dengan izin atasan, Penguasanya. Ia menjadi sultan di kalangan manusia, yg memerintah dengan perintah Allah Ta’ala dan melarang dengan larangan-Nya, menghukum mereka atas perintah-Nya dan memberi mereka atas perintah-Nya juga. Ia memegang hukum bersama manusia, dan memegang ilmu bersama Allah Ta’ala.

Hukum adalah penjaga yg berdiri di depan pintu, sementara ilmu adalah yg di dalam rumah. Hukum bersifat umum, sementara ilmu bersifat khusus. Seorang yg ‘arif berdiri di depan pintu Allah Ta’ala. Dia serahkan padanya ilmu makrifat dan pengetahuan akan perkara² yg tidak diketahui oleh siapa pun selain-Nya. Jika diperintahkan memberi, ia memberi. Diperintahkas mencegah, ia mencegah. Diperintahkan makan, ia makan. Diperintahkan lapar, ia pun lapar. Ia diperintahkan untuk menerima seseorang dan menolak yg lain, diperintahkan untuk mengambil dari seseorang dan mengembalikan pada yg lain. Orang yg menang adalah yg menolongnya, dan orang yg kalah adalah yg menelantarkannya.

Kaum (shaleh) datang kepada kalian demi kepentingan kalian, bukan demi kebutuhan mereka, karena mereka tidak membutuhkan apa² lagi dari makhluk seperti kalian. Mereka menggulung tali² manusia, menguatkan bangunan mereka, serta menyayangi mereka. Mereka adalah intelektual besar Allah Ta’ala di dunia dan Akhirat. Lalu untuk apa mereka mengambil sesuatu dari kalian, kalau bukan demi kepentingan kalian. Mereka hanya disibukkan dengan akriviras rutin menasehati manusia, sebab apa yg ada dari Allah Ta’ala akan kekal dan kokoh, sementara yg dari selain-Nya tidak.

Layanilah iImu dan ulama yg mengamalkan ilmu, serta bersabarlah dalam menjalaninya. Jika engkau terlebih dahulu bersabar melayani ilmu, maka ilmu akan melayanimu. Karena itu, bersabarlah melayaninya sebagaimana kesabarannya melayanimu. Jika engkau bersabar rnelayani ilmu, maka engkau akan di anugerahi kepahaman hati dan cahaya batin.

Wahai manusia! Serahkanlah segala urusan pada Allah Ta’ala, sebab Dia lebih tahu diri kalian daripada kalian sendiri. Nantikanlah pembebasan-Nya, sebab dari jam ke jam adalah pembebasan _(faraj)_. Layanilah Allah Ta’ala dan memohonlah agar Dia membukakan pintu-Nya untukmu dan menutup pintu² makhluk. Sesungguhnya Dia akan memperlihatkan kepadamu keajaiban² yg tidak pernah kau duga dan pikirkan.

Celaka kau! Jika memang Allah Ta’ala berkehendak memberi manfaat dengan tangan² manusia, tentu Dia akan memberimu. Jika Dia berkehendak mencelakakanmu di tangan manusia, maka terjadilah demikian. Dia adalah Yang Maha Mengendalikan, Maha Melunakkan, juga Mengeraskan hati mereka. Dia Maha Menghidupkan, juga Mematikan. Maha Memberi juga Menolak. Maha Pemberi sakit juga Maha Pemberi sehat. Maha Mengenyangkan, sekaligus Maha Melaparkan. Dia Maha Membungkus dan Maha Menelanjangi. Maha Bersikap baik, juga Maha Bersikap kasar. Maha Awal dan Maha Akbar. Maha Lahir dan Maha Batin. Semua itu hanya ada pada-Nya, dan tidak dimiliki selain-Nya. Yakinilah hal ini dengan segenap hatimu dan baik²lah bergaul dengan manusia dalam lahiriahmu.

Ini adalah kesibukan kaum shaleh lagi muttaqin yg bertakwa pada Allah Ta’ala dalam segala kondisi mereka. Mereka berkelakar dengan makhluk, berdialog dengan mereka menurut pola pikir, hati dan kebaikan budi mereka, juga dengan akhlak Alkitab dan Sunnah, sekaligus memerintahkan mereka (mengamalkan) isi kandungan keduanya. Jika khalayak manusia menerima seruannya, mereka berterima kasih atas hal tersebut. Dan, jika mereka melanggar keduanya, maka tidak ada lagi persahabatan dan kasih sayang antara mereka dengan manusia pelanggar tersebut. Mereka selalu bersikap tegas dengan manusia dalam hal perintah dan larangan Allah Ta’ala. Jadikanlah hatimu sebagai masjid dan jangan sampai engkau menyembah seorang pun di samping Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya mesjid² itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS Al-Jinn [72]: 18)

Ketika derajat seorang hamba menanjak naik dari Islam ke iman, dari iman ke iqan (keyakinan), dari iqan (keyakinan) ke makrifat, dari makrifat ke ilmu, dari ilmu ke mahabbah, dari mahabbah ke mahbubiyyah, dari meminta-Nya ke mathlubiyyah (yg diminta)-Nya, maka ketika itulah, jika ia lalai, ia tidak akan ditinggalkan, jika lupa, ia di ingatkan, jika tidur, ia akan dibangunkan, jika terlena, ia akan disadarkan, jika berpaling, ia akan dihadapkan kembali, dan jika diam, ia akan dibuat bicara, sehingga ia senantiasa tersadar dan suci, sebab bejana hatinya telah suci. Ia bisa menerawang batinnya lewat lahirnya. Ia mewarisi kesadaran ini dari Nabi Muhammad Saw. Matanya memang terpejam tidur, namun hatinya tidak pernah tidur. Ia melihat apa yg di belakangnya persis sebagaimana ia melihat dari hadapannya.

Setiap orang memiliki kesadaran sendiri² menurut hal-nya. Rasulullah Saw. sendiri tidak bisa mencapaikan seseorang pada kesadarannya, serta tidak mampu membawa serta siapa pun menikmati kekhususan²nya. Meski demikian, kaum abdal dan para wali yg termasuk umatnya berusaha mengembalikan sisa² makanan dan minumannya. Mereka memberikan setetes lautan maqamat-nya dan sebiji sawi gunung karamah -nya, sebab mereka mengikuti di belakangnya, berpegang teguh pada agamanya, memperjuangkan keunggulannya, membimbing manusia menujunya, menyebarkan ilmu agama dan syara’nya, Semoga keselamatan dan penghormatan Allah Ta’ala tercurah pada mereka beserta orang² yg mewarisi mereka hingga Hari Kiamat.

Ketika seorang Mukmin menoleh pada dunia, maka ia pun menginginkan dan mencari-carinya, hingga dunia memenuhi hatinya, namun begitu dunia ingin menguasainya, ia pun segera melepaskannya. Selanjutnya ia mencari Akhirat hingga akhirnya ia berhasil menemukannya. Hatinya pun dipenuhi Akhirat, namun kemudian muncul kekhawatiran dalam dirinya akan kungkungan dan penahanan Akhirat atas dirinya untuk bertemu Tuhannya, maka ia pun melepaskan Akhirat dan mendudukkannya di samping dunia. Ia tunaikan kewajiban Akhirat dan mencapai pintu Allah Ta’ala, lalu ia pun tinggal bersama-Nya sambil berbantalkan pembatas pintu-Nya. Ia ikuti jejak Ibrahim al-Khalil as. yg menjauhi bintang, bulan, dan matahari, untuk kemudian berkata:

إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yg menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yg benar, dan aku bukanlah termasuk orang² yg mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al-An’am [6]: 79)

Jika selamanya ia berbantalkan pembatas pintu dan mengenal Allah Ta’ala, maka diwujudkanlah permintaannya. Dia membuka pintu-Nya dan menyilahkan hati hamba tersebut masuk menemui-Nya. Ia pun kemudian meminta informasi pada Allah tentang hal-nya, dan segala yg berlaku di dunia dan Akhirat, sebab Allah Ta’ala lebih mengetahui hal tersebut daripada dirinya.

Maka Allah Ta’ala pun menceritakan sebuah kisah padanya, mendekatkannya, menghiburnya, berbincang dengannya, memakaikan baju ridha-Nya dan memenuhinya dengan sebagian hikmah dan ilmu-Nya. Kemudian memaklumkan kebebasannya di dunia dan Akhirat. Dia juga memperbarui ikatan perjanjian dunia-Akhirat untuknya. Lalu menulis ketetapan antara ia dan keduanya, serta mensyaratkan pada dunia dan Akhurat untuk tidak menyakitinya. Dia menjadikan keduanya (dunia dan Akhirat) sebagai pelayan yg bertugas memenuhi bagian²nya. Dia juga menyampaikan pada keduanya untuk selalu mencintainya, hingga berubahlah hakikat dirinya. Maqam hatinya berada di sisi Allah Ta’ala dan ia singkirkan jauh² apa saja selain-Nya darinya. Ia menjadi sosok budak yg merdeka, budak bagi Allah Ta’ala, dan merdeka dari segala selain-Nya secara mutlak, di langit dan di bumi. Tidak ada sesuatu pun yg memiliki dan menguasainya, akan tetapi Dia-lah yg memiliki dan menguasai segala sesuatu. Ia menjadi seorang raja yg hanya dikuasai oleh Sang Maha Raja (al-Malik). Pintu (Allah) selalu terbuka untuknya dengan izin yg mutlak. Tidak ada lagi pintu², juga pengawal baginya.

Wahai pemuda! Jadilah generasi muda kaum shaleh, karena dunia dan Akhirat selalu siap sedia melayani mereka, kapan pun mereka mau. Mereka mengambil bagian duniawi dan ukhrawi dengan restu Allah Ta’ala. Mereka itulah orang² yg akan memberi kalian rupa di dunia dan esensi di Akhirat. Ya Allah, perkenalkanlah antara kami dan mereka, di dunia dan Akhirat! []

42. Cinta Demi Allah

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-42:

“Cinta Demi Allah”


Pengajian pagi, 19 Rajab 545 H. di Madrasah.

Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa yg senang untuk menjadi manusia yg paling mulia, maka bertakwalah ia pada Allah. Barangsiapa yg berhasrat menjadi manusia yg paling kuat, maka tawakkal (berserah diri)lah pada Allah. Barangsiapa yg ingin menjadi manusia yg paling kaya, maka yakinlah dengan apa yg ada di sisi Allah lebih daripada apa yg ada di tangan kalian.”


Barangsiapa yg menginginkan kemuliaan dunia dan Akhirat, maka bertakwalah pada Allah Ta’ala, sebab Dia berfirman:

يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَأُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقٰىكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki² dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yg paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13)

Kemuliaan terkandung dalam ketaatan kepada-Nya dan kehinaan terletak pada kemaksiatan terhadap-Nya.

Barangsiapa yg menginginkan kekuatan dalam agama Allah Ta’ala, maka bertawakallah pada Allah Ta’ala, sebab tawakkal bisa menyehatkan hati, menguatkan, menatanya, dan bisa memperlihatkan kepadanya berbagai keajaiban². Jangan pasrahkan diri pada dirham, dinar, dan sarana duniawimu, sebab hal itu akan melemahkanmu, akan tetapi berserah dirilah pada Allah, sebab Dia akan menguatkanmu, memperhatikanmu, lembut terhadapmu, dan membukakan (pintu rezeki) bagimu dari arah yg tidak kau sangka², serta (yg terpenting) Dia akan menguatkan hatimu, sehingga engkau pun menjadi tidak terlalu peduli dengan datang perginya duniawi, juga penerimaan dan penolakan manusia. Ketika itulah, engkau menjadi manusia yg terkuat, namun jika (kemudian) engkau serahkan dirimu pada harta benda, jabatan, keluarga, dan sarana² duniawi lainnya, maka engkau telah memasang badan untuk dimurkai Allah dan siap kehilangan semua ini. Sebab Dia sangat pencemburu. Dia tidak suka jika ada selain-Nya di hatimu.

Lebih lanjut, barangsiapa yg menginginkan kekayaan dunia dan Akhirat, maka hendaklah ia mempercayakan diri hanya kepada Allah, tanpa selain-Nya. Berdiri di pintu-Nya dan malu dengan-Nya Jika sampai ia mendatangi pintu selain-Nya, juga hendaklah ia pejamkan mata dari melihat selain-Nya, maksudnya mata hati, bukan mata fisik. Bagaimana engkau bisa percayakan diri pada apa yg kau miliki di tanganmu, sementara ia rentan hilang, dan kau tinggalkan kepercayaan diri pada Allah Ta’ala yg tiada akan pernah lengser menghilang, Ketidaktahuanmu pada-Nya telah menyeretmu untuk mempercayakan diri pada selain-Nya. Kepercayaan pada-Nya adalah puncak kekayaan, dan kepercayaan pada selain-Nya adalah puncak kefakiran.

Hai orang yg mengabaikan ketakwaan! Engkau telah haramkan kemuliaan dunia dan Akhirat bagi dirimu. Hai orang yg berpasrah diri pada manusia dan sarana² duniawi! Engkau telah haramkan kekuatan dan kehormatan bersama Allah Ta’ala, di dunia dan Akhirat. Hai orang yg mempercayakan diri pada apa yg dimilikinya! Engkau telah haramkan kekayaan bersama Allah Ta’ala, dunia dan Akhirat.

Wahai pemuda! Jika engkau ingin menjadi orang yg bertakwa, tawakkal, dan penuh kepercayaan, maka engkau harus bersabar, sebab sabar adalah pondasi bagi segala kebajikan. Jika niatmu untuk bersabar sudah benar, dan kesabaranmu kau dedikasikan hanya demi meraih Wajah Allah Ta’ala, maka balasan-Nya untukmu adalah memasukkan cinta dan kedekatan-Nya ke dalam hatimu, di dunia dan Akhirat. Sabar berarti menuruti Allah Ta’ala dalam menjalani qadha dan qadar-Nya yg telah Dia tentukan dengan Ilmu-Nya dan tidak seorang pun dari makhluk-Nya yg mampu menghapusnya. Keyakinan ini harus dipegang kuat² oleh seorang Mukmin yg berkeyakinan, sehingga ia akan mampu bersabar atas apa yg telah ditakdirkan-Nya baginya dengan segala pilihan, bukan keterpaksaan, meski sabar pada mulanya adalah keterpaksaan, namun selanjutnya harus merupakan pilihan sendiri.

Bagaimana engkau mengaku beriman, padahal engkau tidak memiliki kesabaran diri. Bagaimana engkau mengaku makrifat, padahal engkau tidak memiliki keridhaan. Perkara² ini tidak terwujud hanya dengan pengakuan semata, juga omong kosong, sebelum engkau melihat pintu (Allah Ta’ala), lalu engkau tidur di sana sambil berbantalkan pembatas pintu-Nya, dan bersabar menerima injakan kaki² takdir serta kaki² mudharat dan manfaat. Ia hanya menginjak-injak jasad hatimu, bukan jasad wadakmu, dan engkau pun tetap tak bergeming dari tempatmu seolah engkau terbius, hilang kesadaran, dan menjadi jasad tanpa nyawa. Hal ini memang membutuhkan ketenangan tanpa gerak, kesamaran tanpa ingatan, menghilang dari makhluk tanpa presensi kehadiran bersama mereka dari segi hati, nurani, batin, dan makna (esensi).

Berapa banyak aku memberi resep, namun tak pernah juga kau gunakan. Berapa banyak aku menasehati, namun tak pernah pula kau terima nasehatku. Betapa kerasnya hatimu dan betapa tidak tahunya engkau terhadap Allah Ta’ala. Seandainya engkau bisa mengetahui-Nya dan mengimani kepastian perjumpaan dengan-Nya, serta selalu ingat kematian dan apa yg ada di belakangnya, pastilah engkau tidak akan seperti sekarang ini. Tidakkah kau saksikan kematian bapak, ibu, dan keluargamu? Tidakkah kau saksikan pula kematian majikanmu? Tetapi, mengapa engkau tak mengambil nasehat dari mereka, lalu kau halau nafsumu dari pencarian semata duniawi dan keinginan kekal di sana? Ayo, ubah hatimu dan gantilah. Keluarkanlah makhluk dari sana. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yg ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

Kalian hanya terus-menerus bicara dan tidak pernah bertindak melaksanakan. Kalaupun beramal, betapa seringnya engkau tidak ikhlas melakukannya. Gunakanlah akal, jangan bersikap kurang santun di hadapan Allah Ta’ala. Berpeganglah dan realisasikan. Bertaubatlah dan pikirkan, semua yg kau lakukan sekarang ini tidak akan bermanfaat apa² bagimu di Akhirat kelak. Engkau terlalu kikir pada dirimu sendiri. Jika saja engkau mau bersikap murah hati padanya, niscaya engkau akan memperoleh apa yg bermanfaat bagimu di Akhirat. Selama ini kau hanya bersibuk dengan sesuatu yg akan habis (hilang) dan melupakan sesuatu yg abadi. Jangan sibukkan dirimu dengan melulu mengumpulkan harta, istri dan anak², sebentar lagi kalian akan dipisahkan dari semua itu. Jangan sibukkan dirimu dengan pencarian duniawi dan kehormatan bersama manusia, sebab mereka tidak akan bisa berbuat apa² pada Allah. Hatimu najis oleh syirik, juga oleh keraguan akan Allah Ta’ala, menuduh-Nya, serta menentang-Nya dalam segala kondisimu. Begitu Dia mengetahui hal itu pada dirimu, maka Dia akan membencimu, bahkan akan memenuhi hati para hamba²Nya yg shaleh dengan kebencian terhadapmu.

Syahdan, ada seorang shaleh yg tidak pernah keluar rumah kecuali menutup matanya (dengan kain) sambil dituntun oleh anaknya. Ketika ditanyakan hal itu padanya, ia menjawab, “Aku tidak akan melihat orang yg kafir pada Allah Ta’ala.” Lalu pada suatu hari, ia keluar rumah tanpa tutup mata, dan ketika dilihatnya (orang kafir), ia pun langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri. Betapa kuatnya semangat (ghirah) orang shaleh terhadap Allah Ta’ala, tetapi bagaimana bisa kalian malah menyembah selain-Nya dan menyekutukan-Nya? Bagaimana bisa engkau memakan nikmat-Nya, tetapi engkau mengingkari-Nya? Bahkan engkau tidak pernah merasa salah dengan hal itu dan terus asyik makan bersama orang² kafir serta duduk semajelis bersama mereka. Semua itu, karena tidak ada keimanan di hati kalian, juga semangat pada-Nya. Kalian harusnya bertaubat, istighfar memohon ampunan dan malu dengan-Nya. Tanggalkanlah baju kekurang-ajaran dan slengekan (tajri) di hadapan-Nya. Jauhilah keharaman duniawi dan syubhatnya, kemudian jauhi pula memakan kemubahannya dengan hawa nafsu dan syahwat, sebab memakannya dengan hawa nafsu dan syahwat akan bisa melenakanmu dari Allah Ta’ala. Rasulullah Saw. bersabda:

“Dunia adalah penjara orang Mukmin.”

Bagaimana mungkin seorang terpidana akan bisa bergembira di dalam penjaranya. Ia tidak bersuka cita, melainkan hanya bergembira di wajah sambil menyimpan kesedihan di hatinya. Kegembiraannya hanya terbias di lahirnya, sementara petaka mengiris-iris kedalaman batinnya, kesunyian, dan esensi maknanya. Ia terlukakan oleh maksiat di balik bajunya, namun ia bungkus lukanya dengan baju senyumnya. Karena itulah, Allah Ta’ala dan malaikat bangga dengannya sambil mengacungkan jari jempol masing² pada pemberani² ini di dalam daulat agama Allah Ta’ala dan nuraninya. Mereka senantiasa bersabar bersama-Nya dan menelan pil pahit takdir²Nya, hingga Dia pun langsung jatuh cinta pada mereka. Allah Ta’ala berfirman:

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِينَ

“Allah menyukai orang² yg sabar.” (QS. Al-‘Imran [3]: 146)

Dia hanya memberi bala cobaan demi kecintaan-Nya padamu. Semakin kau jalankan perintah²Nya dan kau tinggalkan larangan²Nya, maka semakin besar pula cinta-Nya, dan semakin engkau bersabar atas bala cobaan-Nya, maka semakin besar pula kedekatan-Nya. Seorang (shaleh) bertutur: “Allah enggan menyiksa kekasih-Nya, akan tetapi Dia hanya menguji dan menyabarkannya.” Rasulullah Saw. juga bersabda:

“Seolah dunia itu tidak ada, dan seolah Akhirat itu tidak berakhir.”

Hai para pencari dunia, juga pecinta dunia, datanglah kepadaku! Akan kuberitahukan pada kalian cela² keburukan dunia. Akan kutunjukkan pada kalian jalan menuju Allah Ta’ala. Akan kumasukkan kalian ke dalam jajaran orang² yg hanya menginginkan Wajah Allah Ta’ala. Kalian telah gila. Dengarkan baik² apa yg kukatakan pada kalian dan laksanakanlah, serta ikhlaslah dalam melaksanakannya. Jika kalian mengetahui apa yg kututurkan dan meninggal di atas landasan amal, maka kalian akan terangkat ke ‘Illiyyin (ketinggian) dan kalian akan bisa melihat semuanya dari sana. Kalian akan melihat keaslian ucapanku dari sana, lalu kalian akan memanggilku dan menyerahkan diri padaku, untuk kemudian merealisasikan hakikat yg aku tunjukkan.

