Hikmah 16-24 dlm al-Hikam:
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَ نْ يَحْجُبَهُ شَيْ ءٌ وَ هُوَالَّذِي أَظْهَرَكُلَّ شَيْءٍ؟
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Allah yg mendhahirkan segala sesuatu.
كَيْفَ يَتَصَوَّرُأَنْ يَحْجُبَهُ شَيْ ءٌ وَهُوَالَّذِي ظَهَرَبِكُلِّ شَيْءٍ؟
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yg tampak-dhahir pada segala sesuatu.
كَيْفَ يَتَصَوَّرُأَنْ يَحْجُبَهُ شَيْ ءٌ وَهُوَالَّذِي ظَهَرَ فِي كُلِّ شَيْءٍ؟
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yg terlihat dalam tiap sesuatu.
كَيْفَ يَتَصَوَّرُأَنْ يَحْجُبَهُ شَيْ ءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَلِكُلِّ شَيْءٍ؟
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yg tampak pada segala sesuatu.
كَيْفَ يَتَصَوَّرُأَنْ يَحْجُبَهُ شَيْ ءٌ وَهُوَا لظَّاهِرُقَبْلَ وُجُوْدِ كُلِّ شَيْءٍ؟
Bagaimana akan dapat dibayangkan, bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia ada dhahir sebelum adanya sesuatu.
كَيْفَ يَتَصَوَّرُأَنْ يَحْجُبَهُ شَيْ ءٌ وَهُوَ أَظْهَرُمِنْ كُلِّ شَيْءٍ؟
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih tampak jelas dari segala sesuatu.
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ الْوَا حِدُ الَّذِ ي لَيْسَ مَعَهُ شَيْءٌ ؟
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia Yang Esa nan tidak ada di sampingnya sesuatu apa pun.
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَهُوَ أَقْرَبُ إِلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ ؟
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu.
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيْءٌ وَلَوْ لَا هُ مَا كَا نَ وُجُوْدُ كُلِّ شَيْءٍ ؟
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal seandainya tidak ada Dia, niscaya tidak akan ada segala sesuatu.
Syarah Ustadz Salim Bahreisy sebagai berikut:
Demikian tampak jelas sifat² Allah di dalam (pada) tiap² sesuatu di alam ini, yg semua isi alam ini sebagai bukti kebesaran, kekuasaan, keindahan, kebijaksanaan dan kesempurnaan Dzat Allah yg tidak menyerupai sesuatu apa pun dari makhluk-Nya.
Sehingga bila masih ada manusia yg tidak mengenal Allah, maka benar² ia telah silau oleh cahaya yg sangat terang, dan telah terhijab dari sinar ma’rifat oleh awan tebal yg berupa alam sekitarnya.
Syaikh Fadhlala Haeri mensyarah:
Betapa menakjubkan, keberadaan tampak dalam ketiadaan, dan betapa segala sesuatu yg mempunyai sifat ketergantungan bisa berdiri di sisi Allah yg mempunyai sifat² kekekalan.
Al-Haqq tidak datang dari sesuatu atau di dalam sesuatu, atau di atasnya, atau di bawahnya.
Jika Dia datang dari sesuatu berarti Dia diciptakan dan dibatasi sesuai dengan jangka waktu hidupnya. Kalau Dia berada di atas sesuatu maka Dia bersemayam di atasnya, dan jika Dia dalam sesuatu maka Dia berarti terkurung di dalamnya. Dan jika Dia di bawah sesuatu maka Dia ada di bawah kekuasaannya.
Apa pun yg tampak di dunia kesaksian ini, merupakan pancaran Dzat Tuhan yg kekal dan dapat dirasakan sesuai dengan keadaan dan sensitivitas sang penerima. Jadi tidak ada makhluk yg mempunyai realitas yg kekal dan bebas, dan sesungguhnya tak ada sesuatu pun yg kekal selain Sang Maha Pencipta. Seandainya kita membandingkan yg relatif dengan yg absolut, niscaya yg relatif pasti akan hancur dan tinggallah yg absolut, selamanya!
