Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Syaikh Ibnu Atha’illah As-Sakandari
[ss_social_share]

Daftar Isi

01. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 1:

إلهي أنا الفقير في غناي فكيف لا أكون فقيرا في فقري.

Tuhanku, aku miskin dalam kekayaan maka bagaimana mungkin aku tidak merasakan miskin dalam kemiskinanku?

Tuhanku, dalam kondisi kaya saja aku masih merasa miskin, apalagi saat aku benar² miskin. Maknanya, sifat dasarku adalah miskin dan membutuhkan, sedangkan kekayaanku adalah perkara baru (hadits). Biasanya, perkara baru pasti akan hilang.

02. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 2:

إلهي أناالجاهل في علمي فكيف لاأكون جهولا في جهلي.

Tuhanku, akulah hamba yg bodoh dalam ilmu pengetahuanku ini maka bagaimana aku tidak lebih bodoh lagi dalam hal² yg aku masih bodoh dan tidak mengetahuinya?

Tuhanku, dalam keadaan berilmu saja aku tetap bodoh karena ilmu yg kuketahui itu amat sedikit, bahkan seperti tidak ada sama sekali. IImu merupakan perkara baru. Perkara baru pasti akan hilang. Bagaimana mungkin aku tidak bodoh saat aku sedang benar² bodoh? Tentu betapa bodohnya aku ketika itu.

Maknanya, sifat dasar seorang hamba adalah kekurangan, sedangkan kesempurnaan merupakan perkara baru (hadits) bagi seorang hamba. Sesuatu yg baru pasti memiliki kekurangan.

Ungkapan ketertundukan dan kerendahan diri dalam doa Syaikh Ibnu Atha’illah ini tak lain agar doanya lebih cepat dikabulkan. Sahl ibn Abdullah ra. berkata, “Tidaklah seorang hamba menampakkan kefakiran dan kebutuhannya kepada Allah saat berdoa atas terjadinya sesuatu yg menimpanya, kecuali Allah akan berkata kepada para malaikat-Nya, ‘Sekiranya ia tahan menghadapi suara-Ku, niscaya akan kujawab doanya dengan Labbaik.’”

03. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 3:

إلهي إن اختلاف تدبيرك وسرعة حلول مقاديرك منعا عبادك العارفين بك عن اسكون إلى عطاء واليأس في بلاء.

Tuhanku, cepatnya perubahan keputusan-Mu dan cepatnya pergantian takdir-Mu menjadi penghalang bagi para hamba-Mu yg ‘arif untuk begitu saja tenang dengan karunia-Mu atau mudah putus asa terhadap cobaan-Mu.

Cepatnya perubahan keputusan Allah Ta’ala atau pergantian takdir Allah Ta’ala mudah sekali ditemukan. Bisa saja, hari ini seorang hamba ditetapkan menjadi fakir, namun Allah Ta’ala kemudian mengubahnya menjadi kaya, atau sebaliknya. Bisa saja, hari ini seorang hamba sakit, lalu Allah Ta’ala mengubah ketetapan-Nya dan menjadikannya sehat, atau sebaliknya.

Cepatnya pergantian takdir itu membuat para hamba-Nya yg ‘arif tidak begitu saja tenang dengan karunia Allah Ta’ala yg mereka terima. Oleh karena itu, jika diberi karunia duniawi, seperti harta, atau diberi karunia spiritual, seperti makrifat atau rahasia ilahi, mereka tidak begitu mempedulikannya. Karena di mata mereka, semua itu pasti sirnanya, bahkan mungkin berubah menjadi sebaliknya. Yg mereka pedulikan hanyalah Tuhan mereka. Ada atau tidak adanya karunia² itu, bagi mereka, adalah sama saja.

Sebaliknya, cepatnya perubahan takdir itu membuat para hamba-Nya yg ‘arif tidak mudah putus asa dalam menghadapi cobaan. Oleh karena itu, jika diberi cobaan fisik, seperti rasa sakit atau kemiskinan, atau diberi cobaan spiritual, seperti maksiat, mereka tidak pernah patah harapan menanti hilangnya semua cobaan itu. Bahkan, mereka yakin bahwa semua cobaan itu akan diganti dengan hal lain yg lebih baik.

04. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 4:

إلهي مني مايليق بلؤمي ومنك ما يليق بكرمك.

Tuhanku, dariku pasti akan terjadi apa yg layak dengan sifat kerendahan, kekurangan, dan kebodohanku. Dari-Mu pasti akan terbit segala hal yg layak dengan kemuliaan dan kebesaran-Mu.

Tuhanku, dari diriku pasti akan terjadi hal² yg layak dengan kerendahan dan kehinaanku, yaitu berupa kedurhakaanku kepada-Mu. Sebab, memang demikianlah manusia, selalu tidak bisa menunaikan hak² Tuhan dengan sempurna.

Dari-Mu, ya Allah, pasti akan muncul segala hal yg layak dengan kemuliaan-Mu, yakni berupa maaf, ampunan, dan keridhaan-Mu.

05. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 5:

إلهي وصفت نفسك باللطف والرأفة بي قبل وجود ضعفي أفتمنعني منهما بعد وجود ضعفي.

Tuhanku, Kau telah menyebut Diri-Mu dengan sifat lembut dan belas kasih terhadapku sejak sebelum adanya kelemahanku ini. Apakah kini Kau tolak diriku dari kedua sifat-Mu itu setelah nyata adanya kelemahan dan kebutuhanku ini?

Tuhanku, kau telah menyifati Diri-Mu dengan sifat belas kasih dan kelembutan terhadapku sejak sebelum adanya kelemahan padaku. Dengan itu, apakah kini Kau tolak diriku dari kedua sifat-Mu itu atau dari pengaruhnya terhadap diriku setelah kelemahan dan kebutuhan muncul pada diriku ini?

Belas kasih dan kelembutan merupakan dua sifat Allah Ta’ala yg ada sejak ‘azali sebelum adanya kelemahan hamba, kesulitan dan kebutuhannya. Kedua sifat itu akan berdampak pada akan diturunkannya nikmat dan karunia Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Dengan demikian, bagaimana kedua sifat itu tidak akan diberikan kepada hamba-Nya setelah kelemahan mereka tampak?

06. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 6:

إلهيإ إن ظهرت المحاسن مني فبفضلك ولك المنة علي وان ظهرت المسوى فبعدلك ولك الحجة علي.

Tuhanku, jika timbul dariku kebaikan maka itu semata karena karunia-Mu, dan Kau berhak untuk menuntut syukur dariku. Sebaliknya, jika timbul dariku keburukan, maka itu semata karena keadilan-Mu, dan Kau berhak untuk menuntut pertanggungjawabanku.

Tuhanku, jika timbul dari diriku berbagai jenis ketaatan dan sifat² terpuji, itu semata-mata karena karunia-Mu, bukan karena daya dan upayaku dan hanya Kau yg memberiku karunia karena aku tidak layak untuk itu.

Sebaliknya, jika terjadi keburukan dari diriku, yaitu bermacam maksiat dan sifat² tercela, itu semata-mata karena keadilan-Mu, bukan kezaliman-Mu, karena seorang raja bisa melakukan apa saja terhadap kerajaannya. Kau pun tetap berhak menuntutku, misalnya dengan bertanya kepadaku, “Mengapa kau lakukan ini, wahai hamba-Ku?” sedangkan aku tidak lagi memiliki hujjah dan alasan yg akan kuberikan pada-Mu, seperti dengan berkata, “Ini karena takdir dan putusan-Mu,” karena ucapan seperti ini hanyalah di ucapkan oleh orang yg bodoh dan tidak mengenali-Mu. Adapun seorang alim, ia akan berkata, “Seorang raja berhak melakukan apa saja terhadap kerajaannya dan ia tidak dimintai pertanggungjawaban atas apa yg dilakukannya.” Begitulah Diri-Mu, Kau berhak melakukan apa saja terhadap makhluk-Mu dan Kau tidak dimintai pertanggungjawaban atas apa yg Kau lakukan.

07. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 7:

إلهي كيف تكلني إلى نفسي وقد توكلت لي وكيف أضام وأنت الناصر لي أم كيف أخيب وأنت الحفي بي.

Tuhanku, bagaimana Kau kembalikan kepadaku urusanku sendiri, padahal Kau telah menjaminku. Bagaimana aku akan hina, padahal Kau yg menolongku. Bagaimana aku akan kecewa, padahal Kau yg mengasihiku?

Tuhanku, bagaimana Kau bebankan kepadaku urusan untuk mengatur diriku sendiri, padahal Kau telah menjaminku? Aku yakin bahwa orang yg telah dijamin oleh-Mu tentu ia tidak akan membutuhkan selain-Mu. Bagaimana aku akan hina, padahal Kau yg menolongku? Bagaimana aku akan kecewa dan tidak beruntung dalam mewujudkan harapanku, padahal kau yg amat mengasihi dan menyayangi hamba-Mu.

Kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah pengetahuan Allah Ta’ala tentang detail² maslahat hamba itu dan rahasia² kebutuhannya serta pemenuhan Allah Ta’ala terhadap kebutuhan itu dengan penuh kelembutan.

Dengan adanya sifat kasih sayang Allah Ta’ala itu, pengaruhnya adalah kecukupan, manfaat, dan keuntungan pada diri hamba.

08. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 8:

هذا أنا أتوسل اليك بغقري إليك، وكيف أتوسل إليك بما هو محال أن يصل إليك، أم كيف أشكو إليك حالي وهي لا تخفى عليك، أم كيف أترجم لك بمقالي وهو منك برز إليك، أم كيف تخيب آمالي وهي قد وفدت إليك، أم كيف لاتحسن أحوالي وبك قامت وإليك.

Inilah aku mendekat pada-Mu dengan perantara kefakiranku (kebutuhanku) kepada-Mu. Namun, bagaimana aku dapat berperantara kepada-Mu dengan sesuatu yg mustahil sampai kepada-Mu? Bagaimana aku akan mengadukan kepada-Mu keadaanku, padahal ia tidak tersembunyi dari-Mu? Bagaimana pula akan aku jelaskan kepada-Mu keadaanku, sedangkan kata² itu dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu? Bagaimana akan kecewa harapanku, padahal ia telah datang menghadap-Mu? Bagaimana tidak akan menjadi baik ahwal-ku, sedangkan ia berasal dari-Mu dan kembali pula kepada-Mu.

Tuhanku, inilah aku, memohon kepada-Mu dengan perantara kebutuhanku kepada-Mu. Kujadikan kefakiranku sebagai perantara untuk memohon syafa’at dari-Mu agar Kau menerima amalanku. Aku tidak ingin menjadikan amal²ku yg masih tercemari sifat riya’ dan ahwal -ku yg masih kurang sempurna sebagai perantara untuk memohon pada-Mu.

Seseorang bertanya kepada Abu Hafsh, “Dengan apa seorang fakir mendekatkan diri kepada Tuhannya?” Ia menjawab, “Tak ada yg bisa diberikan seorang fakir kepada Tuhannya, kecuali kefakirannya.”

Syaikh Abu Yazid al-Busthami qs. berkata, “Batinku diseru dengan sebuah suara yg berbunyi, ‘Perbendaharaan Kami penuh berisi khidmat dan pelayanan. Jika kau menginginkan bantuan Kami, kau harus merendah dan merasa butuh di hadapan Kami.’”

Namun kemudian, Syaikh Ibnu Atha‘illah urung menjadikan kefakirannya sebagai perantara untuk memohon syafa’at Tuhannya. Ia berkata, “Bagaimana aku akan dapat berperantara kepada-Mu dengan sesuatu yg mustahil akan sampai kepada-Mu.” Sesuatu yg mustahil bisa sampai kepada Allah Ta’ala yg dimaksud Syaikh Ibnu Atha’illah ialah kefakiran, seakan ia berkata, “Jika kefakiran bisa dijadikan perantara (wasilah) untuk mendekati-Mu, aku akan ber- tawassul dengan kefakiran itu.” Sebuah perantara tentu memiliki hubungan yg erat dengan sosok yg ingin ditujunya. Namun di sini, tidak ada hubungan dan tak ada kesesuaian sama sekali antara kefakiran yg merupakan sifat seorang hamba dengan Tuhan yg memiliki kekayaan yg berlimpah.

Oleh sebab itu, ketika Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili qs. menemui Gurunya, Syaikh Abdussalam qs., Sang Guru bertanya, “Wahai Abul Hasan, dengan apa kau mendekati Allah?” Syaikh Abul Hasan menjawab, “Dengan kefakiranku.” Syaikh Abdussalam lantas berkata, “Demi Allah, jika kau mendekati Allah dengan kefakiranmu, pasti kau akan mendapatkan kehinaan yg besar.”

Tuhanku, bagaimana aku akan mengadukan kepada-Mu keadaanku, padahal ia tidak tersembunyi dari-Mu?

Pengaduan keadaan tidak bisa dilakukan, kecuali kepada orang yg tidak mengetahuinya, sedangkan Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala sesuatu dan tak satu pun yg tersembunyi dari-Nya.

Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim as. berkata, “Cukuplah bagiku untuk tidak bertanya ilmu-Nya tentang keadaanku.”

Ungkapan yg berbunyi “tidak ada keluhan kecuali kepada Allah” ini adalah ungkapan orang² yg lalai dan terhijab dari-Nya.

Tuhanku, bagaimana akan aku jelaskan pada-Mu keadaanku, sedangkan kata² itu berasal dari-Mu dan kembali kepada-Mu? Bagaimana aku akan mengungkapkan apa yg ada di hati kecilku, sedangkan kata² dan penjelasan itu dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu? Kaulah yg membuat lisan berbicara dan melancarkan pembicaraannya. Penjelasan tidak terjadi, kecuali bagi orang yg tidak memahami kondisi sesuatu yg dijelaskan, sedangkan Allah Ta’ala Maha Memahami segala sesuatu.

Tuhanku, bagaimana akan kecewa harapanku, padahal harapan itu telah datang menghadap kepada-Mu? Ia datang menghadap seperti para utusan yg datang kepada seorang yg mulia. Tak ragu bahwa Allah Ta’ala Maha Mulia dan Pemurah. Dia tidak pernah mengecewakan hamba yg datang kepada-Nya. Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba tetap yakin akan terwujud keinginannya walaupun ia tidak meminta dan berharap.

Ketika kalimat² tanya ini menandakan adanya kekurangan pada diri Syaikh Ibnu Atha’illah dan kekurangan itu tidak layak bagi seorang ‘arif dan muhaqqiq karena berpangkal dari sikap memandang diri sendiri, Syaikh Ibnu Atha‘illah melanjutkan ucapannya dengan berkata, “Bagaimana tidak akan menjadi baik keadaanku, sedangkan ia berasal dari-Mu dan kembali pula kepada-Mu?”

Dengan kata lain, bagaimana tidak menjadi baik keadaan lahir dan batinku yg berupa amal shaleh, sedangkan ia berasal dari-Mu dan akan kembali pula kepada-Mu? Karena hanya Kaulah yg menjadi tujuan dari amal shaleh itu.

Siapa yg berhasil meraih maqam makrifat, ia akan melihat semua ahwal -nya baik karena ia tetap berada bersama Allah Ta’ala dan mengembalikan semua perkaranya kepada-Nya.

09. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 9:

إلهي ما ألطفك بي مع عظيم جهلي وما أرحمك بي مع قبيح فعلي.

Tuhanku, alangkah besar kelembutan-Mu terhadap diriku, padahal betapa dungunya diriku. Alangkah besarnya rahmat-Mu kepadaku, padahal betapa buruknya perbuatanku.

Tuhanku, betapa banyak kelembutan-Mu kepadaku, padahal betapa dungu dan bodoh diriku karena tak mengetahui hikmah di balik berbagai peristiwa. Aku tidak mengetahui, bisa jadi dalam penyakit dan petaka yg kualami terkandung kelembutan dan kelunakan-Mu, namun aku tidak mengetahuinya dan tidak mengetahui buahnya. Oleh karena itu, aku sering meminta kesembuhan dan kesehatan kepada-Mu.

10. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 10:

إلهي ما أقربك مني وما أبعدني عنك.

Tuhanku, alangkah dekatnya Diri-Mu kepadaku dan alangkah jauhnya diriku dari-Mu.

Tuhanku, betapa dekatnya Dzat-Mu kepadaku (sebagaimana yg dikatakan ahli makrifat dan syuhud) atau betapa dekatnya ilmu-Mu kepadaku (seperti yg dikatakan orang² yg mengingkari adanya penyaksian atau syuhud). Betapa jauhnya sifatku dari-Mu, sifat² yg membuatku tidak syuhud kepada-Mu. Ini adalah ungkapan kerendahan hati Syaikh Ibnu Atha’illah.

11. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 11:

إلهي ما أرأفك بي فما الذي يحجبني عنك؟

Tuhanku, betapa sayang-Mu kepadaku maka apa gerangan yg telah menutupiku dari-Mu?

Tuhanku, betapa besar rahmat dan kasih sayang-Mu kepadaku, lalu apalagi yg telah menutupiku dari-Mu?

Orang yg menyaksikan kasih sayang Tuhannya tidak akan lagi memandang dirinya dan sifat²nya. Dengan begitu, tak ada lagi hijab yg menutupinya dari Tuhannya.

12. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 12:

إلهي قد علمت باختلاف الآثار وتنقلات الأطوار أن مرادك مني أن تتعرف إلي في كل شيء حتى لا أجهلك في شيء.

Tuhanku, dengan perubahan² makhluk dan pergantian masa, aku telah mengerti bahwa keinginan-Mu dariku ialah memperkenalkan kekuasaan-Mu kepadaku dalam segala keadaan dan masa sehingga aku tidak lupa pada-Mu dalam sesuatu apa pun.

Tuhanku, dengan perubahan alam benda dan pergantian² kondisi, dari sakit, sehat, kaya, miskin, terhormat, hina, lapang dan sempit, sejahtera dan susah, serta keadaan lainnya yg kualami, aku mengetahui bahwa keinginan-Mu dariku adalah memperkenalkan kuasa-Mu kepadaku agar aku mengenal-Mu dalam segala sesuatu sehingga aku tidak bodoh tentang Diri-Mu. Sekiranya aku ditetapkan pada satu kondisi yg baru, berarti pada kondisi sebelumnya pengetahuanku tentang-Mu masih kurang dan musyahadah -ku belum sempurna.