Hai manusia! Hilangkanlah tuduhan miring terhadapku dari hati kalian. Aku bukanlah orang yg suka bermain dan pencari duniawi, akan tetapi aku hanya menyampaikan kebenaran dan menunjukkannya. Seumur hidupku, aku senantiasa berbaik sangka pada kaum shaleh dan berkhidmat melayani mereka, dan itulah yg akan berguna bagiku kelak. Aku tidak menginginkan upah dari kalian atas nasehat dan ceramahku pada kalian, akan tetapi harga ceramahku adalah mengamalkannya. Ini adalah perkataan yg pantas untuk khalwat dan ikhlas. Kemunafikan akan terputus dengan terputusnya tali (hidup) dan sarana² duniawi. Lihatlah pada iman dan keyakinan, jangan hawa nafsu, serta bersedekahlah pada orang Mukmin, jangan pada orang munafik.

Wahai manusia! Tinggalkanlah igauan² dan angan² bathil, serta sibukkanlah diri dengan dzikir mengingat Allah Ta’ala. Berbicaralah hal² yg bermanfaat bagi kalian dan diamlah dari hal yg bisa memberi mudharat bagi kalian. Jika engkau hendak berbicara, maka pikirkanlah terlebih dahulu apa yg ingin engkau bicarakan, lalu berniatlah untuk hal itu dengan niat yg shaleh, baru setelah itu bicaralah. Mengenai hal ini ada sebuah aforisma menarik, berbunyi: “Mulut orang yg bodoh ada di depan hatinya, dan mulut orang yg berakal dan alim ada di belakang hatinya.” Membisulah kau! Jika Allah menginginkanmu berbicara, maka Dia sendirilah yg akan membuatmu mengucap dan mengurai kata. Jika memang Dia menginginkan sesuatu, maka Dia akan menyiapkanmu untuk itu. Pertemanannya (shuhbah) adalah kebisuan total. Jika kebisuan telah sempurna, maka akan datanglah pengucapan dari-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya, atau bisa juga hal itu akan langgeng hingga masa di Akhirat. Ini adalah arti sabda Rasulullah Saw.:

“Barangsiapa yg mengenal Allah, maka akan kelu lidahnya.”

Dia mengelukan lidah lahir dan batinnya untuk mengajukan penolakan kepada-Nya atas segala sesuatu, dan hanya menurut tanpa interupsi menentang. Dia telah membutakan kedua mata hatinya dari melihat selain-Nya, mengoyak-ngoyak nuraninya, melunturkan amr -nya, dan mencerai-beraikan hartanya, serta mengeluarkannya dari wujud (eksistensi kemanusiaan)nya, serta mengeluarkan dunia dan Akhiratnya, hingga hilanglah nama dan rupanya.

ثُمَّ إِذَا شَآءَ أَنْشَرَهُۥ

“Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.” (QS. ‘Abasa [80]: 22)

Dia mewujudkannya kembali setelah hilang, dan menciptanya lagi menjadi manusia lain. Dia meleburkannya dengan kuasa fana, agar ia mencari perjumpaan (dengan-Nya) dan membangkitkannya kembali dengan kuasa baqa’ agar ia menyeru makhluk dari kefakiran menuju kekayaan (bersama Allah). Kekayaan (yg sejati) adalah kekayaan bersama Allah Ta’ala dan berhubungan dengan-Nya, dan kefakiran (sejati) adalah kejauhan dari-Nya dan merasa kaya bersama selain-Nya.

Orang kaya adalah orang yg hatinya bergembira dengan kedekatan Tuhannya, dan orang fakir adalah yg tidak bisa merasakan demikian. Barangsiapa yg ingin kaya, maka ia harus mengesampingkan dunia dan Akhirat beserta segala isinya dan segala hal selain-Nya. Ia harus mengeluarkan satu demi satu segala sesuatu dari hatinya. Jangan merasa sempit dengan barang sedikit yg ada padamu, sebab Dia akan menjadikan yg sedikit ini sebagai bekal dalam menyusuri jalan menuju-Nya. Dia jadikan segala kenikmatan bagimu, agar kalian menyandarkannya pada-Nya serta kalian jadikan petunjuk menuju-Nya. Sementara itu, Dia jadikan ilmu agar kalian mempelajarinya dan mencari petunjuk lewat cahayanya.

Ya Allah, tunjukkanlah hati kami kepada-Mu.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Wallaahu a’lam.

43. Nafsu Amarah

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-43:

“Nafsu Amarah”

Pengajian Ahad pagi, 21 Rajab 545 H. di Madrasah.

Wahai pemuda! Jika kau inginkan kebahagiaan, maka kendalikanlah nafsumu untuk menuruti Tuhanmu Allah Ta’ala, turutkanlah ia (nafsumu) untuk mentaati-Nya, dan lawanlah ia dalam maksiat kepada-Nya. Nafsumu adalah hijab yg menghalangimu dari pengetahuan (akan hakikat) manusia, dan manusia adalah hijab yg menghalangimu untuk mengetahui Allah Ta’ala. Selama engkau masih bersama nafsumu, maka tidak akan kau ketahui (keburukan) manusia, lalu selama kau masih bersama manusia, maka tidak akan bisa kau ketahui Allah Ta’ala.

Selama kau masih bersama dunia, maka tidak akan kau ketahui Akhirat, dan selama kau masih bersama Akhirat, maka tidak akan pernah bisa kau lihat Sang Pemilik Akhirat. Pemilik dan yg dimiliki tidak akan pernah menyatu. Sebagaimana tidak bisa disatukannya dunia dan Akhirat, maka begitu juga al-Khaliq tidak bisa disatukan dengan makhluk (manusia). Nafsu selalu mendorong pada keburukan, dan itulah karakternya. Sedikit demi sedikit ia akan memerintah apa yg diperintahkan oleh hati. Karena itu perangilah nafsu dalam segala kondisi dan jangan engkau berdalih atas kepositifan nafsu dengan menggunakan firman Allah Ta’ala:

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.” (QS. Asy-Syams [91]: 8)

Lelehkan nafsu dengan mujahadah, sebab jika nafsu telah meleleh dan hancur, maka ia akan tenang dan tunduk pada hati, dan hati kemudian tenang dan tunduk pada nurani, lalu nurani akan tenang dan tunduk pada Allah Ta’ala. Sermuanya berasal dari sana. Jika pelelehan nafsumu telah sempurna, maka ia akan mendorongmu sebagaimana dorongan hatimu.

وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا

“Dan janganlah kamu matikan nafsu dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa’ [4]: 29)

Larangan ini hanya datang dari Allah Ta’ala setelah sucinya nafsu dari noda² kotoran dan setelah keburukannya meleleh serta hati kaya dengan dzikir kepada Allah Ta’ala dan ketaatan pada-Nya. Jika hal ini belum terwujud, maka jangan tamak untuk mendekatinya (nafsu diri pada-Nya) dengan segala kotoran dan keburukannya. Bagaimana mungkin bisa diperoleh kedekatan Allah dengan segala kotoran najis. Pendekkan angan nafsumu, niscaya ia akan tunduk menurut keinginanmu. Nasehatilah ia dengan sabda Rasulullah Saw.:

“Jika kau di pagi hari, maka jangan bincangkan sore dengan nafsumu, dan jika kau di sore hari, maka jangan bincangkan pagi dengan nafsumu, sebab kau tidak mengetahui apa namamu di esok hari.”

Engkau sendirilah yg harus menyayangi dirimu sendiri daripada orang lain, sebab selama ini kau telah menyia-siakannya. Bagaimana mungkin orang lain akan sayang padanya dan menjaganya. Kekuatan angan dan ambisimu sendirilah yg akan menyeretmu untuk menyia-siakannya. Berusahalah memangkas angan dan mengurangi ambisi, serta perbanyak ingatan akan kematian, juga pengawasan akan Allah Ta’ala. Berobatlah pula dengan terapi² nafsu kaum shiddiqin, penuturan² mereka, dan dzikir yg menyucikan kotoran nafsu siang dan malam. Katakan pada dirimu sendiri, “Apa yg kau kerjakan untuk dirimu dan apa yg kau kerjakan pada dirimu?’’ Tidak ada seorang pun yg mau beramal demi dirimu dan memberikan sedikit pun amalannya padamu. Engkau sendirilah yg harus beramal dan berusaha. Sahabatmu adalah orang yg melarangmu, dan musuhmu adalah orang yg membujukmu.

Kuperhatikan engkau selalu bersama manusia, bukan bersama Allah Ta’ala. Kau tunaikan hak nafsu dan manusia (makhluk), namun kau gugurkan hak Allah Ta’ala. Kau juga malah berterima kasih pada selain-Nya atas nikmat² yg diberikan-Nya padamu. Apakah pemberi segala yg kau miliki sekarang ini adalah selain-Nya, hingga engkau berterima kasih padanya dan memperbudak dirimu padanya? Jika engkau sudah tahu bahwa kenikmatan yg kau miliki berasal dari Allah Ta’ala, lalu mana terima kasihmu pada-Nya?

Jika engkau juga sudah tahu bahwa Dia adalah penciptamu, lalu mana penghambaanmu pada-Nya dengan menjalankan perintah²Nya dan menjauhi larangan²Nya, serta kesabaran menghadapi bala cobaan-Nya? Perangilah dirimu sampai ia mendapat petunjuk. Allah Ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan orang² yg berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan² Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang² yg berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 69)

Firman-Nya lagi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

“Wahai orang² yg beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad [47]: 7)

Jangan berikan keringanan pada nafsu atau memberinya makan, niscaya ia akan bersorak gembira. Jangan tersenyum di depan wajah nafsu dan jawablah ia dengan satu kalimat saja dari seribu kalimatnya hingga ia tertata, tenang, dan mau menerima apa adanya. Jika ia meminta kesenangan dan kelezatan padamu, maka ulur² dan tunda²lah. Lalu katakan padanya, “Bagianmu nanti di Surga.” Sabarkanlah nafsumu atas pahitnya kemiskinan, hingga anugerah akan datang padanya. Jika kau mampu menyabarkannya dan ia mau bersabar, maka Allah Ta’ala akan selalu bersama-Nya. Dia berfirman:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ

“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yg menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang² sabar.” (QS. Al-Anfal [8]: 46)

Jangan kau terima ucapan darinya, sebab ia tidak mengajak kecuali pada keburukan. Jika engkau harus menjawabnya, maka tantanglah ia, sebab menantangnya berarti kebaikan untuknya. Hai orang yg mengklaim kehendak Allah Ta’ala, sambil tetap berdiri bersama nafsunya, engkau telah berbohong dengan klaim pengakuanmu. Nafsu dan Allah Ta’ala tidak akan pernah menyatu. Dunia dan Akhirat juga tidak akan menyatu. Barangsiapa yg berpihak pada nafsunya, maka ia kehilangan keberpihakan pada Allah Ta’ala. Barangsiapa yg berpihak pada dunia, maka ia kehilangan keberpihakan pada Akhirat. Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yg mencintai dunianya, maka ia telah membahayakan akhiratnya. Barangsiapa yg mencintai akhiratnya, maka ia telah membahayakan dunianya.”

Bersabarlah! Jika kesabaranmu sempurna, maka sempurna jugalah ridha penerimaanmu, dan kefanaan akan datang meleburmu, hingga semua menjadi indah bagimu, semua berubah menjadi kesyukuran, kejauhan menjadi kedekatan, dan syirik menjelma menjadi tauhid. Engkau tidak akan lagi memandang manusia sebagai sumber mudharat dan manfaat. Demikian pula engkau tidak akan melihat hal² yg berlawanan, melainkan pintu² dan arah sudah menyatu, dan engkau hanya melihat satu arah saja, yaitu Allah. Kondisi ini tidak dicapai oleh kebanyakan manusia, akan tetapi hanya diperuntukkan bagi sosok² pilihan yg hingga terputusnya nafsu (Kiamat) hanya berjumlah satu banding satu juta.

Wahai pemuda! Berusahalah untuk mati di hadapan Allah Ta’ala. Berusahalah mematikan nafsumu sebelum keluarnya nyawa dari badanmu, dan cara mematikannya adalah dengan bersabar dan menentangnya, maka sebentar lagi semua itu akan berakhir dengan puji kebaikan. Kesabaranmu memang akan hilang, namun balasannya tidak akan pernah binasa. Aku telah bersabar dan kulihat akhir kesabaran begitu terpuji. Aku mati, lalu Dia menghidupkanku, untuk kemudian mematikanku lagi. Aku menghilang, lalu Dia mewujudkanku kembali dari kehilanganku. Aku lebur bersama-Nya dan memiliki segalanya bersama-Nya. Aku perangi nafsuku untuk tidak mempedulikan pilihan dan kehendak, hingga akhirnya kuperoleh hal itu.

Takdirlah yg kemudian membimbingku, dan anugerah menolongku, perbuatan menggerakkanku, semangat (ghirah) menjagaku, kehendak menaatkanku, preseden (ketetapan terdahulu) mengajukanku, dan Allah Ta’ala lah yg mengangkatku.

Celakalah! Engkau lari menghindar dariku, sementara aku adalah pengisi bahan bakarmu. Tempatmu adalah di sisiku. Jika tidak, maka kau akan binasa. Hai orang yg teramat bodoh, berhajilah ke tempatku lebih dahulu, baru kemudian berhaji ke Baitullah. Aku adalah pintu Ka‘bah. Kemarilah, akan kuajarkan padamu bagaimana berhaji. Akan kuajari engkau sebuah seruan (khithab) yg harus kau ucapkan pada Pemilik Ka’bah. Akan kalian lihat hal itu jika debu² telah menghilang. Duduklah, hai para politikus! Mintalah suaka padaku. Aku telah mendapatkan kekuatan dari Allah Ta’ala.

Kaum shaleh telah memerintahkan pada kalian apa yg Dia perintahkan pada kalian dan melarang apa yg Dia larang pada kalian. Nasehat telah mereka serahkan pada kalian dan dalam hal ini mereka hanya menjalankan amanat. Beramallah di rumah hikmah, hingga engkau bisa sampai ke rumah qudrah. Dunia adalah hikmah dan Akhirat adalah qudrah. Hikmah membutuhkan peralatan dan sarana prasarana, sementara qudrah tidak membutuhkan semua itu, melainkan hanya perbuatan Allah Ta’ala. Hal itu demi membedakan antara rumah qudrah dengan rumah hikmah. Akhirat adalah struktur tanpa sarana. Di sana anggota² badan kalian akan berbicara dan bersaksi atas segala kemaksiatan yg kalian lakukan pada Allah Ta’ala.

Pada Hari Kiamat, semua satir penutup akan terbuka lebar dan menampakkan hal² yg tersembunyi baik suka ataupun tidak suka. Tidak ada seorang manusia pun yg masuk Neraka kecuali dengan hati yg dingin karena menanggung hujjah yg ditimpakan padanya. Bacalah kitab² kalian dengan lidah pikir di dalamnya, kemudian bertaubatlah dari keburukan dan bersyukurlah atas kebaikan. Kurunglah kitab² kemaksiatan dan pukullah baris²nya dengan taubat.

Wahai pemuda! Engkau telah bertaubat di hadapanku dan menemaniku, maka jika kau tidak menerima apa yg kututurkan padamu, lalu apa manfaat halnya bagimu. Kalau begitu engkau hanya menginginkan bentuk tanpa substansi. Barangsiapa yg ingin berkhidmat menemaniku, maka ia harus mau menerima apa yg aku tuturkan dan mengamalkannya, serta berputar sebagaimana aku berputar. Jika tidak mau, maka jangan temani aku, sebab kerugian yg akan ia peroleh lebih banyak daripada untungnya.

Aku adalah hidangan makan, namun tak ada orang yg memakanku sedikit pun. Aku adalah pintu yg terbuka lebar, namun tidak dimasuki siapa pun. Apa yg harus aku lakukan pada kalian. Berapa banyak sudah kata aku ucapkan, namun tetap saja kalian tidak mau mendengarku, padahal aku hanya menginginkan kebaikan kalian semata, bukan demi kepentinganku. Aku tidak takut atau mengharap pada kalian. Aku pun tidak membeda-bedakan antara gedung mewah dan gubuk reot, antara yg kekal dan yg mati, antara yg kaya dan yg miskin, antara raja dan rakyat, maupun masalah yg ada di tangan selain kalian. Ketika aku mengeluarkan kecintaan duniawi dari hatiku, maka semuanya menjadi benar bagiku. Bagaimana tauhidmu bisa benar, jika masih ada kecintaan duniawi di hatimu. Tidakkah kau dengar sabda Rasulullah Saw.:

“Kecintaan pada dunia adalah pangkal segala dosa.”

Selama engkau masih berpredikat pemula, pencari (thalib), dan pengembara (salik), maka kecintaan duniawi bagimu adalah pangkal segala dosa, namun jika nurani hatimu telah mencapai puncak dan menggapai kedekatan Allah Ta’ala, maka Dia sendiri yg akan mencintakanmu pada bagian duniawimu dan membencikanmu pada bagian orang lain. Dia cintakan dirimu pada bagian²mu agar kau memenuhinya demi mewujudkan preseden (ketetapan terdahulu)-Nya atas dirimu. Maka di sini pun engkau bersikap qana‘ah (menerima apa adanya) dan tidak menoleh pada selain-Nya.

Hatimu berdiri di hadapan-Nya sambil membolak-balik di dunia sebagaimana bolak-baliknya penghuni Surga di Surga. Semua yg berlaku padamu berasal dari Allah Ta’ala, kekasihmu, sebab engkau berkehendak dengan kehendak-Nya dan memilih dengan pilihan-Nya, serta berputar bersama takdir-Nya. Kau putuskan pula dari hatimu segala selain-Nya, bahkan kau kesampingkan dunia dan Akhirat darimu. Pengambilan bagian²mu dan kecintaanmu padanya dikarenakan oleh-Nya, bukan oleh dirimu sendiri.

Orang munafik yg suka riya’ dan bangga dengan amal perbuatannya memang selalu melakukan puasa di siang hari dan qiyam al-layl di malam harinya, serta mengasarkan makanan dan pakaiannya namun ia berada dalam kegelapan, lahir dan batin. Hatinya tidak bergerak maju menuju Allah Ta’ala, bahkan ia termasuk orang yg bekerja kepayahan (namun akhirnya harus masuk Neraka). Rahasia hatinya tampak jelas di hadapan kaum shiddiqin, para wali, dan kaum shaleh yg telah sampai pada Allah Ta’ala. Sekarang (di dunia) hanya kalangan khawwash yg baru mengetahuinya, namun kelak (di Akhirat) semua orang, termasuk kaum awam pun akan mengetahuinya juga. Ketika kaum khawwash melihat si munafik lagi riya’, mereka hanya melaknatnya, namun mereka tetap menutup-tutupinya dengan satir Allah Ta’ala.

Janganlah engkau menyesaki mereka dengan kemunafikanmu, sebab engkau tidak akan pernah bisa berkhalwat menyendiri. Jangan bicara sampai engkau bisa putuskan sabuk (kemunafikan) dan kau perbarui keislaman, lalu kau realisasikan pertaubatan dengan segenap hatimu, keluar dari rumah tabiat, hawa nafsu dan wujud (kemanusiaanmu), serta menggali manfaat dan menolak mudharat darimu. Jangan bicara sebelum kau keluar dari dirimu dengan meninggalkan hawa nafsu dan tabiatmu di pintu, lalu kau tinggalkan juga hatimu di ruang depan, serta nuranimu di peraduan milik al-Malik (Maharaja Yang memiliki segala).

Cepatlah membangun pondasi! Jika engkau sudah mengokohkannya, maka segeralah dirikan sebuah bangunan. Air pondasi adalah kepahaman beragama, dan kepahaman hati, bukan kepahaman lisan. Kepahaman hati akan mendekatkanmu pada Allah Ta’ala, sementara kepahaman lisan mendekatkanmu pada manusia dan raja² mereka. Kepahaman hati meninggalkanmu di bagian depan majelis Kedekatan dengan Allah Ta’ala, mengedepankanmu, mengangkatmu, dan mendekatkan langkahmu menuju Allah Ta’ala.

Celakalah! Engkau telah habiskan umurmu untuk menuntut ilmu, tetapi engkau tidak mengamalkannya. Engkau sungguh bodoh dan gila. Kau layani musuh² Allah Ta’ala dan kau sekutukan Dia dengan mereka. Dia Maha Kaya atas dirimu dan juga atas orang yg kau sekutukan dengan-Nya. Dia tidak menerima sekutu darimu. Tidakkah kau tahu bahwa dirimu hanyalah budak-Nya dan semua urusanmu ada dalam genggaman kekuasaan-Nya.