Versi Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Hikmah 16 dalam Al-Hikam:
كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو الذي أظهر كل شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو الذي ظهر بكل شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو الذي ظهر في كل شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو الذي ظهر لكل شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو الظاهر قبل وجود كل شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو أظهر من كل شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو أظهر من كل شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو الواحد الذي ليس معه شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، وهو أقرب إليك من كل شيء؟ كيف يتصور أن يحجبه شيء، ولولاه ما كان وجود كل شيء يا عجبا! كيف يظهر الوجود في العدم!؟ أم كيف يثبت الحادث مع من له وصف القدم!؟
“Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia yg menampakkan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak bersama segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak pada segala sesuatu? Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak untuk segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak sebelum keberadaan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih tampak daripada segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia Esa tanpa ada yg bersama-Nya? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal jika bukan karena Dia, wujud segala sesuatu tidak akan ada? Sungguh aneh, bagaimana mungkin keberadaan (wujud) bisa tampak dalam ketiadaan (‘adam)?! Atau, bagaimana bisa sesuatu yg baru bersanding dengan Yang Maha Dahulu?!”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Allah Ta’ala menampakkan segala sesuatu dengan cahaya wujud dari gelapnya ketiadaan. Dengan kemunculan cahaya-Nya dalam segala sesuatu, semuanya menjadi tampak. Jika wujud segala sesuatu bergantung pada cahaya-Nya, mustahil sesuatu itu menutupi-Nya sehingga membuat-Nya terselubung dan tidak tampak. Tindakan “menampakkan” meniscayakan penampakan Dzat yg melakukannya. Allah Ta’ala lah yg menampakkan segala sesuatu agar orang² yg berakal menjadikannya sebagai bukti keberadaan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda² (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur‘an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat [41]: 53)
Menurut ahli syuhud, Allah Ta’ala tampak pada segala sesuatu dengan penampakan Dzat-Nya. Sementara itu, menurut ahli hijab, Dia tampak pada segala sesuatu dengan penampakan sifat dan asma-Nya. Segala sesuatu hanyalah objek penampakan dari makna² asma‘ dan sifat-Nya. Pada benda atau orang yg mulia, tampaklah sifat Maha Mulia (‘Aziz) milik-Nya dan pada benda atau orang yg hina, terlihatlah sifat Maha Menghinakan (Mudzill) milik-Nya.
Pada setiap makhluk hidup tampak jelas sifat Maha Menghidupkan (Muhyi) milik-Nya. Saat Allah Ta’ala mencabut nyawa, tampaklah sifat Maha Mematikan (Mumit). Saat memberi, terlihatlah sifat Maha Memberi (Mu‘thi). Saat menahan pemberian, terlihat sifat Maha Menahan (Mani). Saat memberi karunia, tampak sifat Maha Memberi Karunia (Karim). Saat mengabulkan doa, tampak sifat Maha Pengabul Doa (Mujib). Saat menimpakan bahaya atau mendatangkan manfaat, tampaklah sifat Maha Pemberi Bahaya (Dharr) dan Maha Pemberi Manfaat (Nafi’), dan sebagainya.
Bagaimana bisa Allah Ta’ala terhalangi sesuatu, padahal Dia muncul atau tampak pada segala sesuatu sehingga bisa dikenali. Karena itulah, seluruh semesta alam bersujud dan bertasbih kepada-Nya, tetapi kita tidak mendengar dan memahami tasbih mereka. Semua makhluk di alam ini, baik itu yg bernyawa maupun yg tidak, mengenali Allah Ta’ala, namun itu bergantung pada kadar penampakan Allah Ta’ala yg dilihatnya. Jika ada makhluk yg tidak mengagungkan Allah Ta’ala sesuai kadar keagungan-Nya, maka hal itu disebabkan oleh lemahnya makrifat (pengenalan) tentang-Nya, bukan karena ketiadaan makrifat sama sekali.
Bagaimana mungkin Tuhan terhalangi sesuatu, sedangkan Dia Dzahir sebelum wujud segala sesuatu? Karena asma-Nya sudah tampak sejak azali. Kemunculan Allah Ta’ala sendiri sudah merupakan sifat asli-Nya (Dzahir), tidak didapat dari luar, tidak beralasan, dan tidak diserap dari mana saja. Sementara itu, kemunculan alam semesta adalah akibat kemunculan Allah di sana dengan sifat Dzahir -Nya. Jika demikian, bagaimana mungkin semesta dapat menghalangi-Nya?