Maknanya, jika Allah Ta’ala menurunkan penyakit atau kemiskinan kepadaku, pada saat itu, aku mengetahui bahwa tak seorang pun yg mampu menepisnya, kecuali Dia. Hanya Dia yg membuatku sakit dan miskin maka aku pun akan bersabar atas hal itu. Jika Allah Ta’ala memberikan kesehatan atau kekayaan kepadaku, aku mengetahui bahwa Dialah yg memberikan karunia dan nikmat itu sehingga aku pun bersyukur atasnya. Demikian seterusnya, sekiranya Dia menetapkanku pada satu kondisi, seperti kesehatan atau kekayaan, aku berarti tak akan pernah mengenal Tuhanku pada saat aku miskin dan sakit. Aku tidak mengetahui-Nya melalui penyakit dan kemiskinanku. Aku tidak mengenali-Nya melalui perasaan bahwa tak seorang pun yg bisa mengangkat kesedihan, kecuali Dia sehingga pengetahuanku tentang-Nya masih kurang. Oleh karena itu, seorang hamba tidak boleh lupa terhadap Tuhannya, saat sejahtera maupun saat menderita dan hina, saat sehat maupun sakit, saat kaya maupun miskin.

13. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 13:

إلهي كلما أخر سني لؤمي أنطقني كرمك وكلما آيستني أوصافي أطمعتني منتك.

Tuhanku, setiap kali mulutku dibungkam dosa²ku, kemurahan-Mu yg tak terhingga justru membuatnya terbuka. Setiap kali aku berputus asa dari rahmat-Mu karena sifat² hinaku, pemberian² karunia-Mu justru menghidupkan kembali harapanku.

Tuhanku, setiap kali dosa dan maksiatku membungkam mulutku sehingga aku tidak bisa meminta kepada-Mu —karena permintaan tidak terjadi kecuali setelah bermanja dengan Tuhan melalui ketaatan kepada-Nya— maka kemurahan-Mu membuatnya kembali bicara. Karena Kau tidak pernah berhenti memberi, aku mengetahui bahwa Kau Maha bermurah hati sehingga lisanku pun mulai meminta kepada-Mu.

Setiap kali sifat kerendahan dan keburukanku membuatku putus asa dari istiqamah dalam meniti jalan kebenaran dan melaksanakan hak² rububiyah, karunia-Mu membuatku kembali tamak dan semangat melakukan hal itu.

14. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 14:

إلهي من كانت محاسنه مساوئ فكيف لاتكون مساوئه مساوئ ومن كانت حقائقه دعاوى فكيف لاتكون دعاويه دعاوى.

Tuhanku, kebaikan seseorang masih saja dianggap keburukan maka bagaimana mungkin keburukannya tidak dianggap keburukan? Kebenaran seseorang masih saja dianggap kebohongan maka bagaimana mungkin kebohongannya tidak dianggap kebohongan?

Tuhanku, siapa yg amal shalehnya masih menyimpan kekurangan dan kesalahan karena sering dicemari rasa ujub dan riya’ sehingga amal itu nampak di mata manusia, sedangkan di mata Allah Ta’ala dianggap keburukan dan kekurangan, maka bagaimana mungkin kesalahan²nya yg lain tidak menjadi keburukan dan kesalahannya?

Siapa yg hakikat, ilmu, dan pemahamannya hanya pengakuan belaka, maka bagaimana mungkin pengakuannya tentang hal lain tidak menjadi sekadar pengakuan palsu semata?

Di sini Syaikh Ibnu Atha‘illah berkata, “Dalam berbagai keadaan, aku selalu merasa kekurangan pada diriku dan mengharap ampunan Allah Ta’ala. Tak satu pun kondisi yg kualami di dalamnya aku merasa sempurna.”

Hikmah ini menjelaskan bahwa kesempurnaan di mata hamba sebenarnya adalah kekurangan di mata Allah Ta’ala. Apalagi jika yg tampak di mata hamba adalah kekurangan, bagaimana di mata Allah Ta’ala?

15. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 15:

إلهي حكمك النافد ومشيئتك القاهرة لم يتركا لذي مقال مقالا ولا لذي حال حالا.

Tuhanku, putusan-Mu yg pasti terlaksana dan kehendak-Mu yg memaksa tidak akan memberi kesempatan bagi orang yg pandai untuk berkata-kata atau orang yg mempunyai kesaktian untuk menunjukkan kesaktiannya.

Tuhanku, putusan dan ketetapanmu yg pasti terlaksana dan kehendakmu yg memaksa, keduanya tidak memberi kesempatan untuk orang yg pandai berbicara untuk angkat bicara. Hal itu dikarenakan, jika seseorang memiliki ucapan yg benar, misalnya selalu berbicara tentang hakikat dan makrifat, dan ia tidak akan tertipu oleh hal itu, maka putusan Allah Ta’ala dan kehendaknya menyatakan akan merampas hal lain selain kemampuan bicaranya. Ini seperti yg terjadi pada Bal’am ibn Ba’ura.

Jika seseorang memiliki hal yg terpuji, misalnya ia mampu memprediksikan berbagai perkara yg terjadi di alam semesta dan ia tidak tertipu olehnya, hukum dan putusan Allah Ta’ala telah menyatakan untuk mengambil hal lain selain kemampuan itu, sebagaimana yg banyak terjadi dalam banyak kasus. Kenyataan ini mewajibkan seorang hamba untuk tetap istiqamah dalam satu maqam dan tidak tergoda oleh ucapan dan ahwal -nya karena hukum Allah Ta’ala dan kehendak-Nya pasti terlaksana.

16. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 16:

إلهي كم من طاعة بنيتها وحالة شيدتها هدم اعتمادي عليها عدلك بل أقالني منها فضلك.

Tuhanku, berapa banyak taat yg telah aku lakukan dan keadaan yg telah aku perbaiki, tetapi tiba² harapanku kepadanya digagalkan oleh keadilan-Mu. Bahkan, aku telah digeser oleh karunia-Mu dan sikap tergantungnya nasib kepada amal perbuatan lahir batin itu.

Tuhanku, berapa banyak ketaatan lahir yg kulakukan sesuai perintah-Mu, misalnya dengan kupenuhi semua syarat², rukun², dan adabnya? Berapa banyak pula keadaan yg telah kuperbaiki dan kujaga dari hal² yg membuat kotor kejernihannya, misalnya dengan ikhlas dalam melakukannya, tetapi tiba² ketergantunganku kepada amal itu dan keyakinanku bahwa ia dapat menyelamatkanku dari azab dan membawaku ke surga atau memberiku pahala di gagalkan oleh keadilan-Mu? Kau Maha melakukan apa yg Kau kehendaki dan Kau tidak peduli dengan amalan para ‘amilin. Dengan itu, bisa jadi Kau menghukumku atas ketaatan itu, bahkan aku telah digeser dari sikap bergantung kepada amal tersebut oleh karunia dan kebaikan-Mu sehingga aku lebih bergantung kepada karunia-Mu saja, bukan kepada ketaatanku.

17. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 17:

إلهي أنت تعلم وإن لم تدم الطاعة مني فعلا جزما فقد دامت محبة وعزما.

Tuhanku, Kau Mengetahui meskipun ketaatan itu tidak terus-menerus kulaksanakan, namun ia tetap kucintai dan kuniatkan.

Maknanya, sikap tidak istiqamah dalam melakukan ketaatan adalah perkara yg lumrah terjadi karena kelemahanku dalam melakukannya. Padahal, inti ‘ubudiyah adalah, bagaimana aku harus istiqamah dan konsisten dalam melaksanakan ketaatan tersebut. Jika aku tidak istiqamah, berarti aku masih kurang sempurna dalam melakukannya.

Aku sering melakukan ketaatan karena aku mencintainya. Kau pun tahu hal itu, karena itu jangan Kau tuntut aku atas kekuranganku. Istiqamahku dalam melakukan ketaatan dalam bentuk seperti ini merupakan karunia yg besar. Jika tidak, berapa banyak orang yg terhalang melakukan ketaatan sehingga mereka tidak memiliki amalan apa pun, bahkan tidak memiliki cinta dan tekad untuk melakukannya.

18. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 18:

إلهي كيف أعزم وأنت القاهر وكيف لا أعزم وأنت الآمر.

Tuhanku, bagaimana mungkin (ketaatan itu) kuniatkan, sedangkan Kaulah yg menentukan dan bagaimana mungkin tidak aku niatkan, sedangkan Kau yg menyuruhnya?

Bagaimana tekad akan timbul pada diriku untuk melakukan ketaatan dan meninggalkan larangan, sedangkan Kaulah yg menentukan semuanya. Bisa saja tekad itu timbul pada diriku untuk melakukan ketaatan, tetapi kuasa-Mu mungkin menentukan lain sehingga tekad itu menjadi tidak berguna bagiku.

Bagaimana aku tidak bersungguh-sungguh dalam beramal, sedangkan Kau yg menyuruhku untuk itu. Isi perintah-Mu itu adalah, aku harus segera berniat dan bersungguh-sungguh. Di sini aku merasa bingung dan lemah untuk mengatur diriku sendiri. Aku tidak mampu, kecuali hanya pasrah dan bergantung kepada-Mu.