Jika memang kau inginkan kebahagiaan, maka serahkan kendali hatimu ke tangan Allah Ta’ala dan berserah dirilah pada-Nya dengan sebenar-benar tawakkal. Layanilah Dia dengan segenap lahir dan batinmu dan jangan sekali-kali engkau menuduh-Nya macam², sebab Dia tidak bisa dituduh. Dia lebih tahu kemaslahatanmu daripada dirimu. Dia Maha Tahu, sedang engkau tidak mengetahui apa². Engkau harus diam di hadapan-Nya, merenung, memejamkan mata, menunduk, dan membisu hingga kau peroleh izin dari-Nya untuk berbicara. Maka berbicaralah demi-Nya, jangan demi dirimu sendiri, niscaya bicaramu akan menjadi obat bagi penyakit² hati, penyembuh nurani, dan penerang akal.

Ya Allah, sinarilah hati kami dan tunjukkan ia kepada-Mu, murnikanlah nurani kami dan dekatkanlah ia pada-Mu.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Wallaahu a’lam.

44. Dunia adalah Penjara Orang Mukmin

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-44:

“Dunia adalah Penjara Orang Mukmin”

Pengajian Selasa sore, 23 Rajab 545 H. di Madrasah

Orang Mukmin adalah orang asing di dunia, sementara ahli zuhud asing di Akhirat, sedangkan orang ‘arif asing dalam segala hal selain Allah Ta’ala. Orang Mukmin terpenjara dalam dunia, meski ia berada dalam kelapangan rezeki dan rumah. Keluarganya bergembira dengan kekayaan dan kehormatannya, bersuka cita dan tertawa di sekelilingnya, sementara ia sendiri terpenjara di dalam penjara batin. Ia hanya gembira di wajah dan bersedih di kedalaman hatinya.

Begitu ia kenali dunia, ia langsung melepaskannya dengan segenap hatinya, karena takut akan fatamorgana, dan ketika ia berlaku demikian, Akhirat membuka pintunya dan muncullah kilatan ketampanan wajahnya. Maka ia pun melemparkan dunia untuk kedua kali. Kemudian Akhirat datang menghampiri dan memeluknya, maka lagi² ia melemparkan dunia untuk ketiga kalinya dan ia pun berdiri bersama Akhirat dengan segenap jiwanya. Ketika ia bersama Akhirat, maka muncullah kilatan cahaya Allah Ta’ala, hingga ia pun melepaskan Akhirat. Dunia bertanya, “Mengapa kau lemparkan aku?” Jawabnya, “Aku melihat yg lebih indah daripada engkau!” Akhirat pun bertanya, “’Tetapi, mengapa engkau juga melemparkan aku?” Ia menjawab, “Karena engkau baru dan berbentuk (muhdatsah wa mushawwarah), dan engkau juga selain-Nya, lalu bagaimana aku tidak melemparkanmu?”

Ketika itulah makrifatnya dengan Tuhan telah mencapai kesempurnaan. Ia pun menjadi bebas dari selain-Nya, asing di dunia dan Akhirat, hilang dan lenyap dari segala sesuatu. Dunia pun akhirnya berdiri melayaninya dan ia hanya melihat saja pelayanan dunia pada keluarganya. Dunia berdiri dalam kondisi siap kerja tanpa perhiasan yg biasa ia tampak²kan pada anak²nya. Dunia sengaja berbuat demikian agar sang ratu tidak menoleh lagi padanya. Jika dunia sudah menyukai seseorang, maka akan mengalirlah hadiah²nya pada orang tersebut melalui tangan nenek² dan inang² pembantu berkulit gelap demi menjaga orang tersebut dan gairah kecintaan padanya.

Menghadaplah pada Tuhanmu dengan segenap jiwa. Tinggalkan esok di sisi kemarin, sebab bisa saja engkau mati saat esok menjelang. Hai orang kaya! Jangan sampai kesibukanmu dengan kekayaanmu melenakanmu dari-Nya. Bisa² saja kau menjadi fakir saat besok datang. Jangan bersama apa pun, akan tetapi senantiasalah bersama Pencipta segala sesuatu yg tidak serupa dengan sesuatu pun. Jangan merasa nyaman dengan selain-Nya. Rasulullah Saw. bersabda:

“Tidak ada kelegaan bagi seorang Mukmin sebelum bertemu Tuhan-Nya.”

Jika Dia menghancurkan apa yg ada di antara engkau dan makhluk, dan membangun sesuatu antara engkau dan Dia, maka berarti Dia telah menentukan pilihan padamu. Janganlah engkau membenci pilihan-Nya. Barangsiapa yg sabar bersama Allah Ta’ala, maka ia akan melihat keajaiban² kelembutan kasih-Nya. Barangsiapa bersabar dalam kefakiran, maka kekayaan akan datang padanya. Sering kali Dia menjadikan kenabian di antara rakyat jelata, serta mengangkat kewalian dari kalangan mawali dan orang² asing. Manakala seorang hamba menistakan diri di hadapan-Nya, maka Dia akan langsung memuliakannya, dan ketika ia merendah di hadapan-Nya, maka Dia akan mengangkat-Nya. Dia Maha Memuliakan dan Menghinakan, juga Maha Mengangkat dan Merendahkan, Maha Pemberi taufik dan jalan. Tanpa taufik-Nya, kita tidak akan pernah bisa mengenal-Nya.

Hai orang² yg bangga dengan amalnya, betapa bodohnya kalian. Jikalau bukan karena taufik-Nya, kalian tidak akan shalat, puasa, dan bersabar. Kau seharusnya berada di maqam syukur, bukan maqam ujub. Kebanyakan ahli ibadah sering terjebak ujub dengan ibadah dan amalan mereka, seraya mencari pujian dan sanjungan dari manusia, mendambakan penerimaan dunia dan pemilik-miliknyaa atas mereka. Hal ini disebabkan keterpakuan mereka dengan hawa nafsu mereka. Dunia adalah kesukaan nafsu, sementara Akhirat adalah kesukaan hati, dan Allah Ta’ala adalah kesukaan nurani.

Dia hanya melempar hikmah ke dalam hati kalian setelah kalian lakukan proses penetapan hukum (ihkam al-hukm), sebab hukum ibarat kaki bagi amr (hikmah) ini. Barangsiapa yg mengaku memiliki sedikit amr ini tanpa sertaan proses hukum, maka ia telah berbohong, sebab setiap hakikat yg tidak dipersaksikan oleh syariat adalah kezindikan. Terbanglah menuju Allah Ta’ala dengan kedua sayap; Al-Qur’an dan Sunnah. Masuklah menghadap-Nya sambil menggandeng tangan Rasulullah Saw. Jadikanlah Beliau sebagai patih dan mahagurumu. Biarkanlah tangannya mendandani dan menyisirmu, lalu mengajukanmu pada-Nya. Beliau adalah penguasa di kalangan ruh, pendidik para murid, sarjana terbesar orang² yg dicari, penglima kaum Shaleh, dan pembagi ahwal dan maqamat di antara mereka. Allah Ta’ala telah mewakilkan urusan itu kepadanya dan mengangkatnya sebagai panglima semua. Jika Raja memberikan baju² kebesaran pada prajurit, tentunya baju² tersebut dibagikan dan diserahkan lewat tangan panglima mereka.

Tauhid adalah ibadah dan syirik adalah adat. Biasakanlah ibadah dan jauhilah kebiasaan. Jika kau langgar adat kebiasaan, maka kau telah melanggar adat bagi dirimu. Ubahlah agar Allah Ta’ala berkenan mengubahnya bagimu. Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

Keluarkanlah dirimu dan makhluk dari dalam hatimu dan penuhilah ia dengan Sang Pembentuk keduanya, sehingga Dia berkenan mengembalikan pembentukan (takwin) kepadamu. Hal ini tidak datang dengan hanya puasa di siang hari dan qiyam al-layl di malam hari, melainkan dengan kesucian hati dan kemurnian nurani.

Seorang shaleh menuturkan: “Puasa dan qiyam al-layl adalah cuka dan sayuran di atas meja makan, hidangan selain keduanya adalah shidq (ketulusan).” Keduanya adalah makanan pembuka, lalu datang satu demi satu hidangan makanan, kemudian makan, dan mencuci tangan. Setelah itu datang perjumpaan dengan Allah Ta’ala, mendapat baju kebesaran (al-khal’u), tanah perladangan (al-iqtha’), wewenang kekuasaan dan perwakilan, penyerahan negara dan benteng.

Jika hati seorang hamba sudah benar² shahih untuk Allah Ta’ala dan kokoh bersama kedekatan-Nya, maka Dia akan menganugerahkan kerajaan dan kesultanan di penjuru bumi serta menyerahkan kepadanya urusan penyebaran dakwah pada manusia dan kesabaran menghadapi siksaan mereka. Dia serahkan kepadanya urusan mengubah kebathilan dan menampilkan kebenaran, serta memberinya anugerah dan kekayaan, sebab ketika menganugerahi dan mengkayakan, Dia memenuhi perut si hamba dengan hukum. Dia telah menjadikan di sela² areal hati hamba²Nya yg shaleh dan ‘arif, sungai² hukum yg memancar dari lembah . Ilmu-Nya di sisi ‘Arsy dan Lawh Mahfuzh -Nya, mengalir ke areal² hati yg mati, tak mengetahui-Nya serta ingkar dari-Nya.

Wahai pemuda! Mengkonsumsi makanan yg haram akan mematikan hatimu, dan makanan yg halal akan menghidupkannya. Suapan menyinari hatimu dan suapan lain menggelapkannya. Suapan yg satu menyibukkanmu dengan dunia dan suapan yg lain menyibukkanmu dengan Akhirat. Suapan yg satu menzuhudkanmu pada keduanya dan suapan yg lain menyenangkanmu pada Pencipta keduanya. Makanan haram menyibukkanmu dengan dunia dan menyeretmu mencintai kemaksiatan, sementara makanan mubah menyibukkanmu dengan Akhirat dan mencintakanmu pada ketaatan, sedangkan makanan halal mendekatkan hatimu pada Allah Ta’ala. Makanan² ini tidak bisa diketahui (haram, mubah, dan halalnya) kecuali dengan pengetahuan Allah Ta’ala, dan pengetahuan-Nya hanya ada di hati, serta tidak didapat pada lembaran² buku. Pengetahuan berasal dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya.

Makrifat Allah akan didapat setelah mengamalkan hukum-Nya, setelah membenarkan dengan ketulusan, setelah mengesakan Allah Ta’ala dan percaya penuh pada-Nya serta setelah keluar dari makhluk secara total. Bagaimana engkau bisa mengetahui Allah Ta’ala, sementara engkau tidak mengetahui apa² selain sesuatu yg kau makan, minum, pakai, dan nikahi, tanpa mempedulikan dari mana asalnya. Tidak pernahkah kau dengar sabda Rasulullah Saw:

“Barangsiapa yg tidak mempedulikan dari mana makanan dan minumannya, maka Allah tidak mempedulikan dari pintu mana di antara pintu² Neraka, Dia memasukkannya.”

(Syaikh –semoga Allah meridhainya– menuturkan):

Jangan pedulikan segala sesuatu, dan jangan pula meninggi-ninggikan sesuatu. Jangan biarkan sesuatu menyibukkanmu dari-Nya dan jangan biarkan pula makhluk membelenggumu dari-Nya. Meski demikian, engkau juga harus tetap berdialog dengan mereka sesuai pola pikir mereka dan bersedekah pada mereka dengan humor² jenaka. Dengan demikian kau telah mengamalkan sabda Rasulullah Saw:

“Menghibur manusia (dengan humor² jenaka) adalah sedekah.”

Berilah mereka sebagian dari pemberian Allah Ta’ala. Muliakan juga mereka dengan sedikit kemurahan-Nya padamu. Bersikap kasih dan lemah-lembutlah dengan mereka, serta lunaklah menghadapi mereka, niscaya akhlakmu termasuk akhlak Allah Ta’ala, dan tindakanmu termasuk amr -Nya.

Syaikh ada dua macam; Syaikh hukum dan Syaikh ilmu. Syaikh akan menunjukkanmu ke pintu kedekatan Allah Ta’ala. Terkait dengan ini, ada dua pintu yg harus kau masuki; pintu makhluk dan pintu Khaliq, pintu dunia dan pintu Akhirat. Yg satu mengikuti yg lain. Pintu makhluk dulu, baru pintu Allah Ta’ala. Kau tidak akan bisa melihat pintu yg terakhir sebelum kau lewati pintu pertama. Keluarlah dengan segenap hatimu dari dunia hingga bisa kau masuki Akhirat. Layanilah Syaikh hukum, agar ia bisa membawamu masuk ke pintu Syaikh ilmu. Keluarlah dari (komunitas) manusia hingga bisa kau kenali Allah Ta’ala.

Jalan menuju-Nya memang bertingkat tingkat, dan keduanya saling berlawanan serta tidak akan bisa menyatu, maka jangan mencari-cari konvergensi/keterkaitan (al-jam’u) antara keduanya, karena hal itu tidak akan pernah terjadi. Kosongkanlah hatimu yg merupakan rumah Allah Ta’ala. Jangan biarkan ada selain-Nya di dalamnya. Jikalau malaikat saja tidak mau masuk rumah yg terdapat patung di dalamnya, bagaimana Allah Ta’ala mau masuk ke hatimu, sementara di dalamnya ada gambar² dan berhala. Segala sesuatu selain-Nya adalah berhala. Karena itu pecahkanlah berhala² itu dan bersihkan rumah, niscaya engkau akan melihat kehadiran sang pemiliknya di sana. Demikian pula akan kau saksikan keajaiban² yg belum pernah kau saksikan sebelumnya.

Ya Allah, berilah kami taufik untuk menjalankan apa yg Engkau ridhai bagi kami.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Wallaahu a’lam.

45. Mengikuti Jejak Rasulullah SAW

Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.

Majelis ke-45:

“Mengikuti Jejak Rasulullah Saw.”

Pengajian Ahad pagi, 28 Rajab 545 H, tanpa keterangan tempat.

Dunia adalah pasar yg sebentar lagi akan tutup. Tutuplah pintu² memandang makhluk dan bukalah pintu memandang Allah Ta’ala . Tutuplah juga pintu² mencari rezeki dan sarana² di saat engkau berada dalam kebeningan hati dan kedekatan nurani, dalam hal khusus kalian dan bukan hal umum selain kalian, dari keluarga maupun para pengikut. Biarkanlah keuntungan, kemanfaatan dan perolehan untuk selain kalian. Carilah hal khusus kalian dari spektrum kemurahan-Nya. Dudukkanlah nafsumu bersama dunia, hatimu bersama Akhirat, dan nuranimu bersama Allah Ta’ala, niscaya engkau akan mengetahui apa yg kau inginkan.

Kaum (shaleh) adalah penerus para Nabi, maka terimalah apa yg mereka perintahkan kepadamu, sebab mereka memerintahkanmu dengan perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya serta melarang dengan larangan keduanya. Jika para Nabi berbicara, maka mereka pun akan berbicara. Jika para Nabi memberi, maka mereka akan mengambilnya. Mereka tidak bergerak satu gerakan pun dengan tabiat dan nafsu mereka. Mereka tidak menyekutukan Allah Ta’ala dalam agama-Nya dengan hawa nafsu mereka. Mereka mengikuti Rasulullah Saw. dalam semua ucapan dan tindakannya. Mereka simak baik² firman Allah Ta’ala:

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ

“Apa yg diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yg dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)

Mereka mengikuti Rasulullah Saw. hingga akhirnya Beliau pun membimbing mereka menuju Sang Maha Mengutus. Mereka mendekati Beliau, hingga akhirnya Beliau pun mendekatkan mereka pada Allah Ta’ala. Beliau mengeluarkan julukan (al-alqab) untuk mereka, juga baju kebesaran, dan otoritas kekuasaan atas manusia.

Hai orang² munafik, kau pikir agama itu berbelit-belit, dan perintah adalah kebuntuan. Kalian tidak memiliki kemuliaan sedikit pun, juga setan kalian dan kolega² buruk kalian. Ya Allah, taubatkanlah kami dan mereka. Lepaskanlah mereka dari nista kemunafikan dan belenggu kesyirikan.

Sembahlah Allah Ta’ala dan carilah sarana beribadah kepada-Nya dengan kerja yg halal. Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai hamba yg beriman, taat dan mengkonsumsi makanan yg halal. Dia mencintai orang yg makan dengan bekerja, dan membenci orang yg makan tanpa bekerja (sendiri). Dia mencintai orang yg makan dari hasil kerjanya sendiri dan membenci orang yg makan dari hasil kemunafikan dan kepasrahannya pada manusia. Dia mencintai orang yg mengesakan-Nya, dan membenci orang yg menyekutukan-Nya. Dia mencintai orang yg berserah diri pada-Nya dan membenci orang yg menentang-Nya.

Syarat cinta adalah menyetujui tanpa membantah dan syarat permusuhan adalah menentang. Serahkanlah diri kalian pada Tuhan kalian, dan ridhalah menerima pengaturan-Nya di dunia dan Akhirat. Suatu hari aku pernah ditimpa petaka, lalu kumohon pada Allah Ta’ala untuk menyingkap (mengangkat)nya, namun Dia malah menambahkan petaka lain lagi di atasnya. Aku pun bingung akan hal tersebut. (Di tengah kebingunganku) tiba² ada seseorang yg berbicara kepadaku, “Bukankah engkau pernah mengatakan pada kami dalam permulaan hal -mu bahwa kondisimu adalah kondisi kepasrahan?” Sejak itulah aku bersikap santun dan selalu diam (menerima apa saja).

Celakalah! Engkau mengaku mencintai Allah Ta’ala, namun engkau juga mencintai selain-Nya, padahal Dia Maha Suci, sementara selain-Nya kotor. Jika kau kotori kesucian dengan mencintai selain-Nya, maka Dia akan melemparkan kotoran padamu. Dia akan berbuat padamu sebagaimana yg diperbuat-Nya terhadap Nabi Ibrahim al-Khalil as. dan Nabi Ya‘qub as. ketika keduanya sangat mencintai anaknya dengan bara api cinta yg menyala di hati mereka, maka Allah pun langsung menguji mereka dengan keduanya.

Juga sebagaimana yg Dia lakukan terhadap Nabi kita, Muhammad Saw. ketika ia mulai mencintai kedua cucunya, Hasan dan Husein. Maka datanglah Jibril as. menegurnya, “Apakah Anda mencintai mereka?” Beliau jawab, “Ya!” Maka berkatalah Jibril as. (menyumpah), “Ya, satu akan diracuni, sementara yg lain akan dibunuh.” Begitu mendengar ini, kecintaan pada keduanya pun langsung keluar dari dalam hatinya, kemudian ia kosongkan hatinya hanya untuk Allah Ta’ala dan berubahlah keceriaan bersama mereka menjadi kesedihan atas mereka. Allah Ta’ala sangat pencemburu dengan hati para Nabi, wali, dan hamba²Nya yg shaleh.

Hai orang yg mencari dunia dengan kemunafikannya! Bukalah tanganmu, engkau tidak akan melihat sesuatu pun di dalamnya. Celakalah! Engkau berzuhud meninggalkan kerja dan duduk memakan harta orang lain dengan agamamu. Kerja adalah keterampilan seluruh Nabi. Setiap mereka memiliki profesi dan keterampilan, dan baru di Akhirat kelak, mereka akan mengambil (bagian) dari makhluk atas izin Allah Ta’ala. Hai orang yg mabuk dengan arak dunia, syahwat kesenangan dan kegilaannya! Ingatlah, sebentar lagi engkau akan terbangun di dalam liang lahatmu.

46. Cinta Allah

Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.

Majelis ke-46:

“Cinta Allah”

Tanpa keterangan waktu dan tempat pengajian.

Ketahuilah, segala sesuatu bergerak oleh gerakan-Nya dan diam oleh diam-Nya. Jika persepsi ini sudah kokoh menancap pada diri seseorang, maka ia akan merasa lega dari beban berat syirik (menyekutukan Allah) dengan manusia dan manusia pun merasa nyaman dengannya, sebab ia tidak mencela mereka, juga tidak menuntut mereka dengan sesuatu semaunya, melainkan hanya menuntut sesuatu yg dituntut oleh syara’ semata. Ia menuntut mereka atas dasar syara’ serta menyalahkan mereka atas dasar ilmu, seraya menghimpun antara hukum dan ilmu. Melihat perbuatan Allah Ta’ala atas manusia adalah ‘aqidah (keyakinan) yg tidak terbatalkan oleh hukum, sebab Dia sendirilah yg menentukan dan menuntut.

لَا يُسْـَٔلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْـَٔلُوْنَ

“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yg dikerjakan-Nya, tetapi merekalah yg akan ditanya.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 23)

Inilah keyakinan yg dipegang oleh setiap Muslim yg muqin (yakin), mengesakan, ridha menerima Allah Ta’ala, dan menuruti segala qadha, qadar, dan perbuatan-Nya atas dirinya dan selainnya. Dia Maha Kaya (tidak membutuhkan) dirimu, dan juga kesabaranmu, akan tetapi Dia hanya (ingin) melihat apa yg akan kau lakukan dengan klaim² pengakuanmu, apakah kamu memang benar² tulus ataukah hanya berdusta?