Bagaimana bisa Allah Ta’ala terhalangi sesuatu, padahal Dia lebih tampak daripada segala sesuatu? Karena dalam setiap kondisi, wujud (keberadaan) lebih tampak daripada ‘adam (ketiadaan), juga karena kemunculan substansial lebih kuat daripada kemunculan aksidental. Kemunculan yg bersumber dari diri sendiri lebih kuat daripada kemunculan yg di akibatkan faktor luar. Kemunculan mutlak lebih kuat daripada kemunculan relatif. Kemunculan yg abadi lebih kuat daripada kemunculan yg fana.
Wujud Tuhan tidak diketahui akal karena kemunculan-Nya amat dahsyat. Kemunculan dahsyat itu tak akan bisa diketahui oleh orang² lemah. Seperti halnya seekor kelelawar yg hanya mampu melihat di kegelapan malam, sedangkan di siang hari ia tidak mampu melihat apa². Hal itu dikarenakan kuatnya kemunculan siang. Sementara itu, penglihatan mata kelelawar amat lemah. Ia tak sanggup melawan pancaran cahaya matahari. Kuatnya kemunculan siang dan lemahnya penglihatan itulah yg menjadi sebab kelelawar tak mampu melihat di siang hari.
Seperti itulah akal, ia amat lemah di hadapan kemunculan Ilahi yg sinar dan cahaya-Nya menyilaukan. Kuatnya kemunculan Ilahi inilah yg menjadi sebab ketersembunyian-Nya dari segala sesuatu.
Bagaimana mungkin sesuatu akan menghalangi Allah Ta’ala, padahal Dia Yang Esa dan tak ada sesuatu pun yg bersama-Nya? Karena segala sesuatu selain Allah Ta’ala tidak ada dan tidak berwujud. Dengan demikian, tak ada sesuatu pun yg dapat menghalangi-Nya karena semua wujud hakiki hanya milik Allah Ta’ala, bukan milik selain-Nya.
Bagaimana mungkin Allah Ta’ala terhalangi sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu? Karena Dia mampu meliputi dan mengaturmu. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖوَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yg dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf [50]: 16)
Menurut ahli syuhud, Dzat Allah Ta’ala amat dekat kepada kita. Adapun menurut ahli hijab, Tuhan dekat kepada kita dalam pengertian dekat ilmu, kekuasaan, dan sifat²Nya yg lain.
Bagaimana bisa Allah Ta’ala terhalangi sesuatu, padahal tanpa Dia, segala sesuatu tidak akan ada? Sampai² para musyahidun (yg merasa menyaksikan Allah Ta’ala) menjadikan Allah Ta’ala sebagai dalil untuk membuktikan keberadaan segala sesuatu.
Allah Ta’ala berfirman:
سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda² (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat [41]: 53)
***
Catatan Editor: Karena ada perbedaan penomeran pada suntingan sebelumnya, maka syarah versi Syaikh Abdullah asy-Syarqawi di bawah ini akan diulang pada Hikmah berikutnya (nomor 25).
***
Sungguh aneh, bagaimana mungkin wujud (keberadaan) tidak tampak dalam ‘adam (ketiadaan)? ‘Adam adalah kegelapan, sedangkan wujud adalah cahaya. Keduanya mudah dibedakan.
Bagaimana bisa sesuatu yg baru (hadits) bersanding dengan Yang Maha Dahulu (qadim)? Bagaimana mungkin sesuatu yg baru muncul bersamaan dengan yg memiliki sifat qidam. Yg baru itu bathil, sedangkan Allah Ta’ala itu Haq (Maha Benar). Kebathilan akan sirna dengan adanya kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا
“Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yg bathil telah lenyap.” Sungguh, yg batil itu pasti lenyap.” (QS. Al-Isra [17]: 81)
Sosok yg lahir (tampak) dan tsabit (tetap) itulah Tuhan Yang Maha Haq, Allah Ta’ala, bukan alam semesta. Tak ada yg berwujud, kecuali Allah Ta’ala karena Dia yg tampak dan menampakkan, yg mawjud dan berbeda dari segala penampakan lainnya.
Pertanyaan² yg bernada keheranan dalam hikmah ini pasti akan diajukan oleh mereka yg pernah merasakan pengalaman syuhud. Oleh karena itu, semakin kuat pengalaman syuhud yg dirasakan seseorang maka semakin sirnalah alam semesta ini dari pandangannya. Wallaahu a’lam