Oleh sebab itu, orang² ‘arif tidak pernah bertekad melakukan sesuatu karena tekad mereka tidak berguna jika berhadapan dengan putusan Allah Ta’ala. Mereka hanya menyerahkan seluruh perkaranya kepada Allah Ta’ala.

19. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 19:

إلهي ترددي في الآثار يوجب بعد المزار فاجمعني عليك بخدمة توصلني إليك.

Tuhanku, hilir mudikku di alam benda ini menyebabkan jauhnya perjalanan, karena itu dekatkanlah aku kepada-Mu dengan sebuah amal yg dapat segera menyampaikanku kepada-Mu.

Tuhanku, ketergantunganku pada alam benda ini atau sikapku yg menjadikan alam ini sebagai bukti keberadaan-Mu menyebabkan jauhnya perjalananku menuju-Mu. Oleh karena itu, dekatkanlah aku kepada-Mu. Bawalah aku ke hadapan-Mu dengan sebuah amal atau ketaatan yg bisa membawaku sampai kepada-Mu dan memutus lamanya ketergantunganku kepada alam benda ini sehingga aku tidak perlu bergantung pada ahwal dan tahapan maqam².

20. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 20:

إلهي كيف يستدل عليك بما هو في وجوده مفتقر إليك؟ أيكون لغيرك من الظهور ماليس لك حتى يكون هو المظهر لك؟ متى غبت حتى تحتاج إلى دليل يدل عليك؟ ومتى بعدت حتى تكون الآثار هي التى توصلنى إليك؟

Tuhanku, bagaimana mungkin dapat dijadikan dalil tentang-Mu sesuatu yg dalam wujudnya membutuhkan-Mu? Apakah ada sesuatu yg lebih terang daripada Diri-Mu sehingga ia dapat menjelaskan siapa Diri-Mu? Bilakah Kau ghaib sehingga dibutuhkan petunjuk untuk menunjukkan Diri-Mu? Bilakah Kau jauh sehingga alam ini harus mendekatkanku kepada-Mu?

Tuhanku, bagaimana mungkin sesuatu yg membutuhkanmu dapat dijadikan dalil yg menyatakan keberadaan-Mu?

Yg dimaksud dengan “sesuatu yg membutuhkanmu’” itu adalah alam semesta. Karena pada awalnya, alam ini tidak berwujud. Keberadaannya membutuhkan keberadaan Allah Ta’ala.

Adakah sesuatu selain-Mu yg memiliki wujud yg tak Kau miliki sehingga dialah yg harus menampakkan Diri-Mu?

Orang² yg suka mencari dalil dan petunjuk untuk mencari keberadaan Allah Ta’ala, keadaan mereka lebih buruk dibanding mereka yg mengalami syuhud. Mereka dianggap awam jika dibandingkan dengan orang² yg sudah mengalami syuhud karena orang yg mengalami syuhud menyaksikan wujud Allah Ta’ala untuk menunjukkan wujud makhluk. Sementara itu, orang yg suka mencari dalil melihat kepada makhluk terlebih dahulu untuk membuktikan adanya Allah Ta’ala.

Kapan Kau ghaib sehingga Kau butuh bukti yg menunjukkan Diri-Mu? Kapan Kau jauh sehingga alam benda yg harus mendekatkanku kepada-Mu untuk mengenali-Mu?

Seorang murid pernah bertanya kepada Gurunya, “Wahai Guruku, di manakah Allah?” Jawab Gurunya, “Celakalah kau! Apakah Allah harus dicari oleh mata di tempat Dia berada?”

21. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 21:

إلهي عميت عين لاتراك عليها رقيبا وخسرت صفقة عبد لم يجعل له من حبك نصيبا.

Tuhanku, sungguh buta mata yg tidak dapat melihat pengawasan-Mu terhadap dirinya. Sungguh rugi dagangan seorang hamba yg tidak mendapat bagian dari rasa cinta kepada-Mu.

Mungkin ungkapan ini adalah doa Syaikh Ibnu Atha‘illah agar ia tidak dibutakan mata hatinya. Orang yg menyadari bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasinya dan mengetahui seluruh kondisinya serta tak satu pun yg tertutup dari-Nya, ia akan malu kepada-Nya dan takut jika Allah Ta’ala melihatnya sedang dalam sesuatu yg dibenci-Nya. Siapa yg belum memiliki sifat ini, mata hatinya buta. Ia melawan Tuhannya dengan bermacam keburukan tanpa peduli. Oleh sebab jtu, dalam hadits disebutkan, “Iman seseorang yg paling utama adalah kesadarannya bahwa Allah Ta’ala selalu bersamanya di mana pun ia berada.”

Sungguh rugi dagangan seorang hamba yg tidak merasakan sedikit pun cinta-Mu kepadanya dan cintanya kepada-Mu. Cinta Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah kebaikan dan pujian-Nya untuk hamba itu. Sementara itu, cinta hamba kepada Allah Ta’ala adalah ketaatannya dalam melaksanakan perintah-Nya, pengagungan dan rasa takutnya terhadap Allah Ta’ala, dan ketertarikan kepada-Nya.

Siapa yg diberi Allah Ta’ala sebagian rasa cinta itu, ia akan meraih kemenangan. Siapa yg tidak diberinya, tetapi justru disibukkan oleh dunia, maka perniagaannya akan merugi. Dengan kata lain, perkara² duniawi yg digelutinya akan mengalami kerugian.

22. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 22:

إلهي أمرت بالرجوع إلى الآثار فأرجعني إليها بكسوة الأنوار وهداية الاستبصار حتى أرجع إليك منها كما دخلت إليك منها مصون السر عن النظر إليها ومرفوع الهمت عن الاعتماد عليها إنك على كل شيء قدير.

Tuhanku, Kau menyuruhku kembali memperhatikan alam benda ini. Oleh karena itu, kembalikanlah aku kepadanya dengan selubung cahaya dan petunjuk mata hati sehingga aku dapat kembali kepadamu dari alam ini, sebagaimana ketika aku masuk ke hadirat-Mu, hatiku terpelihara dari gangguannya dan merasa enggan untuk bersandar kepadanya. Sungguh, Kau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tuhanku, Kau suruh aku untuk kembali ke alam benda ini, kembali kepada harta, keluarga, dan lainnya, atau bergaul dengan semuanya setelah tadinya kutinggalkan semua itu dengan sampainya aku kepada-Mu dan menyaksikan-Mu.

Seorang murid, jika ia telah sampai kepada Tuhannya, ia akan menjauhi semua alam benda karena jika ia tetap berinteraksi dengannya, mungkin hal itu akan membuatnya lalai dari Tuhannya dan akan terhalang dari-Nya. Oleh sebab itu, Syaikh Ibnu Atha’illah berkata, “Kembalikanlah aku kepadanya dengan diliputi selubung cahaya llahi dan petunjuk mata hati yg menghalangiku untuk bergantung kepadanya.”

Petunjuk mata hati ialah petunjuk yg bersumber dari penglihatan atau penyaksian dengan mata hati.

Kembalikan aku ke alam ini dengan selubung cahaya dan petunjuk mata hati. Sebagaimana halnya ketika aku masuk ke hadirat-Mu, hatiku terpelihara dari gangguan alam ini dan merasa enggan untuk bersandar kepadanya, meski ia yg menjadi petunjuk dan bukti untuk mengenali-Mu.

Ketika seorang murid terhalang dari Tuhannya, ia akan beralih ke alam benda agar bisa sampai kepada-Nya dan mengenali-Nya.

Kesimpulannya, Syaikh Ibnu Atha’illah meminta kepada Tuhannya, jika Dia mengembalikannya ke alam semesta, hendaknya Dia mengembalikannya dalam kondisi yg mulia dan berbeda dengan kondisi sebelumnya sebelum ia menempuh suluk, yaitu dengan diliputi selubung cahaya dan hidayah mata hati. Dengan kembalinya ia ke alam benda dengan kondisi ini, ia tidak akan terpengaruh lagi oleh benda dan tidak akan terhijab dari Tuhannya.

23. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 23:

إلهي هذا ذلي ظاهر بين يديك وهذا حالي لايخفى عليك.

Tuhanku, inilah kehinaanku yg nyata di depan-Mu dan inilah keadaanku yg tidak tersembunyi dari-Mu. Kepada-Mu aku memohon agar bisa sampai kepada-Mu. Dengan-Mu aku mencari petunjuk tentang-Mu maka berilah kepadaku petunjuk dengan cahaya-Mu untuk sampai kepada-Mu. Tegakkanlah aku dalam kesungguhan pengabdianku di hadapan-Mu.

Tuhanku, inilah kehinaanku yg tampak jelas di hadapan-Mu dan inilah keadaanku yg tidak tersembunyi dari-Mu.

Ungkapan ini merupakan bentuk pengakuan akan kehinaan diri. Pengakuan seperti ini mencerminkan kemuliaan dan kebanggaan yg sesungguhnya. Dzun Nun Al-Mishri ra. berkata, “Tidaklah Allah memuliakan seseorang dengan satu kemuliaan yg lebih mulia bagi-Nya daripada orang yg menyatakan kehinaan dirinya. Tidaklah pula Allah menghinakan seorang hamba dengan kehinaan yg lebih hina bagi-Nya daripada orang yg menutup kehinaan dirinya sendiri.”