Seorang pencinta tidak memiliki apa². Semua yg dimilikinya, sudah ia serahkan pada kekasih yg dicintainya. Cinta dan kepemilikan selamanya tidak akan menyatu. Seorang yg mencintai Allah Ta’ala dan benar² tulus mencintai-Nya (harus) menyerahkan diri, harta, dan kesehatannya pada-Nya serta meninggalkan ikhtiar bagi dirinya dan orang lain. Ia tidak akan menuduh-Nya macam² perihal perbuatan-Nya. Ia juga tidak memburu-buru-Nya dan tidak pula pelit pada-Nya. Baginya, semua yg dikeluarkan oleh-Nya untuk dirinya adalah sesuatu yg indah. Semua arah sudah tertutup baginya dan hanya menyisakan satu arah saja, Dia.

Hai orang yg mengaku mencintai Allah Ta’ala, cintamu pada-Nya tidak akan sempurna sebelum kau buntukan semua jalan, hingga hanya menyisakan satu jalan saja bagimu. Kekasihmu telah mengeluarkan makhluk dari dalam hatimu, dari ‘Arsy hingga kedalaman bumi. Karena itu, jangan kau cintai dunia, juga Akhirat. Anggaplah semua itu gersang bagimu dan rasakan kenyamanan bersama-Nya. Bersabarlah sebagaimana kesabaran Majnun Layla saat ia termakan cinta. Ia keluar dari tengah² makhluk dan asyik menyendiri serta bergaul dengan binatang² buas. Ia rela keluar dari gedung megah dan menerima gubuk reot. Ia keluar dari pujian manusia dan cacian mereka. Baginya, bicara dan diam sama saja, ridha dan benci juga sama.

Suatu ketika ia pernah ditanya, “Siapa engkau?” Ia menjawab, “Layla.” Ditanya lagi, “Dari mana engkau berasal?” Ia jawab, “Layla.” Lagi² ia ditanya, “Ke mana engkau mau berjalan?” Lagi² ia jawab, “Layla.” Ia telah buta dari selain Layla dan tuli dari selain mendengar ucapan Layla. Ia tidak bergeming meninggalkan gadis itu hanya karena cercaan para pencerca. Bagus sekali apa yg dituturkan seorang penyair:

Ketika nafsu mendorong pada cinta (hawa)
Maka ia menjadikan manusia seperti besi yg dingin

Ketika hati ini mengenal Allah Ta’ala, mencintai dan dekat dengan-Nya, maka ia akan merasa enggan dengan makhluk dan bergaul dengan mereka. Juga merasa muak dengan makanan, minuman, pakaian, dan pernikahannya. Ia tidak senang dengan gedung mewah, dan lebih suka tinggal di gubuk reot. Tidak ada sesuatu pun yg mampu mengikatnya selain syara‘ yg mengikatnya dalam perintah, larangan dan perbuatan, membelenggunya hingga datang takdir. Ya Allah, jangan jauhkan kami dari tangan rahmat-Mu, niscaya kami tenggelam di dalam samudera duniawi dan samudera wujud. Wahai Penganugerah kemuliaan dan Penetap preseden (as-sabiqah), sadarkanlah kami!

Wahai pemuda! Barangsiapa yg tidak melaksanakan apa yg aku tuturkan ini, maka ia tidak akan mampu memahami ucapanku, dan baru setelah mengamalkan, ia akan paham. Jika engkau tidak mau berbaik sangka padaku dan tidak menuruti apa yg aku tuturkan, juga tidak mau mengamalkannya, bagaimana kau mau paham? Kau ibarat orang lapar yg berdiri di sampingku, namun tidak mau memakan suguhanku, bagaimana kau mau kenyang?

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., katanya: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yg sakit semalam saja, sambil ridha pada Allah Ta’ala dan sabar menghadapi apa yg menimpanya, maka ia telah keluar dari dosa²nya sebagaimana saat ia dilahirkan oleh ibunya.”

Dengan mengandalkan dirimu sendiri, engkau tidak akan memperoleh apa pun. Mu‘adz ra. pernah berkata pada para Sahabat, “Bangkitlah, mari kita beriman sesaat!” Artinya marilah kita bangkit mencicipi (keimanan) sesaat. Bangkit dan masuklah ke pintu (iman) sesaat. Ia mengucapkan demikian sebagai ungkapan kebersamaan dengan mereka. Di sini, ia menghimbau pada penelaahan sesuatu yg masih samar, dan menghimbau untuk melihat dengan mata keyakinan, sebab tidak setiap orang Islam adalah orang Mukmin, dan tidak setiap orang Mukmin muqin (yakin). Karena itu, ketika para Sahabat, semoga Allah meridhai mereka, mengadukan hal ini pada Rasulullah Saw. sambil mengatakan, “Mu‘adz berkata pada kami, Bangkitlah kalian, mari kita beriman sesaat. Bukankah kami ini orang² Mukmin?” Rasulullah Saw. bersabda (menanggapi):

“Biarkan Mu‘adz dengan urusannya sendiri.”

Hai orang yg diperbudak hawa nafsu, tabiat, setan dan duniawinya! Engkau tidak memiliki nilai apa² di hadapan Allah Ta’ala dan di hadapan hamba²Nya yg shaleh. Siapa yg menyembah Akhirat, tidak akan kutoleh, apalagi orang yg menyembah dunia?

Celakalah! Apa yg kau perbuat dengan ocehan lisan tanpa realisasi amal? Engkau berdusta, tetapi kau anggap dirimu benar, Engkau juga syirik, tetapi kau anggap dirimu bertauhid. Kau yakini keshahihan, sambil kecurangan terus melekat bersamamu, tetapi kau meyakininya sebagai kemurnian. Urusanku denganmu adalah mencegahmu dari kebohongan dan menghimbaumu pada ketulusan. Di tanganku ada tiga timbangan yg mengantarkanku pada makrifat, yaitu Al-Qur’an, Sunnah, dan hatiku. Timbangan yg terakhir secara jelas mampu melihat hantu di dalamnya.

Hati tidak akan mencapai kedudukan ini sampai ia merealisasikan pengamalan Al-Qur’an dan Sunnah. Amal dengan (landasan) ilmu adalah mahkota imu. Amal dengan (landasan) ilmu adalah cahaya ilmu, ia adalah murninya murni, esensinya esensi, dan isinya isi. Amal dengan (landasan) imu mampu menyehatkan hati dan menyucikannya. Jika hati sehat, maka fisik badan akan menjadi sehat pula. Jika hati bersih, maka bersih pula fisik anggota badan, jika hati terlepas, maka terlepas pula Surga. Jika embrio sehat, maka struktur tubuh juga akan sehat. Kesehatan hati berasal dari kesehatan nurani yg berada di tengah² antara anak Adam dan Allah Ta’ala. Nurani adalah burung dan hati adalah sangkarnya. Hati adalah burung dan struktur fisik tubuh adalah sarangnya. Fisik badan adalah burung, dan kuburlah sarangnya. Kubur adalah sarang hati yg mau tidak mau harus mereka masuki.

*

47. Membenci Makhluk Saat Darurat

Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.

Majelis ke-47:

“Membenci Makhluk Saat Darurat”

Pengajian Selasa, 1 Sya‘ban 545 H, di Madrasah.

Belajarlah, lalu amalkan, kemudian ikhlaslah! Menyepilah dari dirimu dan dari manusia!

وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖٓ اِذْ قَالُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ عَلٰى بَشَرٍ مِّنْ شَيْءٍۗ قُلْ مَنْ اَنْزَلَ الْكِتٰبَ الَّذِيْ جَاۤءَ بِهٖ مُوْسٰى نُوْرًا وَّهُدًى لِّلنَّاسِ تَجْعَلُوْنَهٗ قَرَاطِيْسَ تُبْدُوْنَهَا وَتُخْفُوْنَ كَثِيْرًاۚ وَعُلِّمْتُمْ مَّا لَمْ تَعْلَمُوْٓا اَنْتُمْ وَلَآ اٰبَاۤؤُكُمْ ۗقُلِ اللّٰهُ ۙثُمَّ ذَرْهُمْ فِيْ خَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ

“Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yg menurunkan Kitab (Taurat) yg dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu lembaran² kertas yg bercerai-berai, kamu memperlihatkan (sebagiannya) dan banyak yg kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu apa yg tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu.” Katakanlah, “Allah-lah (yg menurunkannya),” kemudian (setelah itu), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS. Al-An’am [6]: 91)

Katakan sebagaimana kata Nabi Ibrahim as.:

فَاِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّيْٓ اِلَّا رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ

“Sesungguhnya mereka (apa yg kamu sembah) itu musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam.” (QS. Ash-Syu’ara [26]: 77)

Jauhilah dan bencilah manusia, selama engkau masih melihat mereka bisa mendatangkan bahaya (mudharat). Baru jika tauhidmu sudah benar dan noda syirik telah keluar dari hatimu, maka kembalilah bergaul dengan mereka dan berilah mereka manfaat dengan ilmu yg kau miliki, serta tunjukkan mereka pada pintu Allah Ta’ala. Kematian kaum khawwash adalah kematian dari makhluk, atau secara totalistik kematian dari kehendak dan pilihan. Barangsiapa yg telah benar² menjalani kematian ini, maka layak baginya mendapat kehidupan yg abadi bersama Allah Ta’ala. Kematian fisiknya hanyalah kekakuan sejenak, kepingsanan sejenak, ketidaksadaran sejenak, ibarat tidur, lalu bangun. Jika engkau menginginkan kematian seperti ini, maka engkau harus menelan candu makrifat, kedekatan, dan tidur di pembatas pintu Allah Ta’ala hingga tangan rahmat dan anugerah berkenan mengambilmu dan memberimu kehidupan abadi.

Nafsu memiliki makanan, begitu juga hati dan nurani. Rasulullah Saw. bersabda dalam hal ini:

“Aku berteduh di sisi Tuhanku, lalu Dia memberiku makan dan meminumiku.”

Maksudnya, Dia memberi makan nuraniku dengan hidangan makna², lalu ruhku dengan hidangan ruhani. Dia menjamuku dengan hidangan yg spesial bagiku. Pada mulanya ia bermi’raj dengan fisik dan hatinya, kemudian Dia mencegah fisiknya dan hanya menjadikan hati dan nuraninya saja yg naik, sementara ia masih tetap berada di tengah² komunitas manusia. Demikian pula para pewarisnya yg sebenarnya. Mereka mensinergikan antara imu, amal, dan keikhlasan, serta pengajaran bagi makhluk. Wahai manusia! Makanlah sisa² kaum (shaleh) dan minumlah dengan minuman yg masih tersisa di cangkir² mereka.

Hai orang yg mengaku berilmu! Ilmumu tidak akan berarti apa² tanpa amal, dan amalmu tidak akan berarti apa² tanpa keikhlasan, sebab amal tanpa keikhlasan adalah tubuh tanpa nyawa. Tanda keikhlasanmu adalah engkau tidak menoleh pada pujian manusia, juga celaan mereka. Engkau juga tidak tamak berambisi mendapatkan apa yg ada di tangan mereka, melainkan kau berikan hak pada ketuhanan (rububiyyah) dengan beramal demi Sang Pemberi nikmat, bukan pada nikmat, juga demi Sang Pemilik, bukan milik, dan demi kebenaran, bukan kebathilan. Apa yg ada pada makhluk adalah kulit, dan apa yg ada pada Allah Ta’ala adalah isi.

Jika engkau telah benar² tulus dan ikhlas kepada-Nya, serta telah lama berdiri di hadapan-Nya, maka Dia akan memberimu makan dengan bursa isi, lalu memperlihatkan kepadamu isinya isi, rahasianya rahasia, dan maknanya makna. Ketika itulah engkau akan menelanjangi dirimu dari selain-Nya secara total. Ketelanjangan adalah di hati, bukan tubuh. Begitu pula zuhud adalah perilaku hati, bukan perilaku jasad. Penentangan juga perilaku nurani, bukan perilaku lahir. Memandang harus pada esensi makna, bukan bangunan. Melihat harus pada Allah Ta’ala, bukan pada makhluk-Nya. Perputaran ini mengharuskanmu bersama-Nya, bukan bersama makhluk. Dunia dan Akhirat tidak berarti lagi bagimu. Tidak ada dunia, juga Akhirat, dan tidak ada sesuatu pun selain-Nya.

Para pencinta Allah Ta’ala yg merupakan kalangan khawwash dari komunitas makhluk-Nya malah merasakan kenikmatan jika jasad mereka tertimpa petaka, begitu juga kaum syahid yg mati oleh pedang orang² kafir juga merasakan kenikmatan oleh petaka (yg menimpa) jasad mereka. Jika demikian halnya, lalu bagaimana jikalau kaum syahid ini mati oleh pedang² mahabbah?

Kehancuran menggerogoti bangunan dan gedung² karena perilaku maksiat. Tidakkah kau amati tempat² yg sudah binasa, kemaksiatan para penduduknyalah yg sebenarnya membinasakannya, sebab kemaksiatan memang menghancurkan negeri dan membinasakan hamba² (manusia). Begitu juga engkau, struktur tubuhmu adalah sebuah kampung, jika kau bermaksiat di sana, maka akan datanglah kehancuran. Jika kau bermaksiat, maka akan datanglah kehancuran, mulai dani jasad fisikmu, kemudian menjalar pada jasad agamamu dan membuatnya buta, sakit kronis, bisu, dan hilang kekuatan. Berbagai penyakit akan datang silih berganti padamu. Demikian pula kefakiran akan datang padamu, menghancurkan rumah hartamu dan membuatmu mengemis pada sahabat² dan musuh²mu.

Celakalah kau, hai orang munafik! Jangan kau tipu Allah Ta’ala dengan mengerjakan suatu amalan dan menampakkannya seolah-olah untuk-Nya, padahal amalan tersebut kau dedikasikan untuk manusia. Engkau pamer pada mereka, munafik, juga menyanjung-nyanjung mereka secara berlebihan, sementara Tuhanmu Allah Ta’ala telah kau lupakan. Sebentar lagi, engkau akan keluar dari dunia dalam keadaan miskin.

Hai penderita sakit batin! Engkau harus minum obat, dan obat ini hanya ada di tangan kaum shaleh, hamba² Allah Ta’ala. Ambillah obat dari mereka dan pergunakanlah, niscaya engkau akan mendapatkan kesembuhan yg langgeng dan kesehatan yg abadi bagi hati, nurani, dan kesendirianmu bersama Allah Ta’ala. Kedua mata hatimu akan terbuka, sehingga engkau bisa melihat Allah Ta’ala. Engkau menjelma menjadi kalangan pencinta yg berdiri di depan pintu-Nya dan tidak melihat pada selain-Nya. Jika di dalam hati ada bid’ah, bagaimana mungkin ia bisa melihat Allah Ta’ala?

Wahai manusia! Ikutilah dan jangan berbuat bid’ah (macam²). Turuti saja dan jangan membantah. Patuhi dan jangan durhaka. Ikhlaslah dan jangan menyekutukan. Esakanlah selalu Allah Ta’ala dan jangan pernah bergeming pergi dari pintu-Nya. Mintalah hanya pada-Nya, dan jangan sekali-kali meminta pada selain-Nya. Mintalah tolong juga pada-Nya semata, dan jangan meminta tolong pada selain-Nya. Pasrahkanlah diri hanya pada-Nya, dan jangan pasrahkan diri pada selain-Nya. Kalian, hai orang² khawwash! Serahkanlah diri kalian kepada-Nya, ridlalah menerima pengaturan-Nya atas kalian, dan bersibuklah mengingat-Nya tanpa mempertanyakan-Nya. Tidakkah kau dengar firman-Nya dalam sebuah Hadits Qudsi:

“Barangsiapa yg dzikir(nya) untuk melupakannya dari meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya anugerah terbaik yg diminta oleh orang² yg meminta.”

Hai orang yg sibuk dengan dzikir kepada-Nya dan terpecah hatinya demi Dia, apakah engkau ridha memilih Dia menjadi teman dudukmu daripada pemberian-Nya. Allah berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi:

“Aku adalah teman duduk bagi orang yg berdzikir kepada-Ku.”

Firman-Nya lagi:

“Aku berada di sisi orang² yg hatinya terpecah demi Aku.”

Wahai pemuda! Dzikirmu akan mendekatkan hatimu pada-Nya, lalu engkau akan memasuki rumah kedekatan-Nya dan menjadi tamu-Nya. Setiap tamu pasti dimuliakan, lebih² jika si tuan rumah adalah al-Malik (Yang Maha Memiliki segala). Sampai kapan engkau bersibuk dengan kerajaan dan kepemilikanmu hingga engkau lupakan al-Malik Yang Maha Memiliki? Sebentar lagi engkau akan berpisah dengan kerajaan dan kepemilikanmu. Sebentar lagi engkau akan berada di Akhirat, dan engkau dapat melihat bagaimana dunia seolah menjadi sesuatu yg tidak ada lagi, sementara Akhirat selalu ada.

Jangan lari dariku hanya karena kefakiran tanganku, sesungguhnya aku juga memiliki kekayaan yg mencukupkanku dari kalian dan dari penduduk bumi di belahan timur dan belahan barat. Aku menginginkan kalian demi kemaslahatan kalian. Aku gulung dan pilin tali² (kabel) kalian.

Jangan berbuat bid’ah dan membuat hal baru dalam beragama yg belum pernah ada sebelumnya. Ikutilah para penyaksi mata serta pengamal Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya akan mengantarkanmu menuju Allah Ta’ala, namun jika engkau lakukan bid’ah, maka saksimu adalah akal dan hawa kesenanganmu yg sudah barang tentu akan menyeretmu ke neraka dan memasukkanmu ke dalam komunitas Fir‘aun, Haman dan bala tentaranya.

Jangan membantah takdir dengan berbagai macam argumentasi, niscaya Dia tidak akan menerimamu. Engkau terpaksa harus masuk ke rumah ilmu dan belajar, kemudian mengamalkan dan ikhlas melaksanakannya. Jadikanlah juga usahamu terkerangka dalam pencarian ilmu dan amal, bukan menempatkannya dalam pencarian duniawi, karena sebentar lagi usahamu akan terputus. Tempatkanlah usahamu pada hal² yg bermanfaat bagimu. Seorang laki² datang pada-Nya dan menghadap-Nya sembari memaparkan permulaan pengantin ini, agar ia mendapatkan keberuntungan. Cinta itu milik anak muda hingga sebelum resepsi perkawinan.

Wahai pemuda! Maju dan gapailah ridha Allah Ta’ala atas dirimu! Sebab jika Dia telah ridha pada-Mu, maka Dia akan mencintaimu. Singkirkanlah mendung rezeki dari hatimu, niscaya rezeki akan mengalir dari Allah Ta’ala tanpa kelelahan dan kepayahan. Singkirkanlah problem² dari hatimu dan jadikanlah mereka menjadi satu, yaitu Allah Ta’ala. Jika engkau telah melakukan ini dengan baik, maka Dia akan menghalangimu dari segala problem kedukaan. Angan citamu tidaklah mencita-citakanmu. Jika anganmu hanya melulu dunia, maka engkau akan bersamanya, kemudian jika anganmu melulu Akhirat, maka engkau akan bersamanya juga. Jika angan citamu tertuju pada makhluk (manusia), maka engkau akan bersamanya, dan jika anganmu engkau tujukan hanya pada Allah Ta’ala, maka engkau akan selalu bersama-Nya, di dunia dan Akhirat.

[]

48. Amal Shaleh

Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.

Majelis ke-48:

“Amal Shaleh”

Pengajian Selasa sore, 8 Sya‘ban 545 H, di Madrasah.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yg berhias untuk manusia dengan apa yg disukainya, dan tampil di hadapan Allah dengan apa yg dibenci-Nya, maka ia akan menemui Allah Ta’ala sambil Dia murka kepadanya.”

Simak penuturan kenabian ini, hai orang² munafik, hai orang² yg menjual Akhiratnya dengan dunia, dan yg menjual Allah Ta’ala dengan makhluk. Hai para penjual! Tidak ada yg kekal dengan sesuatu yg fana. Perdaganganmu telah rugi besar dan modalmu telah lenyap.

Celakalah! Kalian telah menantang kemurkaan Allah Ta’ala dan kebencian-Nya, sebab barangsiapa berhias untuk manusia dengan sesuatu yg tidak sepatutnya, maka Allah Ta’ala akan murka kepadanya. Hiasilah lahiriahmu dengan sopan santun syara’ dan (hiasi pula) batinmu dengan mengeluarkan makhluk dari dalamnya; tolaklah pintu² mereka dan binasakan mereka di hatimu, hingga seolah mereka tidak tercipta dan tidak lagi kau lihat mudharat atau manfaat di tangan mereka. Engkau telah sibuk menghiasi fisikmu, dan melupakan perhiasan hati. Perhiasan hati adalah dengan tauhid, ikhlas, dan percaya penuh pada Allah Ta’ala, juga dengan senantiasa berdzikir mengingat-Nya dan melupakan selain-Nya.

Nabi ‘Isa as. menuturkan: “Amal shaleh adalah hal yg tidak disukai untuk diemban.” Hai orang² yg bodoh dan gila di sisi Akhirat dan berakal di sisi dunia! Akalmu tidak akan berguna apapun bagimu. Berusahalah memperoleh keimanan, dan jika sudah kau peroleh iman, maka bertaubatlah, mintalah maaf, sesali dan alirkan air mata di pipimu, karena tangisan ketakutan pada Allah Ta’ala bisa memadamkan api maksiat dan kemurkaan Allah Ta’ala. Jika engkau bertaubat dengan segenap hatimu, maka cahaya taubat yg tulus akan membias di wajah.

Wahai pemuda! Berusahalah untuk menjaga nurani semampumu. Jika engkau menang, maka engkau tidak akan dicela (dan dimurka). Cinta menghancurkan dinding² peringatan dan ketertutupan, dinding malu, dinding wujud (kemanusiaan), dan dinding memandang makhluk. Seorang mutakallif diperintahkan untuk mengeluarkan cinta, sementara seorang mukallaf yg kalah, justru bercelak dengan debu kaki cinta, karena ini merupakan kejiwaan, keruhanian, naluriah dan ketuhanan (Rabbani).

Berusahalah untuk tidak menjadi dirimu, tetapi menjadi Dia. Berusahalah untuk tidak bergeming dalam menolak mudharat darimu, dan jangan bergerak pula dalam meraih manfaat untukmu, sebab jika kau lakukan hal itu, maka Allah Ta’ala akan mengirimkan seseorang untuk melayanimu dan menghalau derita dari dirimu.

Bersamalah dengan-Nya seperti mayat bersama orang yg memandikannya, juga seperti Ahl al-Kahfi bersama Jibril as. Bersamalah dengan-Nya tanpa wujud (tabiat kemanusiaan), ikhtiar memilih, juga pengaturan secara total. Kokohlah berdiri di hadapan-Nya di atas pijakan kedua kaki iman dan nafsumu, saat turun beban² qadha dan qadar-Nya. Iman berdiri kokoh bersarma takdir-Nya, sementara kemunafikan lari menjauhinya.

Orang yg munafik tampak semakin kurus badannya, seiring dengan hari² dan malam yg telah dilaluinya, namun hawa nafsu dan tabiatnya semakin gemuk dan kedua mata hati serta nuraninya buta, pintu rumahnya terlihat indah, namun kondisi dalam rumah porak-poranda, dzikirnya kepada Allah Ta’ala hanya di bibir saja tanpa mengikutsertakan hatinya, dan kemarahannya dikarenakan nafsu, bukan demi Allah Ta’ala. Sebaliknya, seorang Mukmin berdzikir kepada Allah dengan sinergi lisan dan hatinya, bahkan dalam banyak kondisi, hatinya tetap berdzikir, meski lisannya diam membisu, dan kemarahannya pun dikarenakan demi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, bukan karena dorongan hawa nafsu, tabiat, dan dunianya. Ia tidak dengki dan tidak didengki, serta tidak pula ikut berlomba memperebutkan keberuntungan dengan para pemilik keberuntungan.

Wahai pemuda! Jangan, dan sekali lagi jangan sampai engkau berlomba menyaingi orang yg beruntung, sebab ia akan selamat dan semakin naik, sementara dirimu akan binasa, jatuh, terhina, dan tertunduk malu (oleh keterbukaan aibmu). Bagaimana mungkin engkau bisa merubah keberuntungannya dengan persainganmu, sementara ilmu Allah telah menentukan preseden (ketetapan terdahulu) atas hal tersebut. Jika engkau menandingi Allah Ta’ala dalam preseden ilmu-Nya atas dirimu dan selainmu, maka engkau akan jatuh dari pandangan-Nya dan ilmumu tidak akan bermanfaat apa² bagimu sebagaimana disinyalir dalam firman Allah Ta’ala:

عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ

“Bekerja keras lagi kepayahan.” (QS. Al-Ghasyiyah [88]: 3)

Bertaubatlah sekarang juga pada Allah Ta’ala. Orang yg terjaga (al-ma’shum) adalah orang yg cerdas. Jangan surutkan langkah menuju-Nya hanya karena bala cobaan yg ditimpakan-Nya padamu. Tunggu saja hingga Dia berkenan mengangkatnya kembali darimu dan jangan pernah berputus asa, sebab dari jam ke jam adalah pembebasan. Dia bergerak dari satu komunitas ke komunitas lain. Karena itu, bersabarlah bersama-Nya dan ridhalah menerima takdir-Nya sebab:

لَا تَدْرِيْ لَعَلَّ اللّٰهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذٰلِكَ اَمْرًا

“Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yg baru.” (QS. At-Talaq [65]: 1)

Jika engkau mampu bersabar (dan bertahan), maka Dia akan meringankan bala cobaan pada dirimu dan Dia akan membuat hal baru bagimu yg Dia sukai dan kau sukai pula, namun jika engkau terus bersedih dan menentang, maka Dia akan semakin memberatkan beban bala cobaan itu atas dirimu, bahkan Dia akan menambahkan siksaan padamu karena penentanganmu atas-Nya. Penolakan dan penentanganmu atas-Nya ini disebabkan keterpakuanmu bersama hawa nafsu, ambisi dan kecintaan pada duniawi, serta bara semangat untuk menumpuknya.

Wahai manusia! Jika memang sudah menjadi keharusan yg mesti engkau jalani, maka tempatkanlah nafsumu di pintu dunia, hatimu di pintu Akhirat, dan nuranimu di pintu Allah Ta’ala sampai datang masa ketika nafsu berubah menjadi hati dan merasakan apa yg dirasakannya, juga hati berubah menjadi nurani dan merasakan apa yg dirasakannya, lalu nurani berubah menjadi kefana’an yg lebur di dalam-Nya, tanpa merasakan dan tanpa dirasakan, untuk kemudian Dia akan menghidupkannya kembali hanya untuk-Nya. Ketika itulah, nilai takaran setiap dirham dari-Nya akan berubah menjadi seribu takaran sebandingnya, lalu Dia akan menjadikannya emas. Ini merupakan puncak totalitas yg asli dan kekal. Beruntung sekali orang yg bisa mengerti apa yg aku ucapkan ini dan mengimaninya. Beruntung sekali orang yg mengamalkannya dan ikhlas dalam melakukannya. Beruntung sekali orang yg bekerja dengan tangannya sendiri untuk kemudian mendekatkannya pada Yang Maha Menyuruhnya untuk beramal (al-ma’mul bih).

Wahai pemuda! Jika engkau mati, maka engkau akan dapat melihat dan mengenaliku. Engkau akan melihat aku di sebelah kanan dan kirimu sambil memikul beban dan menjauhkannya darimu, serta memohon untukmu. Sampai kapan engkau menyekutukan-Nya dengan manusia dan menyandarkan dirimu pada mereka? Engkau harus mengetahui bahwa tak seorang pun dari mereka yg dapat memberi manfaat atau menimpakan mudharat padamu, baik yg kaya maupun yg miskin, yg mulia ataupun yg jelata. Engkau seharusnya bersama Allah Ta’ala dan tidak bersandar pada manusia, juga pada profesi, dan daya kekuatanmu.

Bersandarlah pada kemurahan karunia Allah Ta’ala. Sandarkanlah nasibmu pada Yang Memberimu kemampuan untuk bekerja dan menganugerahimu rezeki. Jika engkau lakukan instruksi ini, maka Dia akan menjalankanmu bersama-Nya dan Dia akan memperlihatkan keajaiban² qudrah dan preseden -Nya (ketetapan terdahulu) kepadamu. Dia akan mengantarkan hatimu kepada-Nya dan setelah sampai kepada-Nya, Dia akan mengingatkan tentang hari² yg dulu, sebagaimana kebiasaan penghuni Surga yg sering mengenang masa² hidup di dunia.

Jika engkau mampu menembus jaring sebab, maka engkau sampai pada Sang Penyebab (musabbib). Jika engkau mampu menembus kebiasaan (al-‘adah), maka kebiasaan (al-‘adah) pun tertembus untukmu. Siapa yg melayani akan dilayani. Siapa yg patuh, akan dipatuhi. Siapa yg memuliakan, akan dimuliakan. Siapa yg mendekat, akan didekatkan. Siapa yg merendah, akan diangkat. Siapa yg murah hati, akan dimurahi. Siapa yg bersikap santun, akan didekatkan. Kesantunan budi mendekatkanmu (pada-Nya) dan keburukan perilaku menjauhkanmu (dari-Nya). Kesantunan budi adalah ketaatan pada Allah dan keburukan perilaku adalah kemaksiatan pada-Nya.

Wahai manusia! Janganlah kalian menunda-nunda kehormatan bagi diri kalian serta menghitung-hitung diri atasnya. Segeralah mencapai kehormatan kalian di dunia sebelum Akhirat. Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala sungkan untuk menghisab orang² yg wara‘ dari hamba²Nya selama di dunia.”

Berlakulah wara‘ (menjaga kehormatan diri), jika engkau tidak ingin kenistaan menimpa dirimu. Jagalah kehormatan diri dalam bertingkah laku di dunia. Jika tidak, maka syahwatmu akan berubah menjadi rutuk penyesalan di dunia dan Akhirat. Dinar adalah rumah Neraka dan dirham adalah rumah duka, apalagi jika engkau memperolehnya dengan cara yg haram dan membelanjakannya di jalan yg haram. Kelak apa yg aku ucapkan hari ini akan terungkap jelas bagimu. Engkau telah buta dan tuli. Rasulullah Saw. bersabda:

“Kecintaanmu pada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli.”

Telanjangilah hatimu dari dunia, serta laparkan dan hauskan ia hingga Allah Ta’ala berkenan memberi pakaian, makan dan minum untukmu. Serahkan lahir dan batinmu pada-Nya, dan jangan coba mengatur (kehidupanmu) sebab hal itu merupakan otoritas-Nya, bukan otoritasmu. Jadilah Zukara (buruh) selamanya, sebab dunia adalah rumah kerja dan Akhirat adalah rumah upah (gaji), rumah anugerah, dan rumah karunia. Inilah hal yg biasa di kalangan kaum shaleh. Jarang sekali Allah Ta’ala membebaskan mereka dari (kewajiban) kerja di dunia, lalu menganugerahi, dan menyayanginya, serta menyegerakan kesenggangan baginya sebelum Akhirat tiba, membatasinya dalam menjalankan kewajiban², dan melonggarkannya dari amalan² sunnah, karena kewajiban tidak gugur dalam segala tingkatan ahwal dan maqamat. Semua ini adalah hak orang² pilihan dari jajaran hamba² Allah Ta’ala, dan mereka ini sangat jarang sekali.

Wahai pemuda! Berzuhudlah dan ridhalah terhadap segala penerimaan, niscaya engkau akan merasakan kenyamanan dunia. Jika engkau memiliki bagian duniawi, pasti ia akan sampai ke tanganmu, dan bagian² itu sendirilah yg akan mendatangimu, sehingga engkau pun menjadi orang yg luhur, mulia, dan disegani. Jangan makan dengan nafsu dan kesenangan, sebab hal itu akan menjadi hijab yg menghalangi hatimu dari Allah Ta’ala.

Orang Mukmin tidak makan sendirian dengan nafsunya, tidak berpakaian karena dorongan nafsu, serta tidak bersenang-senang, akan tetapi mereka makan untuk menguatkan fisik dalam rangka melaksanakan ketaatan pada Allah Ta’ala. Ia makan apa yg ditetapkan oleh kaki² lahirnya dan apa yg ada di hadapannya dengan landasan syara‘, tidak dengan dorongan hawa kesenangan, sementara seorang wali hanya makan jika diperintahkan oleh Allah Ta’ala, sedangkan para abdal (pengganti Nabi), yg merupakan perdana menteri quthb (hierarki tertinggi kaum Sufi) makan dengan dorongan perbuatan Allah Ta’ala. Makan dan perilaku seorang quthb persis seperti cara makan dan perilaku Rasulullah Saw. Bagaimana tidak berlaku demikian, sementara ia adalah anak, pengganti, serta khalifah Rasul di tengah² umatnya. Di samping sebagai khalifah Rasul, ia juga merupakan khalifah Allah Ta’ala. la adalah khalifah batin dan imam kaum Muslimin yg lebih dimuliakan daripada khalifah lahir. Dialah orang yg harus ditaati dan diikuti oleh kaum Muslimin. Dikatakan bahwa seorang pemimpin kaum Muslimin yg adil, maka ia adalah quthb zaman.

Jangan kalian kira permasalahan ini remeh. Allah telah menugaskan seorang (malaikat) untuk mencatat segala perbuatanmu, baik yg lahir maupun batin. Kelak pada Hari Kiamat, setiap orang akan di datangkan beserta malaikat yg bertugas mengawalnya di dunia dan menulis semua kebaikan dan keburukannya. Para malaikat tersebut membawa 99 dokumen. Masing² dokumen menunjukkan kebaikan dan keburukan, serta semua yg telah diperbuatnya. Allah lalu menginstruksikan untuk membacanya semua, dan mereka pun langsung membacanya, meskipun pada waktu di dunia ia tidak cakap membaca dan menulis, sebab dunia adalah rumah hikmah, sementara Akhirat adalah rumah qudrah.

Dunia membutuhkan sarana dan peralatan, sedangkan Akhirat tidak membutuhkan semua itu. Jika ada yg mengingkari apa yg tertulis dalam dokumen² tersebut, maka anggota badannya langsung angkat bicara. Setiap anggota badanmu akan berbicara tegas tentang semua yg telah diperbuatnya di dunia. Kalian diciptakan untuk sesuatu yg agung, namun kalian tidak menyadarinya. Allah Ta’ala berfirman:

اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main² (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 115)

[]

49. Bermurah Memberi Orang yang Meminta-minta

Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.

Majelis ke-49:

“Bermurah Memberi Orang yang Meminta-minta”

Pengajian Jum’at, 17 Sya‘ban 545 H, di Madrasah.

Alkisah, pada suatu hari ‘Abd Allah Ibn al-Mubarak rahimahullah didatangi seorang pengemis yg meminta sedikit makanan padanya. Waktu itu ia tidak memiliki apa² lagi selain 10 butir telor, maka ia pun memerintahkan pembantunya untuk memberikan telur² itu pada pengemis tersebut. Si pembantu hanya memberikan sembilan saja, dan menyembunyikan satu butir. Menjelang matahari terbenam, seseorang datang mengetuk pintu seraya berkata, “Ambillah keranjang ini!” ‘Abd Allah rahimahullah keluar rumah dan mengambilnya. Dilihatnya ada banyak telur di dalam keranjang itu. Ia menghitung telur² itu dan ternyata berjumlah 90 butir. Lalu ia berkata pada pembantunya, “Mana telur² yg lain? Berapa telur yg kau berikan pada si pengemis tadi?” Dijawab, “Aku memberinya 9 butir dan aku sisakan sebutir untuk Anda berbuka, Tuanku!” ‘Abd Allah berkata, “Jadi, kita berhutang 10 butir.”

Begitulah langgam mereka berinteraksi dengan Tuhannya. Mereka mengimani dan membenarkan apa yg berlaku dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka tidak pernah menyalahi Al-Qur’an dalam gerak dan diam, serta dalam mengambil dan memberi. Mereka nyata bertransaksi dengan Allah Ta’ala dan meraup untung besar dalam transaksi ini, karena itulah mereka terus menekuninya. Mereka melihat pintu-Nya terbuka lebar², maka mereka pun masuk ke dalamnya, dan melihat pintu² selain-Nya tertutup, maka mereka pun menjauhinya. Mereka menuruti-Nya dalam (berinteraksi dengan) selain-Nya, dan tidak menuruti selain-Nya dalam (berinteraksi dengan)-Nya. Mereka menuruti-Nya dalam kemurkaan-Nya pada orang yg membuat-Nya murka dan dalam kecintaan-Nya pada orang yg membuat-Nya cinta.

Sebagian mereka menuturkan: “Turutilah Allah Ta’ala dalam (berinteraksi dengan) makhluk, tapi jangan turuti makhluk dalam (berinteraksi dengan) Allah Ta’ala, maka hancurlah orang yg hancur, dan beruntunglah orang yg beruntung.” Kaum shaleh senantiasa berada di samping Allah Ta’ala, mengunggulkan-Nya di atas diri mereka dan selain-Nya. Dalam hal ini, mereka tidak peduli dengan celaan orang dan tidak juga takut dengan seorang pun selama masih dalam batas²Nya dan dalam kerangka penegakan syariat-Nya.

Wahai pemuda! Tinggalkanlah kegilaan yg sedang kau lakukan saat ini! Ikutilah kaum shaleh dalam perkataan dan perbuatan mereka. Janganlah engkau mencari perolehan yg telah mereka capai hanya dengan klaim² kebohongan semata. Bersabarlah menghadapi bala cobaan sebagaimana kesabaran mereka menanggungnya, hingga engkau akan sampai pada perolehan yg telah mereka capai. Jika tidak ada bala cobaan, pastilah semua manusia menjadi ahli ibadah dan ahli zuhud. Bala cobaan akan tetap datang menimpa mereka dan jika mereka tidak bersabar menghadapinya, maka mereka akan tertutup dan terhalang dari pintu Tuhan mereka. Siapa yg tidak memiliki kesabaran, maka tidak ada anugerah untuknya. Jika engkau tidak bersikap sabar dan ridha menerima, maka hal itu menyebabkanmu keluar dari penghambaan pada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi:

“Barangsiapa yg tidak ridha menerima qadha-Ku dan tidak sabar atas bala coba-Ku, maka angkatlah tuhan selain-Ku.”

Puaslah menerima-Nya, tanpa selain-Nya. Takdir adalah entitas yg baik dan buruk bagi kalian. Wujudkanlah Islam kalian, hingga kalian mencapai keimanan, lalu realisasikan keimanan hingga mencapai keyakinan. Saat itulah kalian bisa melihat apa yg belum pernah kalian lihat dengan mata keyakinan (‘ayn al-yaqin). Dia akan memperlihatkan segala sesuatu pada kalian sesuai dengan bentuknya. Dia menjadikan berita (khabar) sebagai pemandangan yg kasat mata.

Dia menghentikan hati pada pintu Allah Ta’ala dan memperlihatkan segala sesuatu kepadanya. Jika hati berhenti dan terpaku di pintu Allah Ta’ala, maka tangan kemuliaan akan menjulur padanya, dan memuliakannya hingga menjadi sosok mulia (karim) yg memiliki empati dan selalu bermurah hati pada makhluk serta tidak kikir sedikit pun pada mereka. Hati yg shahih dan shaleh untuk Allah Ta’ala adalah hati yg mulia, dan nurani yg bersih dari kotoran adalah nurani yg mulia. Bagaimana keduanya tidak menjadi demikian, sementara yg memuliakan keduanya adalah Yang Maha Mulia di atas yg paling mulia (Akram al-Akramin).

Wahai manusia! Engkau harus bersikap murah hati dan empati dalam menjalankan ketaatan pada Allah Ta’ala, bukan dalam maksiat kepada-Nya. Setiap nikmat yg di belanjakan dalam kemaksiatan akan rentan hilang. Bersibuklah kalian mencari rezeki dengan tetap menjalankan ketaatan sampai kedekatan-Nya merengkuhmu, maka seluruh anganmu akan menyatu dengan-Nya dan di dalam-Nya, bukan dengan selain-Nya. Ketika itulah, hidangan makananmu tersaji dari periuk kemuliaan dan kemurahan-Nya dari arah yg tidak kalian sangka² dan pikirkan sebelumnya.

Nafsu adalah hijab mereka dari-Nya, maka ketika nafsu menghilang, hilanglah pula hijab tersebut. Syaikh Abu Yazid al-Busthami qs. berkisah: “Aku bermimpi melihat Tuhanku, lalu aku bertanya pada-Nya, “Bagaimana jalan menuju-Mu, wahai Bari Khuda?” Dia menjawab, “Jauhi nafsumu dan kemarilah!” Sejak kejadian itu aku tanggalkan semua nafsu, sebagaimana terkelupasnya biji dari kulitnya.” Di sini Allah Ta’ala hanya menunjuk nafsu saja tanpa lainnya dan memerintahkan Syaikh Abu Yazid untuk meninggalkannya, karena dunia seisinya dan segala selain Allah Ta’ala secara totalitas adalah pengikut nafsu. Dunia adalah kekasih nafsu, begitu juga Akhirat. Allah Ta’ala berfirman:

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّنْ ذَهَبٍ وَّاَكْوَابٍ ۚوَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُ ۚوَاَنْتُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَۚ

“Kepada mereka diedarkan piring² dan gelas² dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yg di ingini oleh hati dan segala yg sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 71)

Pada siang hari, kaum shaleh bekerja demi kemaslahatan manusia dan keluarga, sementara di malam hari, mereka melayani Tuhan dan menyepi bersama-Nya. Begitu juga para raja. Sepanjang siang mereka bersama para pengawal dan punggawa memenuhi kebutuhan rakyat, lalu jika malam menjelang, mereka pun menyendiri bersama para menteri dan orang² khusus mereka.