Kepada-Mu aku meminta agar aku bisa sampai kepada-Mu. Aku meminta kepada-Mu, bukan kepada selain-Mu, untuk sampai kepada-Mu, bukan meminta permintaan duniawi dan ukhrawi. Ini adalah permintaan orang² ‘arif, sebagaimana telah dijelaskan.

Dengan-Mu, aku mencari petunjuk untuk mengenal-Mu, bukan dengan petunjuk selain-Mu.

Seorang ‘arif ditanya, “Dengan apa kau mengenal Tuhanmu?Dia menjawab, “Aku mengenal Tuhanku dengan Diri-Nya. Tanpa Tuhanku, niscaya aku tidak akan mengenal Diri-Nya.” Ada juga yg berkata, “Tidak ada bukti tentang Allah selain Diri-Nya sendiri. Sesungguhnya, ilmu itu dicari dengan etika pelayanan.” Berikanlah aku petunjuk dengan cahaya-Mu atau dengan cahaya yg Kau pancarkan ke hatiku sehingga aku menjadikannya sebagai penerang jalanku menuju-Mu dan mengenal-Mu. Tegakkan aku dengan ketulusan pengabdian dan ‘ubudiyah di hadapan-Mu. Berdirikan aku di hadapan-Mu dengan membuat hatiku selalu hadir bersama-Mu saat aku memiliki ketulusan ‘ubudiyah.

24. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 24:

إلهي علمني من علمك المخزون.

Tuhanku, ajarkan kepadaku ilmu-Mu yg masih tersembunyi dalam perbendaharaan-Mu. Peliharalah aku dengan rahasia nama-Mu yg tetap terpelihara.

Tuhanku, ajarkan kepadaku ilmu-Mu yg tersimpan atau ilmu laduni yg Kau simpan dalam perbendaharaan-Mu dan tidak Kau berikan, kecuali kepada orang² khusus, yaitu para wali-Mu.

Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Khidir as.:

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba² Kami yg telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yg telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (QS. Al-Kahfi [18]: 65)

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw. bersabda, “Ilmu itu seperti mutiara yg tersimpan dan tidak diketahui, kecuali oleh para ulama yg mengetahui Allah. Jika mereka berbicara tentangnya, tak seorang pun yg mengingkari ucapannya, kecuali orang yg lalai kepada Allah.”

Seseorang berkata, “IImu laduni adalah rahasia² Allah yg ditampakkan kepada para Nabi dan wali-Nya serta kepada orang² mulia, tanpa bisa terlebih dahulu dipelajari.”

Peliharalah aku dengan rahasia nama-Mu yg terpelihara dari kebiasaan melihat makhluk dan menyebarkan ilmu dan rahasia itu kepada mereka. Jagalah aku dengan nama-Mu yg terpelihara dari kehinaan dan kerendahan.

25. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 25:

إلهي حققني بحقائق أهل القرب، واسلك بي مسالك أهل الجذب.

Tuhanku, berilah kepadaku tingkat hakikat yg diraih orang² muqarrabin (yg dekat kepada-Mu) dan jalankanlah aku di jalan orang² majdzub (yg ditarik kepada-Mu).

Tuhanku, berikan kepadaku maqam orang² yg dekat kepada-Mu, yaitu mereka yg menempati maqam kefanaan sehingga mereka tidak pernah lagi melihat sebab dan dari mereka hilang segala hijab. Mereka tidak lagi melihat selain diri-Mu karena mereka hanya cukup dengan pengaturan-Mu daripada pengaturan diri sendiri dan dengan ilmu-Mu daripada mengeluh kepada selain-Mu. Perjalankanlah aku di jalan ahli jadzab, yaitu mereka yg dicintai dan dikehendaki oleh-Mu.

Di sini, Syaikh Ibnu Atha‘illah berkata, “Tariklah aku kepada-Mu agar mudah bagiku untuk meniti jalan menuju-Mu melalui jalan yg singkat. Ketika menjalaninya, aku merasa manis dan nikmat. Tariklah aku kepada-Mu agar mudah bagiku melakukan amalan sebagaimana yg dialami majdzubun.” Tanpa perlu bersusah payah, kaum majdzubun telah terbebas dari pengaturan diri sendiri dan selalu dijaga Allah Ta’ala dengan penjagaan-Nya.

26. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 26:

إلهي أغنني بتدبيرك عن تدبيري وباختيارك لي عن اختياري وأوقفني على مراكز اضطراري.

Tuhanku, puaskanlah aku dengan aturan-Mu daripada aturanku sendiri dan dengan pilihan-Mu daripada pilihanku sendiri. Dudukkanlah aku di tempat² kebutuhanku yg sesungguhnya.

Tuhanku, puaskan dan cukupkan aku dengan pengaturan-Mu untukku daripada pengaturanku sendiri dan dengan pilihan-Mu untukku daripada pilihanku sendiri karena pengaturanku dan pilihanku atas sesuatu yg didasari nafsu sama saja dengan sikapku menandingi ketuhanan dan rububiyah-Mu. Hanya Kau Yang Maha Mengatur dan Memilih. Tempatkan aku di tempat² kebutuhanku yg sesungguhnya, seperti kehinaan, kelemahan, dan kemiskinan.

Semua tempat kebutuhan itu tidak boleh ditinggalkan oleh seorang hamba, bahkan ia harus memilikinya. Makna “Dudukkanlah aku di tempat² kebutuhanku” adalah, buatlah aku selalu memperhatikan kebutuhan²ku itu dan tidak melupakannya. Dengan kata lain, jadikan aku selalu memperhatikan kemiskinan, kelemahan, dan kerendahanku. Kemiskinan, kelemahan, dan kerendahan dianggap sebagai tempat kebutuhan karena saat mengalaminya, biasanya seorang hamba amat membutuhkan Tuhannya.

27. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 27:

إلهى أخرجني من ذل نفسي، وطهرني من شكي وشركي قبل حلول رمسي، بك استنصر فانصرني و عليك أتوكل فلا تكلني وإياك أسأل فلا تجيبني وفي فضلك أرغب فلا تحرمني ولجنابك أنتسب فلا تبعدني وببا أقف فلا تطردني.

Tuhanku, keluarkanlah aku dari kerendahan diriku dan bersihkan aku dari keraguan dan syirik sebelum masuk ke lubang kuburku. Hanya kepada-Mu aku meminta bantuan maka bantulah aku. Kepada-Mu aku berserah diri maka jangan beratkan bebanku. Kepada-Mu aku memohon maka jangan Kau kecewakan. Pada karunia-Mu aku berharap maka jangan Kau tolak. Kepada-Mu aku mendekat maka jangan Kau jauhkan. Di pintu-Mu aku berdiri maka jangan Kau usir.

Tuhanku, keluarkan aku dari kehinaan diriku atau dari kondisiku yg selalu menundukkan diri kepada selain-Mu karena sifat tamak dan hasrat besar yg ada pada diriku terhadapnya. Begitu juga dari gejolak nafsuku yg selalu merendahkanku dan menjerumuskanku pada hal² yg tidak layak bagiku.

Jauhkan aku dari keraguan dan syirik. Keraguan adalah kesempitan hati saat merasakan perkara yg dibenci. Jika hati sempit, ia akan gelap gulita dan mengalami kesedihan dan derita. Hati akan suci jika diisi dengan keyakinan. Dengannya, dada akan menjadi lapang sehingga hati akan bersinar dan mendapatkan semangat dan kebahagiannya dari Allah Ta’ala. Dengan cahaya keyakinan yg didapatnya, hati akan lapang dan luas.

Sementara itu, syirik adalah ketergantungan hati pada segala sebab saat ia lalai kepada Sang Pencipta sebab. Pangkal dari semua itu adalah gejolak syahwat yg timbul dari gelapnya keraguan yg menguasai hati. Akibatnya, saat itu, hati akan cenderung kepada sebab² yg diyakini dapat mengantarkannya kepada tujuannya.

Adapun kesucian hati terjadi sebaliknya, yaitu dengan cahaya tauhid yg dipantulkan Allah Ta’ala di dalam hati sehingga hati itu akan tenang dan selamat dari keburukan yg di alaminya. Semakin kuat cahaya tauhid di hati, semakin ia akan selamat dari kemusyrikan.

Bersihkan aku dari keraguan dan syirik sebelum aku masuk ke lubang kuburku karena setelah masuk ke alam kubur, tak ada lagi pembersihan, kecuali dengan api neraka.

Tuhanku, kepada-Mu aku memohon bantuan untuk melawan hawa nafsuku dan mengalahkan setanku. Kepada-Mu aku bertawakkal dalam meraih semua keinginanku maka jangan Kau buat aku bergantung kepada selain-Mu meskipun aku tidak tulus dalam tawakkalku itu. Kepada-Mu aku meminta maka jangan kecewakan aku meskipun aku layak untuk dikecewakan. Kepada karunia-Mu aku berharap maka jangan Kau halangi karunia-Mu untukku walaupun aku layak untuk dihalangi dari karunia. Aku hanya menginginkan karunia-Mu, bukan karunia selain-Mu.

28. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 28:

إلهي تقدس رضاك أن تكون له علة منك فكيف تكون له علة مني — أنت الغني بذاتك عن أن يصل إليك النفع منك فكيف لا تكون غنيا عني.

Tuhanku, tidak mungkin keridhaan-Mu bergantung pada sebab dari-Mu, apalagi pada sebab dariku. Kau adalah Dzat yg tak lagi membutuhkan apa pun dari Diri-Mu sendiri, apalagi dariku.

Tuhanku, keridhaan-Mu atau kebaikan dan karunia-Mu tidak mungkin disebabkan oleh sesuatu, bahkan sesuatu yg bersumber dari-Mu sendiri. Jika tidak, Kau akan membutuhkan sesuatu itu untuk menyempurnakan Diri-Mu. Bila demikian, bagaimana mungkin datangnya keridhaan-Mu itu disebabkan olehku?

Keridhaan Allah Ta’ala tidak bergantung pada sebab apa pun. Justru ridha dan murka-Nya menjadi sebab munculnya amalan² hamba, yg baik maupun yg buruk. Jika Allah Ta’ala meridhai satu kaum, Allah Ta’ala akan mempekerjakan kaum itu untuk melayani-Nya. Jika Dia murka kepada kaum itu, Allah Ta’ala akan menyibukkan mereka dengan sesuatu yg menjauhkan mereka dari hadapan-Nya.

Tuhanku, Kau Maha Kaya dengan Dzat-Mu. Kau tidak membutuhkan sesuatu apa pun. Bila demikian, bagaimana mungkin Kau membutuhkan sesuatu dariku, padahal aku hanya hamba ciptaan-Mu.

Syaikh Ibnu Atha’illah mengucapkan munajat ini untuk memohon keridhaan Allah Ta’ala dan ampunan-Nya atas amal²nya yg masih tercemari sifat riya’ dan atas ahwal -nya yg masih mengandung kekurangan.

29. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 29:

إلهي إن القضاء والقدر غلبني وإن الهوى بوثائق الشهوة أسرني فكن أنت النصير لي حتى تنصرني وتنصر بي وأغنني بفضلك حتى استغني بك عن طلبي.

Tuhanku, sesungguhnya putusan dan takdir-Mu telah mengalahkanku dan ikatan hawa nafsu telah menawan diriku maka jadilah Kau, ya Allah, penolongku yg menolongku melawan hawa nafsu dan menolong orang lain dengan peranku. Kayakanlah aku dengan karunia-Mu sehingga aku merasa puas dan tidak lagi meminta-minta.

Tuhanku, sesungguhnya putusan dan kehendak-Mu yg masih tertangguhkan telah mengalahkanku. Ketika aku bertekad untuk taat dan meninggalkan maksiat, aku merasa kesulitan karena tali hawa nafsu syahwat dan keinginan telah menawan dan mengikatku. Oleh karena itu, jadilah Kau, ya Allah, penolongku agar Kau menolongku untuk melawan musuhku, yaitu hawa nafsu dan bala tentaranya, juga menolong para sahabatku dan orang² yg kucintai untuk mengalahkan musuh²nya dengan peranku.

Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili qs. berkata, “Jadikan kami sebab kekayaan untuk para wali-Mu dan batas pemisah antara mereka dengan musuh²mu.”

Kayakanlah aku dengan karunia-Mu atau cukupkan aku dengan menyaksikan-Mu sehingga aku puas dan kaya dengan kekayaan-Mu dan dengan melihat-Mu supaya aku tidak perlu meminta-minta kepada-Mu.

Siapa yg menyaksikan Tuhan Yang Maha Haq, ia akan selalu hadir bersama-Nya. Ia malu untuk meminta sesuatu dari-Nya karena ia telah menyadari bahwa Tuhan mengamati kondisinya dan tak satu pun yg tertutup dari-Nya. Siapa yg mengalami keadaan ini, ia akan enggan meminta dari-Nya.

Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili qs. berkata, “Seorang yg benar² bahagia adalah orang yg Kau perkaya dan Kau cukupi sehingga ia tidak meminta lagi kepada-Mu.”

30. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 30:

أنت الذي أشرقت الأنوار في قلوب أوليائك حتى عرفوك ووحدوك وأنت الذي أزلت الأغيار من قلوب أحبابك حتى لم يحبوا سواك ولم يلجئوا إلى غيرك أنت المؤنس لهم حيث أو حشتهم العوالم وأنت الذي هديتهم حتى استبانت لهم المعالم.

Ya Allah, Kau yg menerbitkan cahaya di dalam hati para wali-Mu sehingga mereka mengenal-Mu dan mengesakan-Mu. Kau pula yg menghilangkan kotoran dunia dari hati para pecinta-Mu sehingga mereka tidak suka kepada sesuatu selain-Mu dan tidak bersandar kepada selain-Mu. Kaulah yg menggembirakan hati mereka ketika mereka merasa jemu dari semua alam. Kau pula yg memberi hidayah kepada mereka sehingga bagi mereka teranglah tanda² jalan kebenaran.

Kau yg menerbitkan ilmu pengetahuan dan rahasia-Mu ke dalam hati para wali-Mu sehingga mereka mengenali-Mu dan mentauhidkan-Mu. Kau pula yg menghilangkan kemakhlukan dan sikap bergantung kepada makhluk dari hati para kekasih-Mu sehingga mereka tidak mencintai selain Diri-Mu dan tidak berlindung kepada selain-Mu. Hikmah ini menyatakan bahwa hilangnya sifat kemakhlukan adalah sebab terbitnya cahaya.

Kau yg mendatangkan kebahagiaan ke dalam hati mereka dengan penampakan-Mu ketika hati mereka merasa jemu melihat dan bergantung peda alam yg biasa mereka temui, seperti para sahabat, anak, harta, dan hal² duniawi lainnya. Siapa yg pernah mengalami syuhud (menyaksikan Tuhan) sedikit saja, niscaya ia tidak akan merindukan sesuatu pun selain Tuhannya. Semua alam akan hilang dari hatinya. Ia takkan pernah mengharapkannya sedikit pun, bahkan dengan hatinya ia akan lari menjauhi semuanya.

Kau pula yg memberi hidayah kepada mereka dengan cahaya-Mu sehingga tampaklah jalan kebenaran yg mereka tempuh. Jalan kebenaran ini tampak hanya dengan hidayah-Mu.

31. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 31:

ماذا وجد من فقدك وما الذي فقد من وجدك — لقد خاب من رضي دونك بدلا ولقد خسر من بغي عنك متحولا.

Apa gerangan yg didapat oleh orang yg kehilangan Kau dan apa yg dirasa kurang oleh orang yg telah mendapatkan Kau? Sungguh kecewa orang yg puas dengan sesuatu selain-Mu. Sungguh rugi orang yg ingin berpindah dari sisi-Mu.

Ya Allah, apa yg akan didapat orang yg tidak bisa menyaksikan-Mu dan hanya menyaksikan makhluk atau segala hal yg hina? Apa yg dirasa hilang oleh orang yg telah mendapatkan-Mu?

Dengan-Mu, orang itu tidak kehilangan sesuatu apa pun, bahkan ia akan mendapatkan keinginannya karena Kau telah menjadi pendengaran, penglihatan, dan seluruh kekuatannya.

Sungguh kecewa orang yg ridha kepada selain-Mu, yaitu orang yg hanya puas dengan syahwatnya dan rela dengan kenikmatan duniawi dan ukhrawi.

Setelah kematiannya, Syaikh Abu Bakar asy-Syibli qs. pernah terlihat dalam mimpi seseorang. Orang yg bermimpi itu bertanya kepada Syaikh Abu Bakar asy-Syibli qs., “Apa yg telah dilakukan Allah Ta’ala terhadapmu?” Dia menjawab, “Allah Ta’ala tidak memintaku bukti² atas berbagai hal, kecuali atas satu perkara, yaitu suatu hari aku pernah berkata, ‘Tidak ada kerugian yg lebih besar daripada hilangnya surga dan didapatnya neraka.’ Allah Ta’ala berkata kepadaku, ‘Memangnya kerugian apa yg lebih besar daripada kerugian karena tidak melihat-Ku?’”

Ya Allah, sungguh merugi orang yg beralih dari-Mu atau ingin pindah dari hadirat-Mu menuju ketergantungan kepada selain-Mu.

32. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 32:

إلهي كيف يرجى سواك وأنت ماقطعت الإحسان وكيف يطلب من غيرك وأنت مابدلت عادة الامتنان.

Tuhanku, bagaimana akan diharapkan sesuatu selain Kau, padahal Kau tidak pernah berhenti memberi kebaikan. Bagaimana pula akan diminta selain Kau, sedangkan Engkau tidak pernah mengubah kebiasaan-Mu memberi karunia.

Bagaimana hati bergantung dan meminta kepada selain-Mu, sedangkan kebaikan-Mu selalu abadi dan tercurah terus-menerus? Bagaimana selain Engkau bisa diminta, sedangkan kebiasaan-Mu adalah memberi karunia dan kebaikan?

33. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 33:

يامن أذاق أحباءه حلاوت مؤا نسته فقاموا بين يديه متملقين، ويامن ألبس أولياءه ملابس هيبته فقاموا بعزته مستعزين.