Semoga Allah mengasihi kalian! Simaklah apa yg aku ucapkan dengan pendengaran hati kalian dan hapalkan, lalu amalkanlah. Aku tidak mengucapkan selain kebenaran dari Sang Maha Benar. Aku hanya menuturkan deskripasi jalan Allah Ta’ala, agar kalian menempuhnya. Aku tidak puas jika kalian hanya menyahutku dengan ucapan, “Ahsanta!” akan tetapi katakanlah kepadaku dengan lisan hati kalian, “Ahsanta!” lalu amalkan apa yg aku tuturkan dan ikhlaslah dalam beramal. Baru jika hal itu kulihat pada kalian, maka akan kukatakan pada kalian, “Ahsantum!”

Sampai kapan engkau berkait erat dengan nafsu, dunia, Akhirat, manusia, dan segala selain Allah secara keseluruhan. Makhluk adalah hijab nafsumu. Sedangkan nafsumu adalah hijab hatimu, dan hatimu adalah hijab nuranimu. Selama engkau masih bersama makhluk, maka engkau tidak akan melihat nafsumu. Baru setelah engkau meninggalkan mereka, engkau akan melihat nafsu sebagai musuh Tuhanmu sekaligus musuhmu, lalu engkau akan terus memeranginya sampai ia tenang di sisi Tuhannya, tenang menerima janji-Nya dan takut akan ancaman-Nya. Engkau akan melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menuruti takdir yg telah ditentukan-Nya. Ketika itulah, hijab² yg menutupi hati dan nurani akan lenyap secara serentak, dan keduanya akan dapat melihat apa yg sebelumnya tidak dilihatnya, mengetahui Tuhan mereka Allah Ta’ala dan berlindung meminta perlindungan pada-Nya, serta tidak akan lagi berdiri bersama sesuatu pun selain-Nya.

Seorang yg ‘arif tidak berdiri bersama sesuatu selain Sang Maha Pencipta segala sesuatu. Ia tidak pernah tidur dan mengantuk, juga tidak terbelenggu apa pun dari Allah Ta’ala. la adalah kekasih yg menafikan wujudnya. Ia berada di lembah takdir dan Pengetahuan Allah Ta’ala. Ombak² samudera ilmu mengangkatnya ke udara dan mengepungnya masuk ke dalam palung. Ia menghilang dan kebingungan tanpa akal. Ia tuli dan bisu, tidak mendengar selain Allah Ta’ala, juga tidak melihat selain-Nya. la mati di hadapan-Nya dan jika berkehendak, Dia akan membangunkannya kembali. Jika berkehendak pula, maka Dia akan mewujudkannya kembali. Mereka senantiasa berada di dalam tenda² Kedekatan. Jika datang giliran hukum, mereka berada di piring hukum. Jika datang giliran keluar (khuruj), maka mereka mendatangi pintu dan menyerap kisah² dari makhluk. Mereka menjadi mediator antara makhluk dan Allah Ta’ala. Demikianlah ahwal mereka, akan tetapi ada beberapa hal yg ditutup-tutupi (dan tidak boleh diberitahukan pada khalayak).

Wahai manusia! Apa ini? Kalian telah gila. Kalian telah kehilangan waktu tanpa berbuat sesuatu pun. Bersabarlah bersama Allah Ta’ala, niscaya kalian akan mendapatkan kebaikan, dunia dan Akhirat. Jika engkau ingin merealisasikan keislaman, maka engkau harus berpasrah diri (istislam). Lalu jika engkau menginginkan kedekatan dengan Allah Ta’ala, maka engkau harus melemparkan diri di hadapan takdir dan perbuatan-Nya tanpa bertanya mengapa dan bagaimana. Dengan demikian, engkau telah mendekat pada-Nya. Jangan menginginkan sesuatu selama Dia tdak membenarkannya. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۖ

“Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan [76]: 30)

Jika apa yg kau kehendaki belum sempurna, maka jangan berkehendak. Jangan menentang perbuatan²Nya. Meskipun Dia mengambil pangkat, harta benda, kesehatan, dan anak²mu, serta menghancurkan kehormatanmu, maka tetaplah tersenyum di hadapan takdir, kehendak, dan pergantian-Nya. Jika engkau menginginkan kedekatan-Nya serta kesucian bersama-Nya, maka bersikaplah demikian. Jika engkau menginginkan hatimu sampai kepada-Nya selagi engkau di dunia, maka redamlah kesedihanmu dan tampakkan kegembiraanmu. Santunilah manusia dengan kebaikan budi. Rasulullah Saw. bersabda:

“Kegembiraan seorang Mukmin membias di wajahnya, sementara kesedihannya terpendam di kedalaman hatinya.”

Jangan mengeluh dan mengadu pada siapa pun, sebab jika engkau mengadu pada Allah Ta’ala, maka engkau akan jatuh tersungkur dalam pandangan-Nya. Oleh karena itu, jangan pernah engkau mengeluhkannya.

Jangan sekali-kali engkau bersikap ujub dengan segelintir amalan²mu, karena ujub akan merusak dan membinasakan amal. Barangsiapa yg menyadari taufik Allah Ta’ala atas dirinya, maka akan hilanglah sikap ujub dari dalam dirinya.

Tumpukanlah tujuanmu hanya kepada-Nya, niscaya Dia akan menumpukan rahmat-Nya padamu dan menyediakanmu segala sarana untuk mencapai-Nya. Bagaimana bisa engkau menumpukan tujuanmu pada-Nya, namun engkau tetap berbohong dalam ucapan dan tindakanmu. Engkau masih mencari pujian dari manusia dan takut akan caci-maki mereka. Jalan Allah Ta’ala adalah ketulusan total. Kaum shaleh memiliki ketulusan tanpa kebohongan dan tanpa penampak-tampakan. Perbuatan mereka lebih banyak daripada perkataan mereka. Mereka adalah wakil² Allah Ta’ala dalam komunitas makhluk-Nya, serta khalifah-Nya atas mereka, juga cerdik-cendekia dan muatan sumber daya di bumi-Nya. Mereka adalah kalangan istimewa yg dimiliki-Nya. Engkau, hai orang munafik! Engkau tidak ada apa²nya dibanding mereka, maka jangan coba menyaingi mereka dengan kemunafikanmu, sebab tidak akan ada sesuatu yg datang dengan sekadar berangan-angan, dan berdesas-desus.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang² yg tulus.

رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Janganlah engkau puas menerima ahwal mereka hanya dengan sekadar menggunakan nama mereka, mengenakan seragam mereka, dan berfasih-fasih dengan perkataan mereka. Semua itu tidak akan bermanfaat bagimu, karena kontradiksimu dengan perilaku mereka.

Engkau adalah kotoran tanpa kesucian, makhluk tanpa Pencipta, dunia tanpa Akhirat, kebathilan tanpa kebenaran, lahir tanpa batin, ucapan tanpa tindakan, amal tanpa keikhlasan, dan keikhlasan tanpa pegangan Sunnah. Allah Ta’ala tidak akan menerima ucapan tanpa tindakan, amalan tanpa keikhlasan, serta tidak akan menerima segala sesuatu secara totalitas yg tidak sesuai dengan Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya Saw. Semua itu adalah klaim pengakuan tanpa bukti nyata, sehingga tentu saja tidak akan diterima-Nya.

Jika dengan segala kebohonganmu, engkau masih bisa memperoleh penerimaan manusia, maka dengan perilaku yg sama, engkau tidak akan pernah memperoleh penerimaan Allah Ta’ala, sebab Dia Maha Mengetahui apa yg tersembunyi dalam hati kalian. Jangan berlagak, sebab Sang Pengkritik Maha Melihat. Allah lebih melihat pada hatimu, bukan pada rupa penampilanmu. Dia melihat apa yg berada di balik baju, kulit, dan tulang. Dia lebih melihat pada kesendirianmu, bukan keramaianmu. Tidakkah kau malu, bila tampil di depan manusia dalam keadaan perlente penuh dandanan, namun di hadapan Allah Ta’ala dalam keadaan najis penuh kotoran?

Jika engkau benar² menginginkan kebahagiaan, maka bertaubatlah dari semua dosamu dan tuluskanlah pertaubatanmu. Bertaubatlah dari perbuatanmu yg menyekutukan-Nya dengan makhluk. Jangan lakukan sesuatu kecuali hanya untuk Allah Ta’ala. Aku amati engkau telah salah total, karena engkau bersama hawa nafsu, dunia, syahwat kesenangan dan kelezatan. Tajarrud mu karena kutu busuk, dan sesuap makanan menjadi pemicu kebencianmu. Engkau ridha menerima karena kesenangan nafsumu dan engkau membenci karena kebencian nafsumu. Engkau menjadi budak nafsumu sendiri, dan urusanmu ada di tangannya.

Di mana kedudukanmu jika dibanding hamba² Allah Ta’ala yg telah mewujudkan dalam dirinya penghambaan kepada-Nya dan keridhaan menerima perbuatan²Nya. Meski segala petaka menimpa, mereka tetap duduk tak bergeming bagai gunung yg kokoh. Meski petaka menimpa, mereka tetap memandangnya dengan mata kesabaran dan penerimaan. Mereka membiarkan jasadnya sebagai ajang segala bala cobaan, sementara hati mereka terbang menuju Allah Ta’ala. Mereka adalah tenda tanpa penghuni, dan sangkar tanpa burung. Arwah mereka berada di sisi-Nya, sementara jasad mereka di hadapan-Nya. Hai orang² yg mengingkari Tuhannya, hai orang yg menganggap-Nya kejam! Kemarilah mendekat padaku! Aku akan meluruskan perkara antara kalian dan Dia. Aku akan memohonkan dan membawakan keamanan dari-Nya untuk kalian. Aku akan terus bersimpuh di hadapan-Nya sampai Dia menganugerahi kalian hak²Nya yg memang harus Dia berikan kepada kalian.

Ya Allah, kembalikanlah kami kepada-Mu. Hentikanlah kami di pintu-Mu. Jadikanlah kami hanya untuk-Mu, di dalam-Mu, dan bersama-Mu. Ridhailah kami untuk melayani-Mu. Jadikanlah pengambilan dan pemberian kami hanya untuk-Mu. Sucikanlah batin kami dari selain-Mu. Jangan lihat kami saat melakukan perkara yg Engkau larang pada kami dan janganlah Engkau berpaling dan tidak melihat kami saat melakukan apa yg Engkau perintahkan. Jadikanlah kepasrahan diri kami hanya pada-Mu dan jadikan kami merasa cukup hanya dengan-Mu tanpa membutuhkan selain-Mu. Sadarkanlah kami dari kelalaian terhadap-Mu. Kehendakilah kami untuk mentaati dan bermunajat pada-Mu. Lezatkanlah hati dan nurani kami dengan kedekatan-Mu. Pisahkanlah kami dari kemaksiatan pada-Mu sebagaimana Engkau memisahkan langit dan bumi. Dekatkanlah kami pada ketaatan-Mu sebagaimana Engkau dekatkan hitam mata dan putihnya. Pisahkanlah jarak kami dengan apa yg Engkau benci sebagaimana Engkau pisahkan jarak antara Yusuf dan Zulaykha dalam kemaksiatan pada-Mu.

Lelehkanlah hawa nafsu dan tabiatmu dengan kelanggengan puasa, shalat, dan kesabaran. Jika seorang hamba sudah mampu melelehkan hawa nafsu dan tabiatnya, maka yg tersisa hanyalah Dia dan al-Mawla Junjungannya tanpa sesakan yg lain, yg tersisa hanyalah hati, nurani, dan al-Mawla, kelapangan tanpa kesesakan dan kesehatan tanpa kesakitan. Gunakanlah akal kalian, belajarlah, lalu amalkan, dan ikhlaslah.

Wahai pemuda! Belajarlah pada manusia, kemudian pada Sang Pencipta. Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yg mengamalkan apa yg ia ketahui, maka Allah menganugerahinya pengetahuan yg belum ia ketahui.”

Memang pada awalnya, semua harus belajar pada manusia karena itu merupakan hukum, baru setelah itu berguru langsung dengan Sang Pencipta, yg disebut kemudian dengan istilah ilmu ladunni, yaitu ilmu yg diperuntukkan bagi hati dan rahasia yg di khususkan bagi nurani. Bagaimana engkau bisa belajar sesuatu tanpa Guru, padahal engkau berada di rumah hikmah (dunia). Tuntutlah ilmu, sebab mencarinya adalah sebuah kewajiban. Rasulullah Saw. bersabda:

Tuntutlah ilmu walaupun (harus) ke Negeri Cina.”

Wahai pemuda! Temanilah orang yg bisa membantumu untuk memerangi nafsumu, bukan orang yg malah membantunya melawanmu. Jika engkau temani seorang syaikh yg bodoh lagi munafik, juga penurut tabiat dan hawa kesenangan, maka ia adalah orang yg membantu nafsu mengalahkanmu. Syaikh sejati tidak memiliki dunia, akan tetapi memiliki Akhirat. Jika seorang syaikh masih memiliki tabiat dan kesenangan, maka ia berarti memiliki dunia, dan jika ia pemilik hati, maka ia memiliki Akhirat. Lalu jika ia pemilik nurani, maka ia memiliki al-Mawla.

Hai orang yg berlagak syaikh, mengedepankan diri, dan menyesaki para syaikh yg benar² tulus dalam ahwal mereka, selama engkau masih mencari duniawi dengan hawa nafsumu, maka engkau adalah anak kecil. Para syaikh sejati memiliki tabiat dan nafsu yg sangat jarang sekali. Nafsu mereka berpaling dari dunia dan meninggalkannya secara sukarela, bukan karena terpaksa. Nafsu mereka tenang dan menjelma menjadi hati, dan ini sangat jarang sekali. Kesejatian seorang syaikh telah benar² sempurna ketika nafsunya buta dari dunia, Akhirat, dan apa saja selain al-Mawla.

Semakin dekat seorang hamba pada Tuhannya, maka akan semakin bertambahlah bahaya cobaannya, dan akan semakin menguat pula ketakutannya. Karena itulah (ada aforisma mengatakan), “Orang yg paling membahayakan di samping raja adalah perdana menterinya, sebab ialah yg paling dekat dengannya.” Tidak ada seorang Mukmin pun yg sampai kepada-Nya kecuali dengan keikhlasan, maka ketika itulah Dia memberi bahaya cobaan yg besar bagi suatu kaum, dan ketakutan mereka tidak akan reda sampai mereka bertemu Tuhannya. Memang, barangsiapa yg mengenal Allah Ta’ala, maka akan bertambah kuatlah ketakutannya. Rasulullah Saw. bersabda:

“Aku adalah orang yg paling kenal dengan Allah (di antara kamu), namun aku juga adalah orang yg paling takut pada-Nya (di antara kamu).”

Allah Ta’ala menguji para wali-Nya dengan segala petaka dalam rangka menyucikan mereka. Maka mereka pun senantiasa gemetar di atas kaki² ketakutan akan perubahan dan pergantian. Mereka terus ketakutan meski berada dalam kondisi yg aman. Mereka terus dicekam kecemasan meski mereka telah di anugerahi ketenangan. Mereka beradu argumen dengan diri mereka sendiri atas setiap atom, biji sawi, isyarat, dan sekecil apa pun kelalaian. Ketika di tenangkan-Nya, mereka malah terbang. Ketika di kayakan-Nya mereka malah merasa fakir. Ketika di amankan-Nya, mereka malah ketakutan. Ketika diberi-Nya, mereka malah menolak. Ketika di tertawakan-Nya mereka malah menangis. Ketika di gembirakan mereka malah bersedih. Semua itu, karena mereka takut sekali akan perubahan² dan keburukan akibat. Mereka sadar bahwa Tuhan mereka Allah Ta’ala berfirman:

لَا يُسْـَٔلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْـَٔلُوْنَ

“Dia tidak ditanya tentang apa yg diperbuat-Nya, dan merekalah yg akan ditanya.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 23)

Hai orang yg lalai! Engkau telah menantang Allah Ta’ala dengan kemaksiatan dan pelanggaran, namun kemudian engkau merasa aman² saja dengan-Nya, maka sebentar lagi rasa amanmu akan berubah menjadi ketakutan, kelapanganmu menjadi kesempitan, kesehatanmu menyadi derita kesakitan, kemuliaanmu menjadi kehinaan, ketinggianmu menjadi kenistaan, dan kekayaanmu menjadi kefakiran. Ketahuilah bahwa tingkat keamananmu dari siksa Allah Ta’ala di Hari Kiamat tergantung pada kadar ketakutanmu pada-Nya selama di dunia, dan ketakutanmu di Akhirat tergantung pada kadar perasaan amanmu di dunia. Akan tetapi kalian malah asyik menyelam di dasar lautan duniawi dan bersantai di dasar sumur kelalaian. Maka tidak diragukan, jika kehidupan kalian seperti kehidupan binatang yg hanya mengenal kamus makan, minum, kawin, dan tidur. Ahwal kalian ini tampak jelas di hadapan para pemilik hati.

Ambisi meraih dunia dan mengumpulkannya, serta mengeruk rezeki telah menghalangi kalian dari jalan Allah Ta’ala dan pintu-Nya. Hai orang yg telah terbuka kedok ambisinya! Jikalau engkau dan seluruh penghuni bumi bersatu padu untuk mendapatkan sesuatu yg tidak dibagi (oleh takdir-Nya) untukmu, maka engkau tidak akan pernah mampu. Tinggalkan ambisi untuk mencari sesuatu yg ditentukan bagiannya untukmu, apalagi yg bukan bagianmu. Bagaimana seorang yg berakal menganggap baik untuk menghambur-hamburkan waktunya dalam hal yg sia² belaka. Keluarkanlah manusia dari dalam hatimu dan jangan memandang mereka berperan dalam mudharat dan manfaat, pemberian dan penolakan, pujian dan cacian, penghormatan dan penghinaan, juga dalam penerimaan dan pengingkaran. Yakinlah bahwa mudharat dan manfaat hanya berasal dari Allah Ta’ala. Kebaikan dan keburukan juga berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, untuk kemudian dicurahkan-Nya ke tangan manusia.

Jika hal ini bisa engkau realisasikan, maka engkau telah menjadi duta penghubung antara makhluk dan Sang Pencipta. Gandenglah tangan mereka menuju pintu-Nya. Lihat mereka sebagai orang² hilang yg membutuhkan dirimu. Pandang orang² yg bermaksiat pada Tuhan mereka Allah Ta’ala dengan pandangan kegilaan dan kebodohan, lalu obati dan sembuhkan mereka, serta bersabarlah menghadapi kesadisan dan kebodohan mereka. Orang² yg taat pada Tuhan mereka adalah orang² ‘alim yg berakal, dan yg bermaksiat pada Tuhan mereka adalah orang² yg gila dan bodoh. Ahli maksiat tidak mengenal Allah Ta’ala, sehingga mereka pun lalu mendurhakai-Nya, mengikuti dan menuruti setan. Jikalau ia tidak bodoh, pastilah ia tidak akan bermaksiat. Jikalau ia telah mengenali nafsu dirinya dan mengetahui bahwa nafsu hanya mengajaknya pada keburukan, pastilah ia tidak akan menurutinya.

Sudah berapa banyak kuperingatkan padamu untuk berhati-hati dengan iblis dan para pembantunya, tetapi engkau terus saja menemani dan menyambutnya. Para pembantu iblis adalah nafsu, dunia, hawa kesenangan, tabiat, dan hal² yg buruk. Hati-hatilah dengan mereka semua, karena mereka adalah musuh²mu dan engkau tidak memiliki kekasih yg patut dicintai selain Allah Ta’ala, sebab Dia menginginkanmu demi kemaslahatanmu, sementara selain-Nya menginginkanmu demi kepentingan mereka.

Ketika engkau telah menghilangkan nafsu dalam khalwatmu dan mencari-Nya bersama para thalibin, maka khalwatmu telah menjelma menjadi keintiman dengan Allah Ta’ala. Jika engkau tinggalkan nafsumu bersama dunia, dan hatimu bersama Akhirat, serta nuranimu bersama Allah Ta’ala, maka ketika itulah khalwatmu menjelma menjadi keintiman dengan-Nya. Adapun jika dalam khalwatmu, engkau tetap bersama nafsumu dan nafsu² yg lain, maka hal itu bukanlah khalwat. Khalwat bersama-Nya hanya terwujud dengan kesendirian tanpa selain-Nya, dan kesendirian demikian baru bisa terwujud setelah engkau membenci selain-Nya.

Kapan engkau memurnikan dirimu, hingga bisa kau lihat kemurnian beserta pemiliknya? Kapan engkau bersikap tulus, hingga bisa kau lihat ketulusan beserta pemiliknya? Kapan engkau ikhlas, hingga bisa kau lihat pintu Allah Ta’ala beserta pemiliknya? Jika hal ini telah kau wujudkan secara sungguh², maka engkau akan bisa melihat orang² yg dekat dengan Allah Ta’ala. Jika engkau melihat pintu (istana) raja, pasti engkau akan melihat pengawal²nya berdiri tegak di sana. Jika pintu raja saja belum pernah kau masuki dan kau lihat sekilas, bagaimana mungkin engkau akan melihat pangeran²nya. Jangan bicara sebelum engkau melihat pintu, dan ketika itulah engkau akan melihat para pangeran. Jangan banyak bicara sebelum engkau melihat Allah, dan ketika itulah engkau akan melihat ketulusan (kejujuran). Engkau akan melihat di sana, ketulusan membawa, mengajukan, dan menyadarkanmu, sementara kebohongan malah menolak dan menidurkanmu.

Bersandinglah dengan orang² yg tulus, sehingga engkau akan diperlakukan sebagaimana mereka diperlakukan. Tuluslah dalam segala ucapan dan tindakan, serta bersabarlah dalam segala kondisimu. Ketulusan adalah tauhid, keikhlasan, dan tawakkal pada Allah Ta’ala. Hakikat tawakkal adalah memutuskan (hubungan dengan) sarana² dan pemilik² (arbab), serta keluar dari daya dan kekuatanmu dengan segenap hati dan nuranimu.

Jika engkau menginginkan ketersambungan komunikasi (ittishal) dengan-Nya, maka putuslah semua yg menghubungkan selain-Nya serta berpalinglah dari dirimu sendiri dan mereka. Berpalinglah dari yg baru (muhdats) untuk sampai pada Yang Memperbarui. Selama engkau masih bersama dirimu dan mereka, maka engkau tidak akan pernah meraih bahagia. Kedekatan Allah Ta’ala tidak mencakup kesesakan (selain-Nya).

Dari setiap satu juta jumlah kalian hingga tak terhingga, ada satu orang yg mencerna apa yg kukatakan dan mengamalkannya. Sementara sisanya masuk terjebak dalam kesesakan orang, meminta berkah kehadiran mereka bersamanya. Sungguh, aku mengharapkan kebaikan kalian di dunia dan Akhirat.

Dunia adalah penjara orang Mukmin, namun ketika ia melupakan penjaranya, maka kelegaan pun datang menghiburnya. Orang² Mukmin dalam penjara, namun orang² yg ‘arif senantiasa dalam kesyukuran, sehingga mereka lupa akan penjara. Allah telah meminumi mereka dengan minuman kerinduan pada-Nya, minuman keintiman dengan-Nya, minuman pencarian-Nya, minuman kelalaian dari makhluk dan kesadaran akan-Nya. Dia meminumi mereka dengan minuman² ini, sehingga mereka melalaikan makhluk, namun tetap memiliki kesadaran dengan dan bersama-Nya. Mereka menjauhi tempat² tinggal dan orang² yg terpenjara.

Allah memberikan Neraka dan Surga mereka lebih awal di dunia. Menentang ketentuan takdir adalah Neraka mereka, sedang ridha menerima qadha adalah Surga mereka. Kelalaian adalah Neraka mereka, dan kesadaran adalah Surga mereka. Bagi kalangan awam, Kiamat adalah pertanggungjawaban amal (muhasabah), sementara bagi kalangan khawwas, ia adalah teguran (mu’atabah). Bagaimana tidak demikian, jika jauh² sebelum Hari Kiamat tiba, mereka telah membangun kiamat bagi diri mereka sendiri. Mereka sudah menangis terlebih dahulu di dunia sebelum dihukum, maka tangisan ini pun berguna bagi mereka saat datangnya hukuman yg sebenarnya. Alkisah, Sufyan ast-Tsauri rahimahullah pernah dilihat dalam mimpi. Ia ditanya, “Apa yg telah Allah perbuat padamu?” Ia menjawab, “Dia menghentikanku di hadapan-Nya lalu berkata kepadaku, ‘Hai Sufyan, tidakkah engkau tahu bahwa Aku ini Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Engkau menangis selaksa tangis hanya lantaran ketakutan pada-Ku, tidakkah kau malu kepada-Ku?'”

Jauhilah tabiat, hawa kesenangan, dan setanmu, serta jangan mempercayai mereka. Jika hal ini sudah mantap, maka tabuhlah genderang permusuhan antara dirimu dan kolega² keburukan, serta jangan sekali-kali bersahabat lagi dengan mereka sebelum mereka menyetujui hal -mu (tanpa interupsi). Taubat adalah pusat perubahan. Barangsiapa yg bertaubat, namun masih belum mengubah perilakunya yg dahulu, maka ia telah berdusta dalam klaim pertaubatannya. Jika engkau mau berubah, maka Dia akan berkenan mengubahmu. Allah Ta’ala berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

“Baginya (manusia) ada malaikat² yg selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yg dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

Janganlah engkau menzalimi seorang pun di dunia, sebab di Akhirat kelak engkau akan disiksa karenanya. Bersikaplah adil di dunia, hingga Dia tidak akan membelokkanmu dari jalan Surga. Ketika para pezalim mengabaikan keadilan, maka Allah pun akan membelokkan mereka dari jalan rumah para penegak keadilan.

Tinggalkanlah segala sesuatu pada tempatnya, niscaya engkau akan memiliki tempat di sisi Allah Ta’ala. Pada akhir zaman ini, aku melihat kalian telah berubah, dan aku sungguh khawatir dengan perubahan dan pergeseran ini. Perubahan sesuatu memang pasti terjadi, akan tetapi harus dengan halal.

Wahai makhluk Allah! Aku senantiasa memohon kesejahteraan dan kemanfaatan kalian semua. Aku berharap pintu Neraka ditutup, bahkan ditiadakan sama sekali, hingga tak ada seorang pun makhluk Allah yg masuk ke sana. (Sebaliknya) pintu Surga dibuka lebar² dan tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yg dicegah masuk ke sana. Aku berharap demikian, karena pengetahuanku akan rahmat Allah dan belas kasih-Nya pada makhluk-Nya. Dudukku (di majelis) adalah demi kebaikan hati kalian dan untuk mendidiknya bukan untuk mengubah perkataan dan menatanya. Karena itu janganlah kalian lari karena ketegasan bicaraku, sebab aku dididik tegas dalam menjalani agama Allah Ta’ala. Bicaraku kasar dan makananku juga kasar. Siapa yg lari dariku dan dari orang² semisalku, maka ia tidak akan bahagia.

Jika engkau berperilaku buruk dalam hal² yg mengacu pada agama, maka aku tidak akan meninggalkanmu dan tidak akan berkata, “Lakukanlah itu!” Aku tidak peduli apakah engkau mau hadir di majelisku atau tidak. Aku tidak meminta arahan kecuali kepada Allah Ta’ala, dan dari-Nya, bukan dan kalian. Aku tidak peduli dengan jumlah dan hitungan kalian. Apa yg ada padaku tidak bisa diubah dengan lisan, melainkan dengan hati (jinan). Tidak ada kamus kanan, kiri, atau belakang, melainkan hanya depan searah dada, bukan membelakangi punggung, mengikuti para Nabi, Rasul, dan generasi salaf pertama. Aku senantiasa berkiblat pada mereka dalam pelarian secara total menuju rumah kedekatan-Nya. Bertaubatlah kalian dari dosa dan perilaku buruk kalian. Bertaubat ibarat bercocok tanam di ladang hati kalian dan membangun sebuah struktur bangunan. Robohkan bangunan setan dan dirikan bangunan Yang Maha Pengasih. Gapailah Tuhan dan al-Mawla Junjungan kalian.

Aku berdiri bersama isi, bukan kulit, dan lahir adalah kulit. Aku tidak akan pernah letih untuk mendidiknya. Aku hanya mendidik substansi isi kalian, dan menyingkirkan kulit luar kalian, serta akan terus mendidik kalian hingga Nabi kalian bangga melihat kalian.

Wahai para pemuda! Jangan menemaniku hanya karena dunia dan temanilah aku demi Akhirat semata. Jika memang pertemanan kalian denganku benar² karena Akhirat, maka dunia akan datang dengan sendirinya, mengikuti dan mengiringinya. Lalu ambillah (duniawi) seperlunya, sekadar zuhud di dalamnya, niscaya kujamin kalian tidak akan dihisab atas hal ini. Prioritaskan Akhirat atas dunia, batin atas lahir, kebenaran atas kebathilan, serta yg kekal atas yg fana.

Tinggalkan, lalu ambillah! Tinggalkanlah mengambil (dunia) dengan tangan tabiat dan hawa nafsu, serta ambillah dengan tangan hati dan nurani. Tinggalkan mengambil (bagian duniawi) dari tangan manusia, dan ambillah dari tangan Sang Pencipta. Taatilah Rasul dan terimalah apa yg dibawanya, baik perintah maupun larangan. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ

“Apa yg diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yg dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)

Jadilah layaknya binatang buas dalam menjalankan perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, layaknya orang sakit dalam meninggalkan larangan keduanya, layaknya mayat dalam menjalani qadha dan takdir. Meski demikian, tetaplah bergaul dengan manusia dengan kesantunan budi. Janganlah kalian minta dari Allah sesuatu yg tidak ditentukan dalam Ilmu-Nya. Turutilah Dia dalam menjalani hukum dan ketentuan-Nya atas kalian dan selain kalian. Rasulullah Saw. bersabda:

“Selesai menciptakan qalam (pena), Allah Ta’ala berkata kepadanya, ‘Tulislah!’ Ia bertanya, ‘Apa yg harus aku tulis?’ Dia lalu menitahkan, ‘Tulis hukumku pada makhluk-Ku hingga Hari Kiamat!'”

Hai orang² yg mati hatinya namun hidup nafsunya, hati kalian telah mati. Meratapi musibah kematiannya lebih utama daripada meratapi musibah selain kalian. Kematian hati adalah lalai dari Allah Ta’ala dan dari dzikir mengingat-Nya. Barangsiapa di antara kalian yg ingin menghidupkan hatinya, maka tinggalkan dalam hatimu, dzikir ingatan akan Allah Ta’ala dan keintiman dengan-Nya, memandang kekuasaan dan kebesaran-Nya, serta perbuatan-Nya pada makhluk-Nya.

Wahai pemuda! Dzikirlah mengingat Allah Ta’ala! Pertama, dengan hatimu, baru kemudian dengan fisikmu. Dzikirlah mengingat-Nya 1000 kali dalam hatimu dan satu kali dalam lisanmu. Ingatlah Allah, yaitu dengan bersabar saat datang petaka, dengan berzuhud meninggalkan saat datang dunia, dengan penerimaan saat datang Akhirat, dengan tauhid pengesaan saat datang Allah Ta’ala, dan dengan berpaling secara total, saat datang selain Allah Ta’ala.

Jika kau berikan keleluasaan dan perhatian pada nafsumu, maka ia akan rakus dan membinasakanmu. Kekanglah ia dengan kekang wara’ dan tinggalkan olehmu desas-desus. Mengingat kematian akan menyucikan hatimu, menjadikanmu membenci dunia dan manusia, serta akan menyingkap tirai penutup hatimu, hingga engkau bisa melihat hakikat manusia yg bersifat fana, mati, binasa, lemah, dan tidak memiliki kuasa menolak mudharat dan memberi manfaat.

[]

50. Mengosongkan Diri dari Problematika Dunia

Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.

Majelis ke-50:

“Mengosongkan Diri dari Problematika Dunia”

Pengajian Jum’at pagi, 18 Sya‘ban 545 H, di Madrasah.

Sibukkanlah dirimu dengan perbaikan diri sendiri dan keshalehanmu. Jauhi dan jangan kau urusi desas-desus serta kegilaan dunia. Kosongkanlah diri dari hiruk pikuk problematika dunia semampumu. Rasulullah Saw. bersabda:

“Kosongkanlah dirimu dari beban pikiran dunia semampumu.”

Hai orang yg bodoh tak tahu dunia! Jikalau saja kau tahu, pastilah engkau tidak akan mencari-carinya. Jika datang kepadamu, maka dunia tetap melelahkan, dan jika pergi, ia membuatmu menyesal. Jika kalian mengenal Allah Ta’ala, niscaya kalian akan mengetahui selain-Nya dengan media-Nya, akan tetapi engkau bodoh dengan-Nya, juga dengan para Rasul, Nabi, dan para Wali-Nya.

Celakalah! Tidakkah engkau mengambil pelajaran dari apa yg telah berlaku pada generasi² terdahulu dengan dunia ini. Carilah jalan selamat darinya. Tanggalkan bajunya dan larilah menjauhinya. Artinya, tanggalkan baju nafsu dan berjalanlah menuju pintu Allah Ta’ala. Jika engkau telah melepaskan nafsumu, maka engkau telah lepas dari selain Allah Ta’ala, dan jika segala selain-Nya mengikuti nafsu, maka kesampingkan nafsumu, niscaya engkau akan melihat Tuhanmu Allah Ta’ala. Serahkan diri pada-Nya, niscaya engkau akan selamat. Berjuanglah demi-Nya, niscaya engkau akan mendapatkan petunjuk. Bersyukurlah pada-Nya, niscaya Dia akan menambah rezekimu. Serahkanlah diri dan manusia pada-Nya. Jangan membantah ketentuan-Nya atas dirimu dan orang lain.

Kaum shaleh tidak memiliki kehendak dan ikhtiar apa² ketika telah bersama Allah Ta’ala. Mereka tidak berambisi dan bersemangat mencari bagian² (duniawi) mereka, juga tidak memperhatikan bagian orang lain. Karena itu, jika engkau ingin bersanding dengan kaum shaleh, di dunia dan Akhirat, maka turutilah Allah dalam segala perkataan, perbuatan, dan kehendak-Nya, tetapi aku lihat kalian malah berlaku sebaliknya. Kalian menjadikan penentangan dan penolakan sebagai perilakumu siang dan malam, Ketika Dia berkata, “Kerjakan!” maka engkau tidak mengerjakan, seolah Dialah yg hamba dan engkau Tuhan yg disembah. Subhanallah! Betapa sabar Dia. Jikalau tidak, pastilah kulihat engkau dalam keadaan yg sebaliknya.

Jika engkau menginginkan kebahagiaan, maka engkau harus tenang di hadapan-Nya. Tenang lahir dan batin. Kekurang-ajaranmu hanya berlaku padaku, dan aku menganggapnya sebagai keringanan/dispensasi (rukhshah). Laksanakan perintah, jauhi larangan, turutilah takdir-Nya (tanpa bertanya dan membantah), dan tenangkan lahir dan batimu tanpa bicara di hadapan-Nya, niscaya engkau akan mendapatkan kebaikan dunia maupun Akhirat. Jangan meminta sesuatu pun dari manusia sebab mereka itu lemah, fakir, tidak memiliki kuasa memberi manfaat dan menolak mudharat atas diri mereka, apalagi orang lain.

Bersabarlah bersama Allah Ta’ala. Jangan tergesa-gesa dan terlalu kikir meminta-Nya. Jangan menuduh-Nya dalam ihwal ketentuan-Nya, sebab Dia lebih menyayangi diri kalian daripada kalian sendiri. Karena itu ada seorang shaleh yg berkata, “Apa lagi yg harus ku angankan?” Kalian tinggal menurut pada-Nya saja (tanpa membantah), sebab Dia lebih tahu daripada kalian atas diri kalian. Tidak setiap kemaslahatan ditampakkan Allah padamu. Allah Ta’ala berfirman:

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)

وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Dan Allah menciptakan apa yg tidak kamu ketahui.” (QS. An-Nahl [16]: 8)

وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

“Sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” (QS. Al-Isra’ [17]: 85)

Barangsiapa yg ingin menempuh jalan al-Haqq ‘Azza wa Jalla, maka ia harus mendidik nafsu dirinya terlebih dahulu sebelum menempuhnya. Nafsu berkarakter buruk dan kurang ajar. Nafsu selalu mendorong pada keburukan. Apa yg bisa kau lakukan di hadapan Allah Ta’ala dalam keadaan begitu? Karena itu, lawanlah hingga ia menjadi tenang. Baru jika ia sudah tenang, maka bawalah ia bersamamu menuju pintu-Nya. Jangan menurutinya kecuali setelah ia menjalani riyadhah dan pendidikan, berbudi baik dan tenang menerima janji Allah Ta’ala dan ancaman-Nya.

Nafsu itu buta, bisu, tuli, bebal, bodoh, dan tidak mengetahui Tuhannya, bahkan memusuhi-Nya. Dengan kontinuitas (terus menerus) mujahadah, maka kedua matanya menjadi terbuka, mulutnya bisa berbicara, telinganya bisa mendengar, kebebalan dan kebodohannya hilang, juga permusuhannya pada Tuhannya Allah Ta’ala. Proses ini membutuhkan tali ikatan, Guru, dan kelanggengan, jam demi jam, hari demi hari, dan tahun demi tahun. Semua ini tidak akan terwujud hanya dengan mujahadah sejam, sehari, atau sebulan saja. Cambuklah nafsu dengan cambuk lapar, cegahlah ia dari bagiannya dan tempatkan ia dalam memenuhi hak²nya. Seretlah ia dan jangan takut akan pedang dan pisaunya. Pedangnya hanya sebentuk kayu, bukan besi baja. Ia hanya bicara tanpa berbuat. Dusta tanpa ketulusan. Janji tanpa pernah ditepati. Ia tidak memiliki cinta kasih, dan terus berjalan tanpa memiliki kampung halaman. Iblislah yg menjadi panglimanya. Iblis tidak mempunyai kekuatan apa² melawan orang² beriman yg benar² tulus memusuhi dan melawannya, apalagi hanya nafsu. Jangan pikir bahwa Iblis telah masuk Surga dan mengeluarkan Adam as. dari sana dengan kekuatannya, akan tetapi Allah Ta’ala lah yg memberinya kekuatan untuk melakukan hal tersebut dan hanya menjadikannya sebagai perantara dan sarana semata, bukan sumber.

Hai orang yg sedikit akalnya! Janganlah berlari menjauh dari pintu Allah Ta’ala hanya karena bencana yg ditimpakan-Nya padamu, sebab Dia lebih mengetahui perihal kemaslahatanmu daripada dirimu sendiri. Dia tidak memberimu bala cobaan, kecuali demi suatu faedah dan hikmah. Karena itu, jika Dia mengujimu lagi dengan petaka, maka bersikap tegarlah! Kembalikan hal itu pada dosa²mu dan perbanyaklah istighfar memohon ampunan dan taubat. Mohonlah kesabaran dan ketegaran pada-Nya dalam menghadapi petaka. Berdirilah di hadapan-Nya dan berpeganglah pada rahmat-Nya. Mohonlah penyingkapan-Nya atas cobaan tersebut beserta penjelasan sisi kemaslahatan di dalamnya.

Jika engkau menginginkan kebahagiaan, maka dampingilah seorang Syaikh yg ‘alim (pakar) dalam hukum Allah Ta’ala dan ilmu-Nya. Ia akan mengajar dan mendidikmu, serta mengenalkan jalan menuju Allah Ta’ala padamu. Seorang murid (pencari Allah) memerlukan komandan dan pemandu, sebab ia menempuh perjalanan di tengah padang sahara yg dipenuhi kalajengking, ular, petaka, kehausan, dan binatang buas yg mematikan. Seorang Syaikh berfungsi mengingatkannya dari petaka² ini serta menunjukkannya lokasi air dan pohon² yg sedang berbuah. Jikalau ia hanya sendirian tanpa pemandu, tentunya ia akan hilang di hamparan tanah luas tak bertuan yg penuh binatang buas, kalajengking, ular, dan petaka.

Hai musafir yg menempuh jalan dunia! Jangan memisahkan diri dari kafilah, pemandu, dan kawan²mu. Jika tidak, maka engkau akan kehilangan harta, dan nyawamu. Engkau, hai musafir di jalan Akhirat! Senantiasalah bersama pemandu, hingga ia mengantarkanmu ke sebuah tempat tinggal. Layanilah ia selama dalam perjalanan, santuni dengan kesopanan, dan jangan sekali-kali melanggar pendapatnya.

Dia mengajarimu dan mendekatkanmu pada-Nya. Kemudian ia akan melepaskanmu di jalanan demi menguji kecerdasan, ketulusan, dan ketajaman pandanganmu. Maka setelah itu, engkau akan diangkat sebagai raja dan sultan disana. Ia menjadikanmu khalifah dalam kendaraan²Nya, dan engkau harus menjalani hal ini sampai kelak ia membawamu menghadap Nabimu, Rasulullah Saw., lalu menyerahkanmu padanya. Selanjutnya, ia mendekatkan jiwamu dan mewakilkanmu pada hati, ahwal, dan esensi. Engkau menjadi duta antara Allah dan manusia, serta pemuda asisten Rasulullah Saw. yg bolak-balik mendatangi manusia dan Sang Pencipta (untuk menyampaikan aspirasi masing²). Status ini tidak datang sendiri dengan takhalli dan tamanni (angan belaka), akan tetapi dengan sesuatu yg mengakar kuat di dada yg kemudian di realisasikan dengan amal.