Wahai Tuhan yg memberi rasa manisnya keramahan kepada kekasih²Nya sehingga mereka selalu tegak berdiri di depan-Nya dalam suka cita. Wahai Tuhan yg memakaikan pada para wali-Nya pakaian kehebatan sehingga mereka mulia dengan kemuliaan-Nya.

Wahai Tuhan yg merasakan manisnya keramahan kepada kekasih²Nya sehingga mereka ingin selalu tegak berdiri di depan-Nya dengan penuh kebahagiaan.

Keramahan adalah kebahagiaan hati dengan menyaksikan keindahan seorang yg dikasihi. Hal yg mendorong para hamba untuk berdiri di hadapan Allah Ta’ala adalah keramahan-Nya. Dengan keramahan itu, mereka datang penuh suka cita kepada-Nya.

Wahai Tuhan yg memakaikan para wali-Nya pakaian wibawa dan kehebatan-Nya.

Allah Ta’ala memakaikan pakaian keagungan dan kemuliaan-Nya kepada para wali-Nya sehingga setiap orang yg melihat para wali itu akan merasa segan dan takut kepadanya, seakan mereka singa yg ditakuti. Dengan pakaian itu, mereka menjadi mulia dengan kemuliaan Allah Ta’ala. Tekad mereka pun menjauh dari ketergantungan kepada kebendaan. Itu terjadi ketika Allah Ta’ala memberi mereka pakaian wibawa-Nya sehingga mereka tidak lagi takut kepada selain-Nya dan hati mereka tidak bertuhan selain Diri-Nya.

34. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 34:

أنت الذاكر من قبل الذاكرين وأنت البادئ بالإحسان من قبل توجه العابدين وأنت الجواد بالعطاء من قبل طلب الطالبين وأنت الوهاب ثم أنت لما وهبتنا من المستقرضين.

Engkaulah Tuhan yg berdzikir (mengingat) sebelum orang² berdzikir mengingat-Mu dan Engkau pula yg mula² memberi bantuan kebaikan sebelum orang² ahli ibadah menghadap-Mu. Engkaulah yg pemurah dengan pemberian² sebelum permintaan orang² yg meminta. Engkaulah Yang Maha Memberi. Dalam sifat Maha Memberi itu, Engkau menjadi peminjam.

Engkaulah Tuhan yg berdzikir (mengingat) mereka dengan memberikan kebaikan-Mu untuk mereka sejak azali, yaitu dengan menyatakan keinginan-Mu untuk menjadikan mereka berwujud di kemudian hari. Inilah dzikir Allah terhadap hamba²Nya sebelum mereka berdzikir kepada-Nya.

Kemungkinan, dzikir Tuhan ini maksudnya ialah taufik yg diberikan-Nya untuk mereka karena mereka telah berdzikir kepada-Nya. Tanpa taufik itu, mereka takkan berdzikir kepada-Nya.

Engkaulah yg mulai memberi kebaikan sebelum para hamba menghadap kepada-Mu. Engkau Maha Pemurah dengan pemberian² sebelum para peminta meminta. Engkau banyak memberi pemberian berupa amal shaleh dan ahwal batin. Meski demikian, terhadap apa yg Kau berikan untuk kami itu, Engkau justru berperan sebagai ‘peminjam’ yg akan membayar pinjamannya berlipat-lipat, seakan Engkau berkata, “Pinjamilah Aku sebuah pinjaman, niscaya akan Kuberi kalian gantinya di hari akhirat.”

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

“Siapa yg mau memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yg baik maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yg banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 245)

Pinjaman Allah Ta’ala dari hamba-Nya adalah apa yg diberikan-Nya untuk hamba itu sebagai puncak kasih sayang dan kelembutan-Nya terhadapnya, juga sebagai bukti bahwa Allah Ta’ala meningkatkan derajatnya.

35. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 35:

إلهي أطلبني برحمتك حتى أصل إليك واجذبني بمنتك حتى أقبل عليك.

Tuhanku, dekatkanlah aku kepada-Mu dengan rahmat-Mu supaya aku segera sampai kepada-Mu. Tariklah aku dengan karunia-Mu sehingga aku menghadap kepada-Mu.

Tuhanku, tariklah aku agar dekat dengan-Mu dengan rahmat atau kebaikan-Mu supaya aku cepat sampai kepada-Mu karena tak ada jalan untuk segera sampai kepada-Mu, kecuali dengan rahmat-Mu, bukan dengan amalan²ku yg tidak tulus.

Sebuah permintaan, jika datang dari pihak yg lebih tinggi, misalnya seorang raja, biasanya tidak ada kesulitan untuk melaksanakannya. Sebaliknya, jika permintaan itu datang dari yg lebih rendah, sulit bagi yg diminta untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, Syaikh Ibnu Atha‘illah memohon kepada Allah Ta’ala agar memintanya dekat dengan-Nya supaya ia tidak kesulitan untuk mewujudkan permintaan Allah Ta’ala itu.

Tariklah aku dengan karunia dan kebaikan-Mu sehingga aku tidak bisa menolak untuk mendatangi-Mu.

36. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 36:

إلهي إن رجائي لاينقطع عنك وإن عصيتك كما أن خوفي لايزايلني وإن أطعتك.

Tuhanku, harapanku tidak putus pada-Mu meskipun aku telah berbuat dosa dan maksiat. Demikian pula rasa takutku kepada-Mu tidak hilang meskipun aku telah berbuat taat kepada-Mu.

Harapanku kepada-Mu tidak terputus karena aku tahu bahwa Kaulah yg mengawali kebaikan. Siapa yg demikian kondisinya maka semua kebaikannya akan selalu diharapkan kendati disertai maksiat dan pembangkangan kepadanya.

Rasa takutku kepada-Mu tidak hilang dariku meskipun aku telah taat kepada-Mu karena aku tahu bahwa Kau Maha Mengerjakan apa yg Kau inginkan. Ketaatan tidak akan mengangkat murka-Mu dan menghilangkan hukuman-Mu.

Sumber keseimbangan antara rasa takut dan harap pada diri orang² ‘arif timbul sebagai buah penyaksian mereka tentang sifat²Nya yg menakutkan dan diharapkan karena sifat² Allah Ta’ala itu tidak berbeda-beda, demikian pula penyaksian terhadapnya. Jika mereka melihat ada perbedaan, berarti syuhud-nya kurang. Oleh sebab itu, bagi mereka, kesempurnaan rasa takut bisa timbul saat melakukan ketaatan dan besarnya harapan bisa terjadi saat maksiat.

37. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 37:

إلهي قد دفعتني العوالم إليك وقد أوقفني علمي بكرمك عليك.

Tuhanku, alam benda ini telah mendorongku untuk pergi kepada-Mu dan pengetahuanku tentang kemurahan-Mu itulah yg menjadikanku berdiri di depan pintu-Mu.

Tuhanku, alam benda ini telah mendorongku untuk mendekati-Mu. Misalnya, jika aku mendatangi seseorang dan memintanya agar memberiku atau menolongku, ia akan berkata kepadaku, “Tidak ada yg memberi kecuali Allah dan tidak ada yg menolong kecuali Dia.” Kemungkinan, yg dimaksudkan dengan alam benda di sini adalah semua hal selain Allah Ta’ala.

Jika tampak bagiku karamah dan terbuka bagiku seluruh alam semesta, sedangkan aku ingin diam di sana, hakikatnya akan berkata kepadaku, “Jangan kau bergantung kepadaku, tetapi bergantunglah kepada Tuhanmu.” Demikianlah, semua benda mati akan berbicara kepadaku seperti itu. Saat aku bergantung padanya, hakikatnya akan berkata kepadaku, “Jangan kau bergantung kepadaku, tetapi bergantunglah kepada Tuhanmu.” Hal itu dikarenakan, segala sesuatu mendorongku untuk mendekati-Mu.

Pengetahuanku tentang kemurahan-Mu itulah yg menjadikanku berdiri di depan pintu-Mu. Ketika aku mengetahui betapa Engkau Maha Pemurah, aku terdorong untuk berdiri di depan pintu-Mu.

Sosok yg mulia tidak akan terlampaui oleh harapan semua yg berharap dan permintaan para peminta tidak akan menuju kepada selain-Nya.

38. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 38:

إلهي كيف أخيب وأنت أملى أم كيف أهان وعليك متكلي.

Tuhanku, bagaimana aku akan kecewa, padahal Engkaulah harapanku. Bagaimana aku akan terhina, padahal kepada-Mu lah aku bersandar dan berserah diri.

Tuhanku, bagaimana aku akan mengalami kekecewaan dan tidak mendapatkan keinginanku, padahal Engkaulah harapanku. Engkaulah yg kuharap pemberiannya karena sifat-Mu adalah suka memberikan kebaikan. Bagaimana aku terhina, padahal hanya Engkaulah tempatku bergantung dan bersandar.

39. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 39:

إلهي كيف استعز وأنت في الذ لة أركزتني أم كيف لا استعز وإليك نسبتني أم كيف لاافتقر وأنت الذي في الفقر أقمتني أم كيف افتقر وأنت الذي بجودك أغنيتني.

Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mulia, sedangkan engkau telah menempatkan aku dalam kehinaan. Namun, bagaimana mungkin aku tidak mulia, sedangkan kepada Diri-Mu lah aku dinisbatkan. Bagaimana mungkin aku tidak akan miskin, sedangkan Engkau telah menempatkanku dalam kemiskinan. Namun, bagaimana mungkin aku akan miskin, sedangkan Engkau telah mencukupiku dengan kemurahan-Mu.

Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan menjadi orang mulia, sedangkan Engkau telah menempatkanku dalam kehinaan dan Kau jadikan kehinaan sebagai tempat yg tak bisa kutinggalkan. Namun sebaliknya, bagaimana mungkin aku tidak mulia, sedangkan Engkau sendiri yg mendekatkanku kepada-Mu secara khusus, yaitu dengan memberiku cahaya pada lahir dan batinku hingga setiap orang yg melihatku berkata kepadaku, “Ini adalah wali Allah.” Padahal di satu sisi aku hina, sedangkan di sisi lain aku mulia.

Bagaimana mungkin aku tidak akan miskin, sedangkan Engkau telah menempatkanku dalam kemiskinan. Kemiskinan adalah sifat yg lazim bagiku, demikian pula kehinaan. Namun, bagaimana mungkin aku akan miskin, sedangkan Engkau dengan wujud dan kebaikan-Mu telah mencukupiku sehingga aku bangga dan mulia berkat kemurahan-Mu.

Kemiskinan adalah pangkal kehinaan dan kekayaan adalah sumber kemuliaan. Kehinaan yg dimaksud di sini adalah kehinaan kemakhlukan dan kehambaan. Dinisbatkan maknanya dengan diberikan rahasia keistimewaan.

40. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 40:

أنت الذي لا اله غيرك تعرفت لكل شيء فأجهلك شيء وأنت الذي تعرفت إلي في كل شيء فرأيتك ظاهرا في كل شيء فأنت الظاهر لكل شيء.

Engkaulah Tuhan yg tiada tuhan, kecuali Engkau. Engkau telah mengenalkan Diri-Mu kepada segala sesuatu sehingga tiada sesuatu yg tidak mengenal-Mu. Engkau pula yg mengenalkan Diri kepadaku dalam segala sesuatu sehingga aku melihat-Mu jelas pada tiap segala sesuatu maka Engkaulah yg lahir pada tiap sesuatu.

Engkau satu²nya Tuhan yg wajib disembah dan dijadikan sandaran, membuat Diri-Mu dikenali oleh segala sesuatu dengan cara Kau berikan cahaya-Mu yg mengenalkan sosok-Mu kepada segala sesuatu sehingga tak satu pun yg tidak mengetahui-Mu, bahkan semuanya mengetahui tentang-Mu. Engkau pula yg mengenalkan Diri-Mu kepadaku melalui segala sesuatu, yaitu dengan meninggalkan cahaya-Mu pada diriku sehingga dengan cahaya itu, aku bisa melihat-Mu tampak jelas dalam segala sesuatu. Sesungguhnya, Engkau Yang Maha Lahir pada tiap sesuatu.

41. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 41:

يا من استوى برحمانيته على عرشه فصار العرش غيبا في رحمانيته كما صارت العوالم غيبا في عرشه محقق الآثار باالآثار ومحوت الأغيار بمحيطات أفلاك الأنوار.

Wahai Tuhan yg berkuasa dengan sifat rahmat-Nya di atas ‘Arsy sehingga ‘Arsy itu lenyap dalam rahmat-Nya, sebagaimana alam² lain lenyap dalam ‘Arsy-Nya! Engkau yg telah melenyapkan alam dengan alam dan melenyapkan ‘Arsy dengan kepungan cahaya yg meliputinya dari sifat rahmat-Nya.

Wahai Tuhan yg berkuasa dengan rahmat-Nya di atas ‘Arsy sehingga ‘Arsy itu di bawah kuasa-Nya, seperti halnya para raja dengan balatentaranya yg menguasai penduduk sebuah negeri. Di sini Tuhan seumpama seorang raja dan rahmat-Nya seumpama balatentara raja, sedangkan ‘Arsy-Nya seumpama penduduk suatu negeri.

Dengan kuasa-Nya, ‘Arsy itu lenyap dan tak berwujud berhadapan dengan rahmat-Nya, seperti hilangnya alam semesta dalam ‘Arsy Allah Ta’ala. Dengan kata lain, semua alam semesta ini tidak memiliki wujud jika berhadapan dengan ‘Arsy Allah Ta’ala.

Engkau telah melenyapkan alam semesta, yaitu langit dan bumi beserta isinya dengan alam lain, yaitu ‘Arsy, karena ‘Arsy adalah pengaruh dari rahmat-Mu. Seluruh alam semesta di hadapan ‘Arsy tidak bernilal apa². Kemudian, Engkau melenyapkan ‘Arsy dengan kepungan bintang² cahaya. Cahaya di umpamakan dengan bintang gemintang yg mengelilingi ‘Arsy dan cahaya itu adalah rahmat Allah Ta’ala.

Kesimpulannya, rahmat Allah Ta’ala dan kebaikan-Nya itulah yg membuat wujud seluruh alam semesta, ‘Arsy ataupun lainnya. Tanpa kebaikan-Nya, semuanya tak memiliki wujud. Maksud rahmat di atas adalah rahmat Allah Ta’ala yg meliputi segala sesuatu.

42. Doa Syaikh Ibnu Atha’illah

Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 42:

يامن احتجب في سرادقات عزه عن ان تدركه الابصار، يامن تجلى بكمال بهائه فتحققت عظمته الأسرار كيف يخفي وأنت الظاهر أم كيف تغيب وأنت الرقيب الحاضر؟ والله الموفق وبه نستعين.

Wahai Tuhan yg telah berdinding di balik tenda kemuliaan-Nya sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Wahai Tuhan yg telah menjelma dalam kesempurnaan keindahan-Nya sehingga nyatalah bukti kebesaran-Nya dalam hati dan perasaan. Wahai Tuhan, bagaimana Engkau akan tersembunyi, padahal Engkaulah yg sangat lahir (terang). Bagaimana Engkau akan ghaib, padahal Engkaulah Pengawas yg tetap hadir. Hanya Allah yg memberi taufik dan kepada-Nyalah kami berharap pertolongan.

Kemuliaan di umpamakan dengan tenda karena tenda menutupi segala hal yg ada di dalamnya. Demikian pula kekuatan dan kemuliaan Allah Ta’ala yg agung, menutupi Dzat-Nya sehingga tidak bisa dilihat oleh semua pandangan mata.

Jika pandangan yg dimaksud adalah pandangan secara menyeluruh, maka ini tidak mungkin terjadi di dunia dan di akhirat. Jika yg dimaksud adalah pandangan sekilas, maka ini tidak mungkin terjadi di dunia saja, namun juga terjadi di akhirat. Karena seluruh kaum mukmin akan mengalaminya.

Kemuliaan Allah Ta’ala membuat semua hal selain-Nya tak mampu melihat-Nya karena “yg mulia” berarti yg terlindungi dan tak seorang pun yg bisa mendekatinya. Ada yg berpendapat bahwa “yg mulia” berarti sosok yg tidak bisa digapai dan ditandingi. Ada lagi yg mengatakan, “yg mulia” berarti sosok yg semua akal menjadi tenggelam dalam kebesarannya, logika menjadi bingung menggambarkan sifat²nya, dan lisan kesulitan memujinya.

Wahai Tuhan yg menjelma di hati orang² ‘arif dengan kebaikan sifat dan keagungan-Nya sehingga nyatalah bahwa Dia amat agung dan tak ada tandingan-Nya di kedalaman qalbu. Bagaimana Engkau tersembunyi, padahal Dzat-Mu tampak dalam segala sesuatu. Bagaimana Engkau ghaib, padahal Engkaulah pengawas kami dalam setiap gerak dan diam kami.

Inilah akhir dari catatan ringan tentang mutiara hikmah Syaikh Ibnu Atha’illah. Semoga Allah menjadikan kitab ini sebagai bukti ketulusan kami kepada-Nya.

Syarah ini rampung ditulis pada hari Sabtu, 13 Syawal 1204 H oleh hamba Allah, Abdullah Asy-Syarqawi Al-Khalwati. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan para sahabatnya.

Daftar Isi

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Tingkatan Alam Menurut Para Sufi

“Tingkatan Alam Menurut Para Sufi” فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُّوحِى فَقَعُوا لَهُۥ سٰجِدِينَ “Maka…

Islam, Iman dan Ihsan

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى…

Hidup Ini Terlalu Singkat

Postingan yg indah dari Bunda Amanah: Bismillahirrahmanirrahim. “Hidup ini Terlalu Singkat” Oleh: Siti Amanah Hidup…
All articles loaded
No more articles to load

Mengenal Yang Mulia Ayahanda Guru

Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi qs.

Silsilah Kemursyidan

Dokumentasi

Download Capita Selecta

Isra' Mi'raj (Rajab)

26 Jan - 05 Feb

Ramadhan

30 Mar - 09 Apr

Hari Guru & Idul Adha

20 Jun - 30 Jun

Muharam

27 Jul - 06 Ags

Maulid Nabi

28 Sep - 08 Okt

Rutin

30 Nov - 10 Des

All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load

Kontak Person

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Abangda Teguh

Sidoarjo, Jawa Timur