Kaum (shaleh) adalah kaum yg berbeda di kalangan manusia. Dari setiap satu juta jiwa hingga tak terhingga, hanya ada satu orang yg sudi mendengarkan Kalam Allah Ta’ala dengan segenap hati dan esensi batiniah mereka, kemudian mewujudkannya dalam amal fisik. Hai orang² yg bodoh, bertaubatlah pada Allah Ta’ala, kembalilah ke jalan kaum shiddiqin dan ikutilah jejak mereka, baik perkataan maupun perbuatan mereka. Janganlah kalian mengikuti niat² jalan kaum munafik yg hanya mencari dunia, mengingkari Akhirat, dan meninggalkan jalan Allah Ta’ala yg ditempuh oleh generasi² sebelumnya. Mereka membelok ke kanan, kiri, dan mundur ke belakang mencari jalan para pemalas serta tidak menyusuri rute jalan yg benar, yg merupakan jalan menuju Allah Ta’ala.

Wahai pemuda! Orang² yg engkau gauli di dunia ini hanya seumur dunia, dan kelak (di Akhirat) engkau tidak akan melihat dan menjumpai mereka lagi. Jalinan pergaulan itu telah terputus di antara kalian. Bagaimana tidak terputus, jika pergaulan itu engkau jalin dengan kolega² buruk yg kau gauli dalam kerangka selain Allah Ta’ala? Jika memang engkau harus berinteraksi dengan makhluk, maka jalinlah pergaulan dengan orang² yg wara’ dan zuhud, ‘arif, ahli dalam beramal, serta pencari dan yg dicari Allah Ta’ala. Bergaullah dengan orang yg menjauhkanmu dari manusia dan mendekatkanmu pada kedekatan Allah Ta’ala, menjauhkanmu dari kesesatan dan membimbingmu di jalan (Allah), yg menutup kedua matamu dari dunia untuk kemudian membukakannya pada Akhirat, menyingkirkan periuk² dunia di hadapanmu, untuk kemudian menggantinya dengan periuk² Akhirat, menghilangkan ketersembunyian darimu dan menggantinya dengan kebebasan, menegakkanmu di antara ular², kalajengking, dan binatang buas, lalu mendudukkanmu dalam keamanan, kenyamanan, dan kebaikan. Jalinlah pergaulan dengan orang² yg berspesifikasi demikian. Sabarlah dengan ucapan mereka, dan terimalah perintah serta larangannya, niscaya engkau akan segera melihat kebaikan, meskipun untuk keberanian itu dibutuhkan kesabaran sesaat bagimu.

Tidak akan ada sesuatu yg datang padamu dengan sendirinya tanpa di iringi kerja keras. Belilah ruzkariyyah dan zanbil (keranjang yg terbuat dari daun kurma), lalu duduklah di pintu amal. Jika memang Dia menakdirkan engkau bekerja, maka engkau akan bekerja, namun, meski demikian berikanlah hak bagi sarana (sabab), baru kemudian tawakkal dan duduklah di pintu amal. Jika mereka mengambil ruzkariyyah dan tidak mengambilmu serta, tetap jangan bergeming dari tempatmu sampai engkau merasa berputus asa dengan seseorang yg memanggilmu untuk bekerja padanya. Ketika itulah lemparkanlah dirimu di lautan tawakkal. Dengan demikian engkau telah menggabungkan antara sarana dan Pemberi sarana.

Bersikap santunlah di hadapan Gurumu. Usahakanlah kebisuanmu lebih banyak daripada bicaramu, sebab hal itu merupakan sarana untuk mengajarimu dan mendekatkanmu ke hatinya. Kesantunan budi membuatmu dekat, sementara kekurang-ajaran membuatmu jauh. Akan tetapi, bagaimana mungkin engkau bisa bersikap penuh santun jika engkau tidak mau bergaul dengan orang² yg santun? Juga bagaimana engkau belajar jika engkau tidak suka dengan Gurumu, dan berprasangka buruk padanya?

[]

51. Jangan Bersandar pada Dunia

Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.

Majelis ke-51:

“Jangan Bersandar pada Dunia”

Pengajian Ahad, 20 Sya‘ban 545 H, tanpa keterangan tempat.

Dunia seluruhnya adalah hikmah dan amal Akhirat seluruhnya adalah qudrah. Yg pertama berlandaskan kebijaksanaan, sementara yg kedua berpatokan pada kekuasaan (kekuatan). Meski demikian, jangan abaikan kerja di rumah hikmah, dan jangan lemahkan kekuatan di rumah qudrah. Beramallah di rumah hikmah dengan hikmah kebijaksanaan-Nya dan jangan bersandar pada qudrah kekuasaan-Nya. Janganlah kau jadikan takdir sebagai dalih, sehingga engkau berargumentasi dengannya dan mengabaikan amalmu. Berdalih karena takdir merupakan argumentasi para pemalas. Dalih karena takdir hanya bisa digunakan untuk selain wacana perintah dan larangan.

Seorang Mukmin tidak tinggal di dunia ini dan tidak pula nyaman dengan segala isinya. la hanya mengambil bagian dunianya untuk kemudian melangkah menuju Allah Ta’ala dengan segenap hatinya. Ia terus berdiri di sana hingga gemilang dunia disingkirkan dari dirinya, hati di izinkan untuk masuk ke sana dengan kunci rahasia-Nya yg mengeluarkan nurani ke hati, lalu menuju nafsu yg tenang dan anggota badan yg patuh. Dalam proses demikian, Dia mencukupkan (kebutuhan) keluarganya, dan memisahkan antara ia dan mereka.

Dia memberikan perlindungan kepadanya dari kejahatan² tangan manusia, juga menundukkan mereka padanya, namun dengan tetap memisahkan jarak antara hatinya dan hati mereka, sehingga yg ada hanyalah ia dan Allah Ta’ala, seolah-olah manusia tidak tercipta baginya dan tidak ada yg dicipta untuk Tuhannya selain dirinya. Terbentuklah hubungan, Allah Ta’ala sebagai Subyek (Fa’il) dan ia menjadi obyek (maf’ul fih). Dia sebagai yg dicarinya dan ia sebagai pencari-Nya, Dia sebagai pusat dan ia sebagai sub-ordinat. Ia tidak mengenal selain-Nya, juga tidak melihat selain-Nya, karena Dia telah menghilangkannya dari manusia:

ثُمَّ اِذَا شَاۤءَ اَنْشَرَهٗ

“Kemudian jika Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.” (QS. ‘Abasa [80]: 22)

Dia akan mewujudkannya kembali di tengah² manusia demi kemaslahatan dan petunjuk bagi mereka. Ia pun bersabar atas kejahilan tangan mereka demi meraih ridha Allah Ta’ala.

Kaum (shaleh) adalah para pengawal hati dan nurani. Mereka berdiri tegak hanya bersama Allah Ta’ala dan beramal hanya untuk-Nya. Hai orang munafik! Engkau tidak memiliki basis informasi sedikit pun perihal kaum ini, juga tidak memiliki informasi apa² tentang iman dan keintiman dengan Allah Ta’ala. Sebentar lagi, engkau akan mati dan merutuk sesal telah berpuas dengan kefasihan lisan, namun berhati gagu, sebab ternyata hal ini tidak berguna sedikit pun bagimu. Kefasihan adalah untuk hati, bukan lisan. Hai orang yg mati hatinya dan jauh dari kaum (shaleh), hai orang yg mau mengatur diri sendiri (menolak pengaturan Allah), hai orang yg terhalang oleh hijab diri dan manusia dari Allah Ta’ala. Menangislah seribu kali untuk dirimu dan satu kali saja untuk orang lain!

Tuhanku! Jika aku bisu, maka buatlah aku bicara. Lalu berikanlah manfaat pada manusia dengan bicaraku, sempurnakan keshalehan mereka di tanganku. Jika tidak, maka kembalikan saja aku menjadi bisu lagi.

Wahai manusia! Aku serukan pada kalian kematian merah (al-maut al-ahmar), yaitu perlawanan menentang hawa nafsu, tabiat, setan, dan dunia, keluar dari (komunitas) manusia, serta meninggalkan segala selain Allah Ta’ala secara totalitas. Berusahalah meraih ahwal ini dan jangan pernah berputus asa sebab Allah Ta’ala berfirman:

يَسْـَٔلُهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنٍۚ

“Apa yg di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar-Rahman [55]: 29)

Mintalah pada-Nya menurut kadar qudrah-Nya. Artinya, mintalah pada-Nya dari perspektif qudrah, jangan dari perspektif hikmah. Mintalah pada-Nya dari perspektif ilmu-Nya, jangan dari perspektif ilmu kalian. Mintalah pada-Nya dengan hati dan nurani kalian, jangan sekadar gerakan lisan. Mintalah pada-Nya dari balik kegigihan ilmu dan qudrah kemampuan kalian. Berdirilah di hadapan-Nya di atas kaki² kelemahan dari segala sesuatu. Jangan mengajukan kepentingan dalam berhubungan dengan-Nya, jangan menawar takdir-Nya, dan jangan minta syarat ketergantungan pada-Nya. Jangan menolak pengaturan-Nya dengan pengaturan kalian sendiri.

Barangsiapa yg tidak mengamalkan ilmunya adalah orang bodoh, meskipun ia memiliki kekuatan hafalan dan pengamalan makna²nya. Belajar tanpa di amalkan akan menyeretmu pada makhluk, dan pengamalan belajarmu akan membimbingmu pada Allah Ta’ala dan membuatmu zuhud terhadap duniawi, memperlihatkan padamu batin dirimu, menyibukkanmu dan menghias lahir dan mengilhamimu untuk menghias batin. Jika demikian halnya, maka Allah Ta’ala akan melindungimu, sebab engkau telah layak menjadi milik-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ وَلِيِّ َۧ اللّٰهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتٰبَۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصّٰلِحِيْنَ

“Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yg telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an). Dia melindungi orang² yg shaleh.” (QS. Al-A’raf [7]: 196)

Dia melindungi lahir dan batin mereka, mendidik lahir mereka dengan tangan hikmah-Nya dan mendidik batin mereka dengan tangan ilmu-Nya. Mereka pun menjadi tidak takut pada selain-Nya, juga tidak mengharap pada selain-Nya. Mereka tidak mengambil (duniawi) kecuali dari-Nya dan tidak memberi selain dalam kerangka-Nya. Mereka tidak mengakrabi selain-Nya dan sebaliknya merasa intim dan tenang bersama-Nya.

Dewasa ini, telah banyak terjadi perubahan dan perombakan. Ini adalah zaman kelesuan, dan kemunafikan. Hai orang munafik! Engkau adalah budak dunia dan makhluk. Engkau berbuat agar dilihat oleh mereka serta beramal demi mereka sambil melupakan pandangan Allah Ta’ala atas dirimu. Engkau tampil seolah beramal demi Akhirat, padahal seluruh amal dan orientasimu hanya semata demi dunia. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ketika seorang hamba berhias dengan amal Akhirat padahal ia tidak menginginkannya, juga tidak mencarinya, maka ia dilaknat di langit, lengkap dengan nama sekaligus nasabnya.”

Aku sudah tahu kalian, hai orang² yg munafik di jalan hukum dan ilmu, tetapi aku akan menutup-tutupi aib kalian ini dengan satir Allah Ta’ala.

Celaka kau! Tidakkah kau malu dengan anggota badanmu (yg kelak di Hari Kiamat akan angkat bicara membongkar rahasiamu), Engkau tidak suci dari kemaksiatan dan najis² yg nyata, namun engkau mengklaim kesucian batin. Hatimu saja tidak suci, apalagi nuranimu. Engkau tidak berlaku santun dengan makhluk, maka bagaimana mungkin engkau mengklaim kesopanan bersama Sang Pencipta. Engkau tidak suka dengan Guru, juga tidak santun dan menerima instruksi²nya, tetapi engkau ingin menonjolkan diri dan duduk di deretan depan.

Jangan bicara hingga tauhidmu berdiri tegak di atas kakinya dan kokoh di hadapan Allah Ta’ala, lalu engkau keluar dari kepompong wujud (kemanusiaan)mu dan duduk di batu kelembutan di bawah sayap keintiman dengan-Nya. Demikian pula jika engkau sudah menemukan cinta keikhlasan dan engkau minum air penyaksian (musyahadah), dan tetap mengembannya sampai engkau menjadi ayam jago. Jika sudah demikian hal -mu, maka engkau akan menjadi penjaga ayam² betina, berempati pada mereka, berkokok menyeru dan membangunkan manusia di malam dan siang hari, serta menyadarkan mereka untuk mentaati Allah Ta’ala.

Hai bodoh! Tinggalkan buku tulis itu dari tanganmu dan kemarilah duduk di hadapanku. Ilmu itu diperoleh dari mulut orang, bukan dari buku, dari hal (tingkah laku), dan dari maqal (ucapan). Ilmu diambil dari orang² yg lebur binasa (al-fanin) dari diri mereka sendiri dan makhluk, kekal abadi bersama Allah Ta’ala. Lingkaran ilmu mengharuskan kebinasaanmu dari dirimu sendiri dan dari mereka, kemudian wujud keberadaanmu bersama-Nya. Matilah dari selain-Nya, lalu hiduplah hanya dengan dan demi-Nya.

Sandingilah pelayan² Allah Ta’ala yg tidak pernah bergeming dari pintu-Nya dan senantiasa disibukkan dengan pelaksanaan perintah-Nya dan penjauhan larangan-Nya, serta kepatuhan tanpa membantah atas takdir-Nya. Mereka berputar bersama kehendak dan perbuatan-Nya atas diri mereka. Mereka tidak pernah membantah-Nya sedikit pun (atas ketentuan takdir-Nya) pada diri mereka, juga pada diri orang lain. Mereka tidak pernah menentang-Nya, dalam hal sekecil dan sebesar apa pun, juga dalam hal setinggi dan serendah apa pun. Jangan kau sibuk melayani dirimu sendiri dan lupa melayani Allah Ta’ala karena ambisi menggapai keinginan² nafsu.

Para wali Allah terbebani keharusan meminta dari manusia, meski sebenarnya para wali tersebut tidak membutuhkan mereka, akan tetapi Dia mengilhamkan mereka untuk melakukan hal tersebut sebagai bentuk kasih pada manusia. Jadi seorang wali tidak meminta dari mereka lantaran nafsunya, sebab nafsu mereka telah tenang dan sudah tidak memiliki keinginan dan syahwat apa² lagi pada dunia. Engkau pikir nafsunya seperti nafsu bodohmu yg menghentikanmu untuk melayaninya dan mengendalikanmu sesuai keinginan dan syahwatnya.

Jika engkau memiliki akal sehat, pastilah engkau akan lari dari melayani nafsu yg merupakan musuhmu dan (sebagai gantinya) engkau akan menyibukkan dirimu sepenuhnya untuk melayani Allah Ta’ala. Yg benar bagimu adalah diam tidak menanggapi nafsu dan membenturkan ucapannya ke tembok. Dengarkanlah ocehannya sebagaimana engkau dengarkan igauan orang gila yg telah hilang akalnya. Jangan kau pedulikan ucapan dan permintaannya akan syahwat kesenangan, kelezatan, dan kebathilan. Kebinasaanmu dan kebinasaannya adalah jika engkau menerima dan memenuhi permintaannya. Sementara kebaikanmu dan kebaikannya terletak pada penolakan atasnya.

Ketika nafsu taat dan tunduk pada Allah Ta’ala, maka Dia akan menganugerahkan rezekinya secara berlimpah dari segala penjuru, namun jika ia durhaka dan memberontak pada-Nya, maka Dia akan memutuskan sarana²nya dan memberi penderitaan atasnya. Ia pun akan binasa dan merugi besar, baik di dunia maupun Akhirat. Nafsu yg patuh dan qana‘ah pada pemiliknya akan dilayani. Ke mana pun menuju, ia akan menemukan bagian (rezeki)nya.

Termasuk ridha dengan-Nya adalah menunaikan kewajiban yg dibebankan atasnya dengan hati yg bersih tanpa perasaan terbebani, serta kosong dari segala selain Allah Ta’ala, juga dengan anggota badan yg tenang tanpa kelelahan lantaran mengeruk dunia dan surplus²nya. Hai orang yg dikaruniai kenikmatan-Nya! Bersyukurlah pada Sang Maha Pemberi nikmat. Jika tidak, maka apa yg kau miliki akan dirampas-Nya lagi dari tanganmu. Pangkaslah sayap² nikmat dengan syukur, jika tidak, maka ia akan terbang dari sisimu. Orang mati adalah orang yg mati dari Tuhannya, meskipun ia hidup di dunia. Apa manfaat hidup baginya, jika ia hanya menghamburkannya untuk memenuhi syahwat kesenangan, kelezatan, dan kebathilan. Ia telah mati secara substansi, bukan dalam bentuk atau rupa. Ya Allah, hidupkanlah kami bersama-Mu dan matikanlah kami dari selain-Mu.

Hai orang yg renta umurnya, namun kecil tabiatnya! Sampai kapan engkau mau berlari karena sifat kekanak-kanakan tabiatmu di belakang kekikiran dunia, sampai² engkau menjadikannya sebagai tumpuan citamu. Tidakkah kau tahu bahwa citamu merupakan hal yg terpenting bagimu dan engkau juga adalah budak orang yg memegang kendali dirimu di tangannya? Jika kendali hidupmu di tangan dunia, maka engkau adalah budak dunia. Pun jika kendali hidupmu berada di tangan Akhirat, maka engkau juga adalah budak Akhirat. Jika kendali hidupmu berada di tangan Allah Ta’ala, maka engkau adalah budak-Nya. Sama ketika kendali hidupmu berada di tangan nafsumu, maka engkau adalah budak nafsu. Jika berada di tangan hawa kesenangan, maka engkau adalah budak hawa, dan jika berada di tangan manusia, maka engkau adalah budak manusia. Perhatikan pada siapa engkau serahkan kendali dirimu, maka dialah majikanmu.

Mu‘adz rahimahullah mengatakan (dalam sebuah munajatnya): “Ya Allah, jika Engkau tidak melakukan padaku apa yg aku kehendaki, maka sabarkanlah aku atas apa yg Engkau kehendaki!”

Wahai pemuda! Ridha menerima qadha lebih baik daripada mengambil (bagian) dunia dengan penentangan. Manis ridha lebih manis di hati kaum shiddiqin daripada mengkonsumsi syahwat kesenangan dan kelezatan. Bagi mereka, ia juga lebih manis daripada seluruh dunia beserta isinya sebab sikap ridha mengharumkan kehidupan secara totalitas dalam segala kondisi dan keragaman jenisnya.

Berbicaralah pada manusia dengan lisan ilmu, amal, dan ikhlas. Jangan berbicara pada mereka dengan lisan ilmu tanpa amal, sebab hal itu tidak akan berguna apa² bagimu dan bagi ilmu yg kau miliki. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ilmu memanggil-panggil amal jika ia menjawabnya. Jika tidak, maka ia akan hengkang darinya.”

Artinya, engkau menghilangkan barakahnya dan menyisakan hujatan negatif atasmu, sehingga engkau menjadi orang alim yg terfitnah oleh ilmunya sendiri. Pohonnya memang masih kau miliki, namun buahnya menghilang darimu.

Mohonlah kepada Allah Ta’ala, agar Dia berkenan menganugerahimu hal dan maqam di hadapan-Nya. Jika Dia sudah menganugerahkannya padamu, maka mohonlah juga pada-Nya untuk menyembunyikan hal tersebut serta menjagamu agar engkau tidak sampai terjebak pada kecintaan untuk menampak-nampakkan sedikit saja darinya. Jika engkau senang menampak-nampakkan apa yg menjadi rahasia antara kau dan Allah Ta’ala maka itulah sebab kebinasaanmu. Jauhilah sikap ‘ujub (bangga hati) dengan ahwal dan amalan, karena hal itu akan membuat pemiliknya di murka dan dibenci oleh Allah Ta’ala. Jauhilah juga kegemaran mengumbar bicara di hadapan manusia dan menerima mereka, sebab hal itu akan menimbulkan mudharat bagimu serta tidak akan bermanfaat apa². Jangan bicara satu patah kata pun sebelum engkau mendapat perintah yg pasti dari Allah Ta’ala di dalam hatimu.

Daftar Isi

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Tingkatan Alam Menurut Para Sufi

“Tingkatan Alam Menurut Para Sufi” فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُّوحِى فَقَعُوا لَهُۥ سٰجِدِينَ “Maka…

Islam, Iman dan Ihsan

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى…

Hidup Ini Terlalu Singkat

Postingan yg indah dari Bunda Amanah: Bismillahirrahmanirrahim. “Hidup ini Terlalu Singkat” Oleh: Siti Amanah Hidup…
All articles loaded
No more articles to load

Mengenal Yang Mulia Ayahanda Guru

Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi qs.

Silsilah Kemursyidan

Dokumentasi

Download Capita Selecta

Isra' Mi'raj (Rajab)

26 Jan - 05 Feb

Ramadhan

30 Mar - 09 Apr

Hari Guru & Idul Adha

20 Jun - 30 Jun

Muharam

27 Jul - 06 Ags

Maulid Nabi

28 Sep - 08 Okt

Rutin

30 Nov - 10 Des

All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load

Kontak Person

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Abangda Teguh

Kediri, Jawa Timur

Abangda Tomas

Pangkalan Bun 

Abangda Vici

Kediri, Jawa Timur